00. 22

209 58 2
                                    

Jihyo seperti mimpi. Namun, apa yang terjadi padanya memang nyata. Jungkook, kali ini mengajaknya makan. Oh, setelah apa yang terjadi di antara mereka dan entah kenapa, Jungkook memang tipikal pria yang senang memberikan senam pada jantungnya.

Helaan napas terlontar begitu saja, tepat setelah mereka telah tiba di sebuah restoran. Jihyo menggenggam jemarinya dengan kuat. Agak heran kala Jungkook mengajaknya makan di sini. Hanya berdua saja. Tidakkah perlakuan ini terlalu berlebihan?

Jihyo memikirkannya. Tidak menyadari jika Jungkook telah terlebih dahulu keluar dari mobil. Untung saja, pria itu mengetuk jendela mobil di sisinya, sehingga hal itu menyadarkan Jihyo dari lamunan.

Buru-buru, Jihyo melepas sabut pengaman dan keluar. Tersenyum agak canggung dan membungkuk pelan. “Aku minta maaf, Master?”

Jungkook lantas menaikkan sebelah alisnya. “Untuk?”

Sekejap, Jihyo terdiam. Ia juga bingung dalam hal apa kata maaf kembali menguar? Jika kembali mengungkit kejadian tadi pagi, itu hanya akan membuat kesalahpahaman.

Jungkook yang melihat Jihyo bungkam, memilih untuk tersenyum tipis. “Sudah, kau jangan meminta maaf terus menerus. Lupakan hal yang menjanggal dan ayo kita segera masuk ke dalam,” pinta Jungkook. Kembali tidak membutuh balasan, karena pria itu langsung menariknya dengan menggenggam jemarinya—bak pasangan.

Bisakah Jungkook tidak bersikap seperti ini? Jihyo bisa saja akan berharap lebih dan akan sangat menyakitkan jika nyatanya Jungkook menganggapnya biasa.

Jihyo spontan memejamkan mata. Pikirannya memang sudah tidak bisa diajak berkompromi kala Jungkook memperlakukannya cukup berbeda. Setiap perkataan Taekyung merotasi pada pikirannya dan itu membuatnya agak gelisah.

Ya, setidaknya ia harus melupakan hal itu untuk sejenak kala Jungkook berhenti melangkah di sebuah meja yang berisi seorang anak perempuan dan wanita dewasa.

“Jung, kau akhirnya datang juga,” kata wanita cantik nan anggun itu dengan senyum lega. Namun, mendadak sebelah alisnya terangkat melihat Jungkook tidak sendirian. Bahkan, Jungkook menggenggam jemari gadis itu.

“Dia?”

“Shin Jihyo,” jawab Jungkook. Namun, bukan jawaban itulah yang wanita itu minta. Ingin bertanya lagi, Jungkook malah lebih dulu menyela. “Maaf karena terlambat, Kak. Aku harus menyelesaikan urusan kantor dulu.”

Wanita itu hanya mengangguk. Masih menatap Jihyo dengan bingung dan penasaran. Akan tetapi, wanita itu mencoba melupakan hal apapun yang merotasi di kepalanya dan memilih mengulurkan jemarinya.

“Perkenalkan namaku, Choi Mirae. Aku kakak perempuan Jungkook dan ini adalah putriku, Hwang Misun,” katanya dengan ramah.

Jihyo pun sontak membalas uluran tangan itu lebih ramah lagi. “Aku—aku Shin Jihyo, Nyo—“

“Panggil aku Mirae atau Kakak, Jihyo. Itu lebih baik,” katanya memangkas tutur kata Jihyo. Dengan canggung, Jihyo mengangguk. Ia bingung untuk bersikap seperti apa.

Lagi pula, Jihyo sama sekali tidak tahu jika Jungkook ternyata memiliki seorang kakak perempuan. Mulanya, Jihyo mengira Jungkook adalah anak tunggal dan bahkan hal itu diperkuat dengan banyak orang yang membicarakannya di kampus dulu.

Misun yang melihat kebingungan Jihyo, memilih tertawa. “Banyak orang memang mengira Jungkook adalah anak tunggal karena kami terpisah sejak lama. Aku menetap di New York dan Jungkook tetap berada di sini. Sederhananya seperti itu dan Jungkook sendiri pernah mengumumkan jika ia adalah anak tunggal karena kesal denganku yang memilih menetap di New York dan menikah,” balasnya dengan santai. Belum lagi, jika di lihat saja, wajah keduanya memang hampir mirip.

Wishlist : Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang