00. 30

150 39 9
                                    

Jihyo menarik langkah menuju ruangan Jungkook. Ia agak mempercepat langkahnya sembari melempar senyum pada pekerja yang menyapanya. Ia tidak ingin dikira sombong, walau sebenarnya ia amat malas melakukannya. Jihyo terpaksa melakukan itu, mengingat semua orang mengenalnya dengan lekatan ‘Kekasih Jungkook’.
 
Jihyo mencoba mengabaikannya dan memilih menghela napas pelan sebelum memberikan ketukan pada pintu yang kini berada di hadapannya. “Permisi, Master. Apakah saya bisa masuk?”
 
“Masuk saja!” Suara itu terdengar menginterupsi. Sialnya, entah kenapa membuat bulu kuduk Jihyo meremang. Ia bahkan terdiam ditempatnya beberapa saat yang membuat suara itu kembali mengudara.
 
“Shin Jihyo?”
 
Alhasil, Jihyo yang tadinya diam kini menaikkan kepalanya dan langsung saja memutar knop pintu. Bahkan, ia juga langsung menarik langkah untuk mendekat ke arah meja tempat Jungkook tengah berkutat pada pekerjaannya. Dengan langkah cepat serta perasaan yang campur aduk, Jihyo mendekat ke arah Jungkook—pria yang kini masih amat fokus pada layar komputer di hadapannya. Hanya saja, Jihyo belum mengutarakan maksud kedatangannya menemui pria yang menjabat sebagai atasannya sekaligus kekasihnya itu.
 
Diamnya Jihyo beberapa menit yang hanya fokus memberikan seluruh amatannya pada Jungkook, membuat pria itu lantas menghentikan kegiatan yang memang sangat menyita seluruh waktu dan tenaga untuk melihat dengan lekat sang pujaan hati. Lebih dari itu, Jungkook bangkit dari duduknya dan memilih untuk melangkah untuk menghapus jarak—keduanya sangat dekat. Bahkan, Jungkook langsung menuntun kedua tangannya untuk membelai kedua pipi tembem yang sangat disukainya.
 
“Kenapa diam saja sayang? Apa Cao Myung kembali menyusahkanmu?” Jungkook langsung menembak pertanyaan yang terlintas dari pikirannya. Hanya itu, mengingat dia memahami bagaimana kepribadian dari Cao Myung.
 
Secepat kilat Jihyo menggelengkan kepalanya. Keduanya masih dengan posisi yang sama seperti sebelumnya. “Bukan, Cao Myung tidak menyusahkanku. Pun kalau begitu ya sudah seharusnya, bukan? Tapi, bukan itu, Master!” Jihyo berujar sembari menggelengkan kepalanya.
 
Mendengar itu, Jungkook menyingkirkan kedua tangannya dari pipi itu lalu memilih untuk memasukkan jemarinya ke dalam saku celana. Tidak lupa, sebelah alisnya terangkat. “Lalu, karena apa? Membutuhkan sesuatu, sayang?”
 
Sayang. Itu membuat Jihyo tidak bisa mengekspresikan dirinya. Serasa sangat tiba-tiba seperti sihir. Mimpi yang benar-benar nyata. Panggilan itu bahkan ampuh membuat kedua pipinya memecah seperti kepiting rebus. Namun, buru-buru dia menggelengkan kepala dan mencoba untuk menetralkan dirinya yang saat ini tidak baik-baik saja. Apalagi, tatapan Jungkook yang teduh kepadanya, membuatnya sulit untuk mengutarakan maksudnya.
 
“Itu, aku hanya ingin mengatakan soal lembur nanti. Maksudku, tidak bisakah kantor memfasilitasi sesuatu yang bisa membuat suasana hati karyawan saat lembur nanti cukup baik untuk bertempur pembaharuan game, Master?” tanyanya dengan hati-hati.
 
Terlihat Jungkook yang memberikan fokus pada Jihyo yang terlihat gugup kepadanya. Sangat lucu untuk dipandang. Dengan senyum kecil, dia menghembuskan napas pelan. “Apa rencanamu sayang untuk itu? Coba katakan biar aku bisa mempertimbangkannya.”
 
Sungguh, mendengar respon Jungkook yang lembut dan ramah seperti itu, membuat Jihyo sangat bahagia. Suasana hatinya meningkat drastis. Ia sangat bersemangat. “Master, kantor tidak memfasilitasi kantin untuk makan ataupun tidak ada ruang istirahat. Ya, setidaknya karyawan membutuhkan itu untuk kembali bekerja. Sesuatu yang terus mereka butuhkan, mengingat mereka juga manusia. Bukan robot,” ucapnya. Mengutarakan maksud yang ada di kepalanya yang terus saja terpenjara.
 
Hanya saja, setelah mendengar itu, Jungkook memilih diam terlebih dahulu—tidak terlalu lama sebelum memberikan keputusannya. “Ya, kau memang benar, sayang. Aku sama sekali selama tidak terlalu memikirkan itu dan baiklah, kita lakukan rencanamu,” ucapnya Jungkook yang membuat Jihyo membulatkan mata.
 
“Serius, Master?”
 
Jungkook mengangguk sembari merogoh sesuatu dari dalam sakunya yang nyatanya adalah dompet. Tanpa meminta pendapat apapun, Jungkook menaruhnya di telapak tangan Jihyo yang dia ambil. “Gunakan isi dompet ini untuk memenuhi semua keperluan karyawan sini. Lakukan apa yang diinginkan isi kepalamu. Aku mempercayai, Sayang.”
 
***
 
Senandung ria sejak tadi keluar dari kedua bibir Jihyo, tak bosan untuk mengudara—mengisi kekosongan kantor yang disibukkan akan pekerjaan para karyawan. Sekalipun lembur untuk mengerjakan pembaharuan sistem game belumlah dilaksanakan, tetap saja kantor selalu saja sibuk. Akan tetapi, Jihyo menikmati semua hal disini. Pada dasarnya, dia suka tempat magangnya.
 
Banyak hal yang terjadi begitu saja di dalam hidupnya. Diterima sebagai pekerja magang di Dream Tech. dia juga mendapatkan hati pemilik sekaligus pendiri perusahaan itu. Benar-benar Jihyo tidak pernah membayangkan mimpinya yang kini menjadi nyatanya.
 
Jihyo lantas tersenyum bahagia. Jika mengingat manisnya Jungkook, serasa dia ingin memperlihatkannya pada dunia. Apalagi kala Jungkook mempercayainya untuk mengatur hal-hal yang diperlukan untuk sesi lembur nanti.
 
“Astaga! Tidak pernah kubayangkan!” Jihyo berseru.
 
“Apa yang tidak pernah kau bayangkan, Nona Kekasih Bos?” Suara itu mengudara tiba-tiba dengan nada mengejek. Hanya mendengar itu, Jihyo dapat mengenalinya.  Siapa lagi kalau bukan Jimmy, sosok yang tidak suka dengan dirinya.
 
Tidak ingin melakukan  perdebatan yang biasa dia lakukan dengan Yeonjun, dia memilih mengabaikannya dan fokus pada laporan yang dia kerjakan—dimana harus dia berikan kepada Subin setelah selesai.
 
Melihat respon Jihyo yang tidak memedulikannya, sungguh membuat suasana hati Jimmy sangat jengkel. “Entah apa yang kau berikan kepada Jungkook temanku itu sehingga mau memacari gadis sepertimu. Bahkan, dia lebih baik darimu jika dilihat-lihat.” Jimmy kembali menimpali yang membuat Jihyo langsung menghentikan pekerjaannya.
 
“Aku memberikan Master ramuan cinta atau racun cinta sekalipun itu bukanlah urusan anda senior dan satu hal yang senior harus ketahui! Aku tidak peduli pendapatmu soal mana yang lebih baik atau tidak untuk Master karena pada dasarnya, Master lebih tahu yang baik untuk dirinya sendiri. Lebih baik, Senior belajar lagi untuk memenangkan misi selanjutnya agar bisa naik level!” balas Jihyo dengan nada dingin dan tenang. Sekalipun terdengar seperti itu, rasa-rasanya dia ingin menendang puncak masa depan seorang Jimmy yang sangat belagu kepadanya.
 
Jimmy yang tentu mendengar itu, sangat kesal dan memilih untuk mendengkus setelah menunjuk wajah Jihyo dengan menahan amarah. Lagipula, Jimmy tidak ingin membuat keributan dengan gadis di depannya yang kini menjadi kekasih temannya. Hanya saja, sebelum meninggalkan Jihyo, Jimmy lantas berkata, “Kau mungkin bisa senang karena telah mendapatkan hati Jungkook begitu singkat, tetapi jangan senang dulu, karena setelah dia kembali lagi, kau bisa saja tidak berarti lagi bagi Jungkook, Nona Shin!”
 
Jimmy yang setelah mengatakan itu langsung meninggalkan Jihyo yang mematung mendengarnya. Dia sama sekali tidak mengerti maksud Jimmy. Memangnya, siapa yang akan kembali yang membuat Jihyo tidak lagi berarti bagi Jungkook? Apa itu seperti masa lalu yang dulunya menjadi kisah manis bagi Jungkook?
 
Jihyo sama sekali tidak bisa memahami hal itu dan sekalipun entah itu hanyalah candaan ataupun sebuah tekanan, entah kenapa, ada ketakutan dalam diri Jihyo yang paling dalam, seolah-olah ada hal besar yang akan terjadi di masa depan nanti. Hanya saja, Jihyo berharap semuanya akan baik-baik saja.

Tbc.

Halo guys, aku update setelah sekian lama, wkwk. Ada yang kangen ndk? Wkwk. Semoga nggak ngebosanin sih. Maaf juga ya kalau nemu tipo dan sampai jumpa di bab selanjutnya🥰

Jangan lupa komen dan Vote ya bisa bisa segera aku up lagi🥰

Wishlist : Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang