00.13

242 60 4
                                    

Hari ini, Jihyo hampir saja terlambat. Sungguh, untung saja ia masih bisa mendengar suara alarm miliknya yang terus berbunyi. Seandainya tidak, sudah dipastikan Jihyo akan menjadi sorot perhatian dan Cao Myung Senior akan mendapatkan bahan untuk memojokkannya.

Jihyo benar-benar bersyukur dan ia sungguh tidak ingin membuang banyak waktu, sehingga ia kini berlari ke dalam perusahaan. Kali ini pun, Jihyo hanya mengenakan pakaian sederhana. Hoodie dengan rok hitam serta sepatu kets, mengingat perusahaan memberikan kebebasan kepada pekerja dalam berpakaian. Akan tetapi, tentu saja memiliki batas-batasan tertentu demi kenyamanan bersama.

Dan Jihyo mencoba belajar beradaptasi dengan cepat di sini, walau kadang kala ia merasa semuanya sangat sulit. Akan tetapi, Jihyo menyakini bisa melaluinya. Manalagi, Jungkook yang tidak sekejam di novel yang pernah ia baca di mana sang atasan yang memperlakukan pekerjanya dengan buruk.

Jihyo hanya bisa menghela napas saat membandingkan dunia halusinasi novel dengan dunia nyata, lantas mengamati sekeliling yang mulai dipadati dengan para pekerja.

Semuanya tampak sibuk sehingga Jihyo pun menuntun dirinya ke meja kebanggaannya dan berniat untuk menemuin Subin. Ia cukup malas jika bertanya soal hal yang harus ia kerjakan hari ini pada Cao Myung Senior.

Akan tetapi, sebelum melakukannya Jihyo harus dikejutkan dengan sebuah tangan yang mendarat pundaknya.

"Yak, sialan!"

Jihyo berteriak, membuat keheningan dan menghentikan aktivitas yang sedang terjadi. Alhasil, Jihyo dengan spontan membungkuk---menguarkan maaf walau sebenarnya ia tidak sepenuhnya bersalah. Ini karena ulah seorang pria yang hanya tersenyum lebar tanpa dosa, Lee Taekyung.

"Astaga, kau lucu juga ternyata!" ucap Taekyung yang semakin tertawa, membuat Jihyo mengerucutkan bibir.

"Ais, Senior, maksudku Taekyung! Kenapa kau membuatku terkejut di pagi hari? Ak-aku bahkan mengatakan hal itu dengan suara yang keras. Aku benar-benar malu," balas Jihyo yang ingin sekali menyembunyikan wajahnya.

Taekyung yang tadinya tertawa terbahak-bahak, dengan pelan menghentikannya dan mengangguk pelan. "Ya, aku salah. Aku meminta maaf. Aku hanya ingin memberikan ini." Sambil menyedorkan sebotol susu pisang.

Jihyo mengerutkan dahi dan dengan ragu meraihnya. "Ini?"

"Itu dari Jungkook. Katanya, bersulang untuk kemenangan!" jawab Taekyung enteng.

Namun, Jihyo semakin dibuat bingung. 'Bersulang untuk kemenangan?' Memangnya, kemenangan apa yang sang master maksud sehingga harus dirayakan dengan seperti ini? Ayolah, kenapa Jihyo tidak bisa mengingat apapun?

Taekyung yang melihat Jihyo melamun, membuat pribadi itu sontak menjentikkan jemarinya tepat di wajah Jihyo. "Hei, apa yang sedang kau pikirkan? Lupakan itu! Dan bersiaplah!" katanya.

Dengan spontan, Jihyo dibuat kebingungan dengan perkataan Taekyung. "Bersiap untuk apa?"

Alhasil, Taekyung menepuk dahinya dengan pelan. "Kenapa kau bisa lupa? Tentu saja, bersiap untuk rapat! Kau ini bagaimana?"

Jihyo yang baru menyadari hal itupun, sontak saja mengangguk tidak percaya. Sungguh, ia baru mengingatnya dan entah kenapa, ia malah semakin gugup untuk ikut andil pada rapat nanti.

Tentu saja, Jungkook pasti yang akan memimpin rapat dan jika mengingat semalam, Jihyo benar-benar tidak bisa mengendalikan dirinya.

***

Meja berbentuk oval, kini diisi dengan orang-orang yang ikut andil dalam rapat. Beberapa hanya perwakilan dari tim, tetapi ini terkecuali untuk tim bagian pemrograman dan perencanaan di mana mereka semuanya hadir dalam rapat.

Dilihat dari sini pun, Jihyo menyadari jika hanya ialah seorang perempuan. Ia sungguh duduk di antara pria tampan. Jihyo tidak bisa menampiknya. Terlebih, rata-rata pekerja di sini adalah alumni kampus mereka sendiri. Hanya saja, ia tidak mengenal mereka lebih dalam---hanya pernah melihat sekilas.

Saat ini, Jihyo duduk di antara Subin dan Taekyung. Sementara Jungkook berada di ujung sebagai pemimpin. Pribadi itu masih terduduk seraya mengamati sebuah map berwarna orange hingga tidak berselang lama, Jungkook mengangkat kepalanya untuk mengamati sekeliling.

"Sesuai apa yang sempat kita bahas sekilas, kita akan mulai membahasnya lebih dalam. Ini soal pembaharuan The Adventure Story. Aku sendiri yang ikut menjadi pengguna game tersebut, menikmati fitur-fitur yang disediakan, tetapi aku telah menulis beberapa catatan di lembaran kertas ini. Kalian bisa membaca dan memahaminya. Berikan masukan ataupun kritik untuk membenahi," jelas Jungkook sebagai pembuka sembari membagi kertas itu.

Jimmy yang mendengar pembukanya, memang tidak menampik bagaimana performa Jungkook jika sedang bermain game. "Ya, kau ikut andil dan menjadi pemain nomor satu. Aku heran, entah apa yang kau lakukan hingga bisa seperti itu, padahal kau hanya mengawasi bagian perencanaan. Ouh, apa ini …." Jimmy tidak melanjutkan tutur katanya.

Jungkook pun hanya menatap Jimmy---sahabat karibnya dengan malas. Taekyung yang duduk di samping Jimmy sontak menyenggol. "Kau ini bilang apa? Master Cooky alias Jungkook adalah pemain terbaik. Kau saja pernah dibuat turun level karena Jungkook. Apa kau lupa?"

Skat! Jimmy terdiam mendengar dan mengingat kebenaran itu. Sungguh, Jimmy ingin sekali memukul kepala Taekyung yang membuatnya memikirkan masa lalu. Semua orang yang ada di meja oval itupun tertawa mendengar terus terang dari Taekyung.

"Sesuai namanya! Bos kita adalah Master! Master Cooky!" timpal salah seorang.

Alhasil, semua orang tertawa dengan hal itu. Akan tetapi, Jihyo terkecuali. Gadis itu bahkan sangat terkejut mendengarnya dan tidak bisa berkati-kata lagi. 

"Ma-master Cooky?" Jihyo berujar spontan.

Seorang pria, Kwon Jake mengangguk. "Bos adalah peringkat pertama di The Adventure Story. Itu sungguh luar biasa! Bos, memang adalah master!" katanya.

Mendengarnya, Jihyo semakin terkejut. Ia sungguh baru tahu soal itu. Pantas saja! Master Cooky yang tak lain adalah Jungkook mengirimkan pesan seperti itu. Juga, saat sesi interview. Belum lagi, kala Taekyung mengirimkan susu pisang dengan pesan dari Jungkook. Semuanya sangat kebetulan.

Jihyo tersenyum bingung, tidak lupa menatap Jungkook yang menatap meja dengan datar. "Dia … dia memang selalu berhasil membuatku terdiam!" ucapnya dalam hati.

Sial! Jihyo langsung saja merasa malu, padahal tidak ada hal yang memalukan ia lakukan. Entahlah, Jihyo merasa bingung saja. Alhasil, Jihyo menutupi wajahnya dengan kertas itu---sambil membacanya dengan detail.

Semua orang mendadak serius. Belum ada yang bersuara sebab semuanya masih sibuk membaca kertas itu dengan teliti. Hingga, waktu terus berjalan dan mereka telah selesai membacanya.

Jungkook menaikkan sebelah alisnya. "Jadi, bagaimana menurut kalian? Sesi diskusi dibuka dan tidak perlu formal sekali dalam hal ini," katanya sebagai pemecah keheningan.

Jimmy yang mendengarnya, mengangguk walau agak ragu. "Kau membuat rencana agar TAS memiliki beberapa musim, dan juga pembenahan pada kualitas gambarnya. Akan tetapi, jika itu dilakukan, bukankah ukuran aplikasinya akan bertambah?"

Taekyung mengangguk setuju. "Ini juga akan mempengaruhi kinerja aplikasinya," tambah Taekyung.

Semua orang setuju dengan dua opini di mana mewakili semua orang. Akan tetapi, Jungkook tipikal orang yang membuat keputusan, telah memikirkannya dengan matang-matang.

Pribadi itu hanya tersenyum tipis. "Aku tahu itu, tetapi kita bisa mencobanya. Soal ukuran aplikasi dan kinerjanya, aku dan Cao Myung akan mengurusnya. Pertama-tama, kita perlu membuat rancangan baru untuk memberikan kesan di mana para pemain seolah-olah merasakan berbagai musim yang sedang terjadi," ucap Jungkook yang membuat semua orang mengangguk paham. Jihyo juga melakukan hal yang sama, walau pemahamannya dalam hal ini masih sangat lemah di mana perlu diasah lagi, Jihyo setuju dengan opini Jungkook.

Nyatanya, Jungkook memang sangat cocok mendapatkan julukan sebagai master.

Tbc.

Aku potong sampai di sini dulu🤓kita ketemu besok (semoga nggak ada halangan)😊

Sampai jumpa dan semoga kalian terhibur💜

Wishlist : Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang