Jihyo tidak ingin berlarut-larut di ruangan ini dan tidak ingin mendapatkan tembakan banyak pertanyaan. Oleh karena itu, Jihyo dengan senyum canggung, berbalik ke arah Jungkook lantas membungkukkan tubuhnya.
“Ada yang harus kukerjakan, Master. Saya permisi dulu,” kata Jihyo mencoba tenang.
Jungkook mengangguk, sehingga membuat Jihyo bergegas meninggalkan ruangan itu. Tidak lupa, ia memberikan hormat dengan membungkukkan tubuhnya kala melewati Jimmy dan Taekyung yang tersenyum penuh arti.
Sialan. Jihyo tidak bisa menahan rasa malunya. Lagipula, kenapa Jimmy dan Taekyung harus datang saat posisinya dengan sang master membuat banyak orang salah paham?
“Ais, kenapa harus seperti itu, Ya Tuhan?” gumam Jihyo sembari memukuli kepalanya dengan pelan kala telah berada di luar ruangan Jungkook. Ia masih tidak habis pikir dan sungguh sangat malu.
Belum lagi, itu adalah ciuman pertamanya. Jika banyak orang mengharapkan mendapatkan ciuman pertama yang romantis, lantas kenapa ia malah mendapatkannya seperti ini? Dan sungguh, kenapa pelakunya harus sang master?
Sementara Jungkook, pria itu terlihat mengerjapkan-ngerjapkan matanya. Memang, ini bukanlah yang pertama, tetapi ia tidak pernah menduganya. Akan tetapi, menyadari jika di ruangan ini ia tidak sendirian, Jungkook mencoba bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa di antara ia dengan Jihyo.
Lihat saja, Jungkook lantas kembali pada pekerjaannya. Duduk di atas kursinya dan fokus pada layar komputernya. Tidak peduli pada Jimmy dan Taekyung yang menatap ke arahnya dengan penuh arti.
“Wah, wah, kau memang pemain yang andal. Aku mengakuinya, tetapi bisakah kau memperbaiki cara mainmu? Maksudku, cari tempat lain untuk melakukannya,” sahut Jimmy sembari menarik langkah—mendekat ke arah sang empu yang mendadak acuh.
“Apa yang kalian inginkan?”
Jimmy menghela napas kasar mendengarnya. Sangat jengkel dengan kepribadian Jungkook yang seperti ini. Tidak bisakah pria itu mengatakan sesuatu yang lebih bermutu?
“Astaga, Jung—“
“Kami penasaran soal demonya. Bukankah kau sendiri yang mengatakannya di rumahmu dan menjadi alasan kau sangat pagi ke kantor?” Taekyung langsung menyela.
Jimmy semakin jengkel saja. Entah kenapa, Taekyung selalu menyelanya dan membantu Jungkook untuk keluar dari interogasinya. Padahal ia ingin menanyakan dan mengatakan banyak hal.
Spontan, Jungkook mengangkat kepala. Mengamati Jimmy dan Taekyung secara berulang lalu mengangguk. “Aku hampir lupa.”
Mendengar itu, membuat Jimmy merotasikan bola matanya dengan malas. “Tentu saja kau lupa. Kau’kan habis melakukan itu dengan gadis magang itu. Aku sih sebenarnya tidak mempermasalahkannya, tetapi apa tidak ada gadis lain, hem? Jika ditilik lebih jelas pun, Yoora lebih baik dari dia. Sungguh, kau memang tidak bisa ditebak setelah ditinggal olehnya,” kata Jimmy spontan. Tidak memikirkan dampak atas apa yang keluar dari kedua bibirnya.
Taekyung yang mendengar itu bahkan langsung melototkan kedua matanya dan memberikan pukulan kecil pada lengan pria itu. “Kenapa kau cerewet sekali, bodoh?”
Sementara Jungkook, pria itu hanya tersenyum tipis. Kini mengamati Jimmy dengan tatapan penuh arti. “Bukankah sudah kukatakan sebelumnya, apa yang kulakukan bukanlah urusanmu! Dan kalau memang menurutmu seperti itu, kencani saja Yoora, karena aku sama sekali tidak butuh saran darimu, Lee Jimmy.”
Lantas Jungkook melirik ke arah Taekyung. “Tae, katakan pada yang lainnya untuk bersiap sebelum istirahat. Aku akan memperlihatkan demonya dan diskusi dilanjutkan setelah jam istirahat,” pintanya dengan suara tenang.
Taekyung mengangguk agak ragu. Sementara Jimmy? Pria itu tidak merasa tersinggung dengan tutur kata Jungkook. Ia sudah kebal dengan kata-kata manis yang Jungkook lontarkan. Lagipula, ia hanya mengutarakan isi kepalanya setelah mengamati sekitar dan masa lalu pria itu. Belum lagi, rasa kesalnya pada Jihyo yang terus mematikan karakter game-nya
***
Jihyo kini termenung mengamati layar komputer yang menampilkan layar hitam. Masih memikirkan apa yang sudah terjadi pada bibirnya. Apalagi, kala ia yang tidak disibukkan oleh pekerjaannya karena Cao Myung—selaku orang yang memberinya tugas akan datang terlambat.
Ia bisa sedikit tenang, tetapi tidak dengan hatinya. Ada gejolak aneh yang membuatnya sangat frustrasi dan Taekyung yang melihat itu, tertawa kecil. Pribadi itu bahkan lantas menaruh sebuah kotak susu di atas meja Jihyo.
Alhasil, Jihyo langsung menoleh ke arah sosok yang memberikannya susu kotak. Dahinya mengerut. “Ouh, Senior—“
“Astaga, panggil Taekyung saja dan ini untukmu. Kau sepertinya sedang tertekan karena suatu hal,” kata Taekyung—memangkas tutur kata Jihyo.
Sial. Jihyo merasakan pipinya yang mendadak kaku dan merona. Perkataan Taekyung, membuatnya kembali teringat dengan ciuman mendadak itu.
“Sebelumnya terima kasih untuk susu kotak ini, tetapi apa kau lihat sungguh hanyalah kesalahpahaman. Maksudku, Master hanya menyuruhku untuk melihat demo game dan pas aku berbalik, itu langsung terjadi tanpa bisa aku hindari. Kau mengertikan maksudku?” ujar Jihyo. Berharap Taekyung mengerti karena ia merasa tidak nyaman.
“Demo game? Kau sudah melihatnya?” tanya Taekyung. Agak aneh di pendengaran Jihyo, tetapi gadis itu memilih mengangguk.
Namun, ekspresi Taekyung yang tidak bisa ia baca, membuatnya penasaran. “Memangnya kenapa? Apa—“
“Jujur, kau masih magang dan Jungkook tidak terlalu mengenalmu, tetapi pria itu malah memperlihatkan demo game terlebih dahulu pada dirimu. Biasanya, Jungkook tidak seperti itu dan lebih memilih membahasnya secara luas kepadaku dan yang lainnya saat rapat. Ya, Jungkook tipikal malas untuk berbicara dua kali, tetapi kenapa Jungkook tidak masalah melakukannya kepadamu?” katanya dengan sebelah alis terangkat.
Percayalah, Jihyo tertegun mendengarnya. Bahkan, ia bingung untuk memberikan balasan.
“Aku, aku sama sekali tidak tahu apa-apa. Aku hanya—“
Taekyung mengangguk. “Sungguh, Jihyo. Kau adalah gadis yang sepertinya akan kembali meluluhkan pria aneh seperti Jungkook,” ucapnya dengan senyum manis—siapa pun yang melihatnya akan terpesona tetapi Jihyo malah semakin bingung akan maksud perkataan Taekyung.
“Aku tidak mengerti dengan maksudmu, Taekyung,” ucap Jihyo sembari menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak terasa gatal.
Kembali, Taekyung tertawa. Sebenarnya Jihyo agak kesal jika lawan bicaranya tertawa sementara tidak ada hal yang lucu.
“Oke, maafkan aku karena tertawa. Lupakan itu dan maksud perkataanku sudah sangat jelas. Sebelum ada kau, ada gadis lain yang membuat sang master tergila-gila. Namun, mereka harus berpisah karena suatu hal. Dan, aku sangat senang melihat Jungkook yang mulai terbuka kepada gadis lagi. Rasa-rasanya, Jungkook memiliki rasa kepadamu. Ya, walau ia tidak pernah mengatakannya.”
Taekyung menjawab pertanyaan Jihyo dengan enteng, membuat gadis itu tertegun. Ia sama sekali tidak mengetahui jika nyatanya Jungkook tergila-gila dengan satu gadis. Mengingat semasa kuliah, Jungkook sangat dingin dan tertutup. Kabar berkencan pun tidak pernah ia dengar. Hanya kedekatan Jungkook dan Yoora.
Namun, detik selanjutnya Jihyo tertawa. “Master tidak mungkin menyukaiku. Aku sadar diri sekalipun aku mengidolakannya—“
“Kau tidak percaya? Ya sudah. Lihat saja nanti.”
tbc.Kalau begitu, mari kita lihat nanti, hahaha. Maaf ya baru update lagi. Semoga nggak aneh sih dan sampai junpa di bab selanjutnya❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Wishlist : Be With You
RomanceShin Jihyo adalah gadis yang dikenal barbar dan penggila game online. Walaupun begitu, ia adalah lulusan terbaik di jurusan ilmu komputer dan berusaha untuk menjadi bagian dari Dream Tech---perusahaan yang mencetuskan game kesukaannya yang dikenal d...