00. 44

93 25 2
                                    

Semua yang terjadi seperti de javu. Jihyo tidak pernah membayangkan akan terjebak dalam kejadian yang membuatnya terpuruk dan dirundung perasaan bersalah. Jungkook sudah berada dalam ruangan penanganan darurat, tetapi belum ada kepastian apapun dari dokter. Jihyo sejak tadi tidak bisa tenang, sekalipun ia juga mengalami sedikit cedera, Jihyo tidak bisa mengontrol dirinya untuk mondar-mandir di depan pintu ruangan.
 
“Master, maafkan aku ....” Jihyo bergumam dengan ratapan sedih. Perih rasanya. Hanya saja, Jihyo harus mengalihkan fokusnya kala mendapati presensi seorang pria.
 
“Bagaimana keadaan kalian?” Pria yang tidak lain adalah Taekyung langsung mendekat ke arah Jihyo. Ia begitu khawatir dan kalut. Alasan Jihyo meneleponnya yang mengatakan Jungkook ditabrak, tentu memberikan kabar buruk.
 
Jihyo semakin menangis melihat Taekyung. Kepalanya hanya menggeleng—menandakan ia belum tahu apa-apa. Tentu, Taekyung menyadari satu hal mengenai Jihyo yang pasti mengalami syok berat.
 
“Duduklah dulu, Jihyo. Kau tenangkan dirimu. Sebentar lagi, Haeso akan datang,” ucap Taekyung dengan suara lembut. Namun, Jihyo pada dasarnya tidak bisa tenang sehingga Taekyung memilih untuk membiarkan gadis itu tetap berjalan mondar-mandir.
 
Taekyung tidak bisa menyalahkan siapapun. Lagipula ia tidak tahu kronologis dari kejadian ini. Sepertinya ia harus segera mengambil tindakan dengan mengecek sekitar kejadian setelah ia menyelesaikan beberapa hal di rumah sakit. Perihal Haeso yang akan datang, Taekyung sebenarnya sedikit bingung kala kekasihnya tiba-tiba menanyakan soal Jihyo dan Jungkook sesaat perjalanannya menuju rumah sakit. Itu bisa jadi informasi dari Jihyo, tetapi yang membuat Taekyung heran karena Haeso tidak mengetahui lokasi rumah sakitnya. Lantas, darimana kekasihnya tahu soal berita sekilas itu?
 
Taekyung jelas akan menanyakannya nanti. Namun, kali ini pikirannya langsung terpusat pada pintu ruangan di hadapan mereka yang seketika terbuka, memperlihatkan seorang dokter yang berjalan mendekat ke arah mereka.
 
“Dokter, bagaimana keadaan teman saya?” Taekyung langsung berujar. Mewakili pertanyaan yang ingin Jihyo katakan.
 
Dokter itu memperbaiki genggaman stetoskopnya, kemudian mengamati Jihyo dan Taekyung secara bergantian. “Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Untung saja pasien segera di bawa ke rumah sakit. Pasien hanya mengalami benturan kecil dikepala yang membuatnya mengeluarkan banyak darah serta kaki kanan pasien yang sedikit terkilir. Pasien tidak sadarkan diri karena efek suntik. Dengan mengikuti rangkaian perawatan dari rumah sakit, pasien akan berangsur pulih,” ucap sang dokter yang memberikan penjelasan panjang lebar. Memberikan sedikit ketenangan bagi Jihyo dan Taekyung.
 
“Akan tetapi, pasien benar-benar tidak berada dalam kondisi gawat’kan dokter? Terus, apa bisa kami menemuinya?” tanya Jihyo sekali lagi untuk memastikan.
 
Dokter itu menatap Jihyo lamat dan mengangguk. “Tidak, beberapa jam ke depan, pasien akan segera bangun. Tentu bisa, dan jika ada hal yang terjadi diluar prediksi, kalian bisa menekan tombol darurat. Namun sebelumnya, pasien akan dipindahkan ke ruang inap.” Dokter itu berujar sebelum akhirnya meninggalkan Taekyung dan Jihyo.
 
Mereka sedikit bernapas lega kalau Jungkook baik-baik saja. Hingga mereka pun menunggu untuk sementara waktu, kepindahan Jungkook ke ruang inap. Hal tersebut, tidak berlangsung lama, karena mereka berdua kini berada di ruangan inap—tepat disamping Jungkook yang tengah terpejam damai. Perban terlihat melilit di kepalanya dengan selang infus menancap di punggung tangan serta alat bantu pernapasan Ventilator yang menghiasi mulut juga hidungnya.
 
Jihyo kembali terisak. Walau dokter mengatakan Jungkook akan baik-baik saja. Jihyo tetap tidak tenang jika Jungkook belum membuka matanya dan memanggilnya dengan sayang.
 
“Ini semua salahku, pun seharusnya akulah yang berada diposisi ini, bukan Master,” ucap Jihyo disela tangisnya. Taekyung tidak tega melihat itu.
 
Taekyung menghembuskan napas kasar, ia bahkan belum melakukan apapun. “Jangan menyalahkan diri sendiri, Jihyo. Jungkook pun pasti tidak suka itu,” ucap Taekyung mencoba untuk menenangkan Jihyo. Taekyung juga dapat melihat bagaimana penampilan Jihyo saat ini. Gadis itu terlihat berantakan dan kejadian itu sebelum mereka masuk ke kafe untuk makan siang, bukankah berarti mereka belum makan siang?
 
Hanya saja, Jihyo pasti menolak untuk makan. Alhasil, ia bingung sendiri. Sepertinya, langkah yang tepat hanyalah menanti Haeso untuk membantunya sementara ia harus mengurus masalah ini sendiri. Sial, Jimmy tidak bisa menolong karena pria itu bahkan masih dalam keadaan tidak baik-baik saja.
 
Jihyo mendengar ucapan Taekyung, tetapi ia tetap saja tidak tenang. Jungkook terpejam dengan kondisi seperti itu, membuat hatinya rapuh. Jemarinya kini sontak menggenggam jemari kelar Jungkook. “Master, kumohon bangunlah. Aku ... aku minta maaf, Master.” Pun Jihyo kembali menangis, bahkan ia merasa tidak bosan untuk menangis dan serasa matanya kini membengkak karena itu. Ia pasti terlihat menyedihkan.
 
“Jihyo, Jungkook tidak selemah itu dan kumohon, berhenti menyalahkan dirimu sendiri. Kesalahan ada pada penabrak itu, aku akan menyelesaikan masalah ini dan mencari pelakunya.” Taekyung berujar dingin membuat Jihyo membeku. Hal itu karena Jihyo tidak bisa memberikan kesaksian apapun, ia merasa tidak berguna.
 
“Terima kasih, Taekyung.”
 
“Tidak perlu berterima kasih, Jihyo. Aku sudah harus melakukannya dan kumohon jangan terlalu berlarut, aku mengerti kesedihanmu tetapi jangan sampai membuat dirimu terpuruk. Istirahatlah dulu.” Taekyung kembali berujar.
 
Jihyo hanya mengangguk dan tidak meninggalkan tempatnya. Ia masih ingin menantikan Jungkook sadar dari tidurnya. Hanya saja, Jihyp harus menuntaskan satu hal.
 
Dengan gelisah dan menahan ringisan, Jihyo mengamati Taekyung. “Taekyung—“
 
“Apa kau terluka, Jihyo? Kau juga—“
 
Jihyo menggelengkan kepalanya. “Aku baik-baik saja. Aku serius. Hanya saja, apakah aku bisa menitipkan Jungkook? Maksudnya, aku ingin ke toilet sebentar!” ucap Jihyo. Ia memang ingin menemani Jungkook, tetapi tidak mungkin jika ia mengeluarkan air seninya di sini.
 
Apalagi, kamar inap yang mereka tempati tidak memiliki fasilitas toilet. Hanya terdapat toilet umum.
 
Mendengar itu, Taekyung terkekeh. “Hm, kau sungguh membuatku tidak bisa berkata-kata. Tentu, pergilah. Jangan terlalu mengkhawatirkannya, aku disini,” ucap Taekyung dengan pelan.
 
Jihyo tersenyum mendengarnya. “Terima kasih, aku tidak lama.” Hingga suara itu kini tidak terdengar lagi kala pintu kembali tertutup. Taekyung menatap pintu itu dengan lekat. Namun, secara harus teralihkan kala mendengar sesuatu yang di kiranya mimpi.
 
“Jaga pandanganmu dari kekasihku, Tae!”
 
Taekyung mengerjapkan mata tidak percaya. Terlebih kala mata itu perlahan terbuka dengan pergerakan alat bantu pernapasan terlepas akibat ulah pria itu sendiri. Nyatanya, Jungkook telah sadar.
 
Mengabaikan perintah Jungkook sebelumnya, Taekyung mendekat. “Kau sudah sadar? Tetapi dokter mengatakan butuh beberapa saat untuk kau sadar,” ucapnya bingung.
 
Namun, Jungkook tersenyum tipis karena itu. “Aku tidaklah selemah itu. Buktinya saja, obat bius tidak mempengaruhiku. Lagipula ini tidak apa-apa!” ucapnya dengan sedikit ringisan.
 
Tatapan horor langsung terpancar di wajah tampan Taekyung. “Kapan kau sadar sebelumnya?”
 
“Saat kalian masuk,” ucapnya santai. Taekyung sungguh tidak habis pikir dengan Jungkook yang nyatanya malah mengerjai mereka yang dilanda rasa khawatir yang berlebih.
 
“Jung, kau sangat tidak berperasaan!”
 
“Bukan seperti itu. Aku hanya ingin lihat apakah Jihyo khawatir denganku dan nyatanya dia sangat khawatir.” Ia kembali berujar yang membuat Taekyung sangat sebal. “Namun, aku ingin membahas suatu hal dulu. Aku belum bisa turun tangan untuk menyelesaikannya.”
 
Perkataan Jungkook membuat Taekyung menautkan alis. “Apa soal kecelakaan ini?”
 
Jungkook mengangguk.  “Segera periksa CCTV yang ada di sekitar kafe purple. Aku sangat yakin disana terdapat CCTV, karena pada dasarnya Yeona yang bertanggung jawab soal ini. Setelah bukti itu kau dapat, langsung laporkan ke polisi. Sisanya, berikan kepadaku.”
 
Jungkook memberikan perintah. Taekyung sangat terkejut mendengar bagian di mana Yeona yang ternyata ikut andil. “Jung, Yeona ....”
 
Jungkook kembali mengangguk. “Gadis sialan itu harus diberi pelajaran. Aku sangat tidak mentolerir apa yang ia coba lakukan kepada Jihyo!”
 
“Baiklah. Aku akan melakukannya setelah Jihyo datang, tetapi apa kau masih akan berpura-pura seperti tadi?” Taekyung sebenarnya sangat tidak habis pikir dengan pertanyaannya sendiri.
 
“Sepertinya akan kulakukan. Oleh karena itu, jangan mengatakan apapun. Aku akan segera mengenakan alat bantu ini!”
 
Nyatanya Jungkook langsung mengenakannya dan pura-pura terbaring tidak sadarkan diri. Seperti aktor sungguhan yang membuatnya mendengus sebal, hingga tidak lama ia dikejutkan dengan pintu terbuka akan kehadiran Jihyo dan Haeso.
 
“Baby? Kau sudah datang?” Taekyung berujar sembari mendekat dan mendekap sang kekasih. Sementara Jihyo membiarkan mereka berdua dan kembali ke sisi sangat kekasih.
 
Haeso dengan wajah panih sangat bingung berkata apa. Namun ia sangat terpukul. Taekyung dapat merasakannya kala memeluk kekasihnya itu. “Ada apa? Tenangkan dirimu, Baby.”
 
Taekyung mencoba menenangkan Haeso. Ia merasa Haeso tertekan dengan kejadian ini atau terjadi sesuatu yang lain? Ia tidak tahu. Namun perlahan pelukan itu mengurai dan Haeso sembari melirik ke arah Jihyo kini berjinjit untuk berbisik ke arah kekasihnya. “Baby, aku yakin kau pasti sudah tahu dalang dibalik semua ini. Nanti saja menjelaskannya tetapi yang harus Baby ketahui, dia aku kuncikan di kamar tamu. Segera lakukan sesuatu!”
 
Namun, Taekyung tidak bergerak setelah mendengarnya. Ia bingung kala Haeso berkata demikian kepadanya, padahal ia sama sekali belum bercerita apa-apa.
 
“Baby ....”
 
“Aku marah karena kau tidak mengatakan kalau gadis yang kau ceritakan dan membuat Jungkook Senior menderita itu Yeona. Sial! Aku ketinggalan. Aku bahkan hanya mencoba mencocok-cocokkannya sendiri. Kalian semua ini membuat tekanan darahku naik saja!” ucap dengan suara kecil, hanya mereka berdua yang mendengar.
 
“Maafkan aku, Baby. Aku tidak bermaksud menyembunyikan apapun.” Taekyung tidak tahu harus berkata apa selain mengatakan hal itu.
 
Haeso menghela napas setelah mendengarnya. “Lupakan saja. Segera lakukan sesuatu, Baby. Yeona benar-benar tidak waras. Apa yang dia lakukan sangat berbahaya dan tidak bisa ditoleransi!” katanya dengan suara kecil dan terdengar kesal.
 
Taekyung tersenyum mendengarnya. Taekyung mengira Haeso akan berada dipihak Yeona. Alhasil, Taekyung kini memberikan kecupan ringan di kening kemudian kembali mengamati Haeso. “Kita akan membahasnya nanti, Baby. Aku harus melakukan sesuatu dan aku titip mereka berdua.”
 
“Tanpa kau memintanya, aku akan melakukannya. Pergilah!”
 
Lantas, Taekyung meninggalkan ruangan inap tersebut hingga menyisakan Haeso yang bersama dengan Jihyo. Melihat sedihnya Jihyo, Haeso semakin kesal dengan Yeona. Apalagi, Jihyo hampir berada di posisi Jungkook.
 
“Jihyo, sabarlah. Semuanya pasti baik-baik saja. Taekyung juga sedang melaporkan pelakunya. Mengingat pelaku itu tentu harus mendapat hal setimpal!” Haeso berujar untuk menenangkan seraya mengusap punggung Jihyo. Jihyo pun mengangguk pelan.
 
Lagipula, ia memang mengharapkan semuanya akan kembali baik-baik saja.

Tbc.

Halo guys ! Aku update😃 Intinya see  you next chapter ya😉

Wishlist : Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang