00. 37

91 28 14
                                    

Suasana di dalam mobil begitu tegang dan canggung. Jihyo dibuat bingung karena itu, padahal ia dengan Jungkook tidak memiliki masalah apapun. Jungkook hanya menjemputnya dan pertemuan singkat dengan teman dekatnya, membuat Jungkook menjadi pribadi pendiam. Agak aneh bagi Jihyo. Apakah ada hal lain yang ia tidak ketahui? Pun, Jungkook tidak berkata apapun. Nyatanya, mereka memang belum sedekat itu. Pikirannya kembali berkecamuk soal masa lalu.
 
Jihyo menggelengkan kepala dengan mata terpejam. Ia tidak ingin berpikir aneh atau berspekulasi apapun. Alhasil, ia memilih untuk menarik napas dalam-dalam lantas menghembuskannya dengan perlahan. Matanya masih terpejam. Hal yang dilakukannya, tidak luput dari pantauan ekor mata Jungkook.
 
Jungkook mengakui, suasana hatinya sedang tidak membaik dan itu mempengaruhi dalam hal berbicara. Akan tetapi, hal yang Jungkook sadari, Jihyo tidak bersalah apapun dan tidak harus mendapatkan imbas dari suasana hatinya yang sedang buruk.
 
Dengan pelan, ia memutar kemudi mobil—melaju dengan kecepatan standar kemudian menetralkan dirinya. “Apa yang membuat seperti itu, Sayangku? Katakan saja kepadaku. Jangan takut,” ucapnya dengan pelan. Begitu lembut.
 
Sontak, Jihyo membuka matanya dengan pipi yang agak merona. Sepertinya, ia ketahuan. Alhasil, Jihyo terkekeh karena itu. “Bukan apa-apa, Master. Maksudku, hanya sedikit bingung dengan ketegangan yang terjadi setelah tadi. Aku tidak tahu apa yang terjadi,” ucapnya seraya melirik ke arah Jungkook, mengharap Jungkook akan menjawab isi kepalanya yang terus menguarkan banyak pertanyaan.
 
Akan tetapi, nyatanya Jihyo dapat melihat perubahan wajah Jungkook—terkesan dingin—seperti pertama kali mereka bertemu dan tidak saling mengenal sewaktu masih menjadi mahasiswa. Sungguh, bukan ini yang Jihyo inginkan, hanya sederhana bukan? Ia hanya ingin Jungkook memperjelas sesuatu yang menciptakan kecanggungan seperti ini.
 
Jungkook pun yang menyadari akan kesalahan dalam dirinya yang pasti membuat benak Jihyo bertanya-tanya, lantas menghembuskan napas pelan. “Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, aku bahkan tidak mengerti ketegangan yang kau maksud, Sayang. Sudah hal lumrah, seseorang tidak bertemu lama seperti itu dan aku tidak ingin berurusan dengan dia—“
 
“Kenapa?” Jihyo langsung memotong perkataan Jungkook yang terdengar kurang jelas menurutnya, seakan ada sesuatu yang Jungkook sembunyikan.
 
“Ya, karena ....” Jungkook tidak melanjutkan perkataannya kala ia mendengar suara ponselnya berdering. Mengabaikan percakapannya dengan Jihyo, ia merogoh ponsel dan menjawab panggilan itu kala melihat nama Jimmy yang tertera. “Ya, ada apa?”
 
Sungguh, karena itu membuat suasana hati Jihyo amat dongkol. Pertanyaannya tidak terjawab dan akan menciptakan pertanyaan besar dalam lubuknya. Mengingat Jungkook yang mengatakan tidak ingin berurusan dengan Yeona sementara mereka adalah teman dekat. Bukankah sangat aneh?
 
“Dasar menyusahkan saja! Baiklah, saya akan ke sana. Untuk sementara waktu, jaga pria bodoh itu dulu,” ucap Jungkook sembari mematikan ponselnya. Terlihat menahan kesal.
 
Sekesal-kesalnya Jihyo, ia tentu tidak bisa mengabaikan apapun jika berurusan dengan Jungkook. “Ada apa, Master? Apa ada urusan penting?”
 
Dengan ekspresi wajah rasa bersalahnya, menoleh ke arah Jihyo beberapa saat sebelum kembali kepada kemudinya. “Jimmy membuat ulah di salah satu bar dan sekarang berada di rumah sakit karena tidak sadarkan diri. Entah apa yang ia lakukan. Aku akan ke rumah sakit setelah mengantarmu pulang,” ucap Jungkook yang langsung mengeluarkan keputusannya.
 
Akan tetapi, Jihyo menggelengkan kepalanya. “Aku ingin ikut.”
 
Namun, Jungkook ikut menggelengkan kepalanya. “Tidak, lagipula ini sudah malam. Aku akan mengantarmu pulang. Beristirahat dan kumohon mengertilah, sayang,” ucapnya lagi.
 
Jihyo ingin sekali mendebatkannya, tetapi rasanya itu tidak akan membuahkan hasil, sepertinya Jungkook akan kukuh pada keputusannya dan Jihyo tidak ingin memperuh apapun. Memang, masih ada hal yang ingin ia tanyakan dan menjadi hal utama dirinya ikut. Hanya saja, ia perlu mengubur hal itu terlebih dahulu. Lagipula, Jungkook sudah janji kepadanya tidak akan membuatnya kecewa, jadi ia akan mempercayai hal itu walau ia sedikit gelisah saja.
 
***
 
Jungkook kini bersedekap dada mengamati seorang pria yang memegangi kepalanya yang diperban. Sangat mengenaskan, wajah putih mulus itu penuh akan hasil buat tangan yang tentu akan membutuhkan waktu untuk menghilang. Sedikit membuatnya kesal karena pria yang sebelumnya tidak sadarkan diri dari pingsannya yang tak lain adalah Jimmy, kini telah meringis kesakitan.
 
“Aduh, sangat menyesal aku ke sana—“
 
“Aku sangat mengharapkan rasa sesalmu yang telah membuang waktuku, Jim. Lagipula, entah kenapa pihak rumah sakit malah menghubungiku,” ucap Jungkook tanpa basa basi.
 
Sumpah serapah ingin sekali Jimmy keluarkan, hanya saja ia tidak mampu melakukannya karena tubuhnya yang benar-benar sakit. Beruntung, ia masih hidup kala ia merasa sudah berada di detik-detik  hidupnya yang akan berakhir.
 
Jimmy hanya berdecak sebal. “Mana aku tahu, seharusnya rumah sakit menghubungi Taekyung saja. Setidaknya, tidak sejahat kau sebagai seorang teman. Mentang-mentang kau sudah memiliki kekasih, temanmu kau telantarkan begitu saja, eoh?” ucapnya dengan kesal. Persetanan dengan apapun itu, ia kesal dengan Jungkook yang bukannya membuatnya baik-baik saja malah ingin melihatnya tiada di dunia ini.
 
“Salahkan dirimu sendiri dan berhenti beralasan apapun! Kau begitu bodoh dengan menghajar sembarang orang di bar yang nyatanya tidak sebanding dengan dirimu. Sungguh, kau memang menyusahkan saja!” Jungkook kembali berujar. Lihatlah, tidak ada belah kasih sedikit pun. Entah kenapa menjadi temannya.
 
Jimmy menghela napas pelan sembari memegangi wajahnya yang terdapat luka. “Aku tidak tahu, hanya tidak sengaja menumpahkan minuman dibajunya dan begitulah, lagipula pria itu yang langsung menghajarku, aku meminta maaf padahal. Aku yang kesal juga yang ikut menghajarlah, apa lagi?” ucapnya mencoba menjelaskan. Sedikit membela diri berharap Jungkook memahaminya sedikit saja.
 
Akan tetapi, Jungkook tetaplah Jungkook.  “Sudahlah, kau pun sudah mendapatkan hadiahmu. Istirahatlah sebentar, kata dokter besok kau baru bisa pulang.” Jungkook menyudahi perdebatan itu.
 
Jimmy mengangguk mengerti. “Oke, terima kasih sebelumnya karena sudah datang.” Ia mengatakannya dengan tulus, mengingat Jungkook yang penuh akan kesibukan masih sempat untuk menemuinya.
 
Jungkook tidak merespon apapun. Ia memilih mengamati Jimmy dengan pandangan kosong—ingatannya kembali berputar pada kejadian beberapa waktu yang lalu. Sementara Jimmy yang sama sekali tidak paham tatapan itu, sedikit berpikir hingga ia hendak mengatakan sesuatu kepada Jungkook.
 
“Jung, ada yang ingin kusampaikan, tetapi jangan berpikir apapun dulu. Maksudku, ini soal Ye—“
 
“Gadis itu? Aku tahu, aku bertemu dengannya beberapa saat yang lalu,” ucapnya dengan lirih.
 
Jimmy lantas mengatupkan kedua bibirnya. Rasa sakitnya seketika menghilang begitu saja setelah mendengarnya. “Kau sudah bertemu dengannya? Apa dia melakukan hal aneh kepadamu?”
 
Jungkook hanya menggelengkan kepalanya. Memilih diam terlebih dahulu, hingga ia kembali mengalihkan amatannya menatap jendela kamar yang Jimmy tempati sekarang. “Kuharap dia tidak melakukan apapun setelah mengatakannya kepada Jihyo bahwa kita adalah teman dekat.”
 
Kembali, Jimmy terdiam mendengarnya. Di luar dugaannya kala Jungkook berterus terang. “Apa kau sudah menjelaskannya kepada Jihyo?”
 
“Belum, aku bingung menjelaskannya dari mana. Akan tetapi, aku harus mengatakannya dengan segera, aku tidak ingin jika dia mendengar hal aneh perihal masa laluku dari orang lain,” ucapnya dengan senyum lirih, ia kembali menatap Jimmy. “Jihyo sudah menjadi duniaku, Jim. Memang terasa singkat, tetapi aku sangat menyayanginya dan hanya menginginkan Jihyo menjadi milikku ....”
 
“Hanya saja, aku terkadang bingung untuk mengekspresikan diriku.”

Setelah itu, tidak ada percakapan dari dua pria dewasa itu. Keduanya larut akan pikiran masing-masing hingga seorang pria dengan wajah khawatir membuka pintu dan masuk begitu saja.

"Eoh, maaf karena terlambat, sedikit ada kemacetan!" ucap seorang pria yang tak lain adalah Taekyung seraya menetralkan napasnya yang memburu karena ia yang baru saja berlari.

Jimmy hanya tersenyum tipis. "Santai saja, tidak apa." Pun senyum itu kembali hilang. Suasana canggung menggelitik Taekyung yang sama sekali tidak paham akan situasi saat ini. Sepertinya, ia melewatkan satu hal.

Sementara di sisi lain, Jihyo mengamati layar ponselnya sejak tadi. Ya, mungkin terdengar bodoh kala menanti pesan seseorang sebab itulah yang Jihyo lakukan sekarang. Menanti pesan Jungkook setelah mereka berpisah, sekitar sejam lalu. Akan tetapi, tidak ada pesan apapun.

Jihyo sedikit frustrasi dibuatnya. "Sebenarnya ada apa? Dan aku juga, tidak tahu kenapa seperti berpikir yang tidak-tidak saja! Bahkan mempengaruhi Suasana hatiku untuk bermain game," ucapnya dengan dongkol.

Awalnya ia memang berencana untuk bermain game, setidaknya memainkan satu level saja, tetapi ia tidak bisa melakukannya dalam kondisi seperti ini. Alhasil, ia memutuskan untuk menggulir layar ponselnya, berselancar di sosial medianya dan mencari hiburan.

Hanya saja, Jihyo tidak sengaja memencet sebuah akun yang sedang direkomendasikan. Bahkan, ia tetap melihat isi akun itu kala mengetahui bahwa pemiliknya adalah Yeona.

"Dia benar-benar sangat anggun dan cantik tanpa riasan," ucapnya tidak bisa membohongi diri kala melihat foto-foto Yeona--sang model papan atas alis sepupu Haeso dan nyatanya akun tersebut adalah akun lama Yeona. Terlihat dari postingan terakhir di 2 tahun lalu.

Akan tetapi, Jihyo tiba-tiba menghentikan pergerakan jemarinya kala menemukan sebuah foto yang diposting Yeona tiga tahun lalu, sepasang kekasih yang tampak bahagia dengan buket bunga dipegang gadis itu, tidak lupa pantai yang memperlihatkan indahnya senja menghiasi keserasian keduanya.

Kedua bibir Jihyo mengatup, ia tidak tahu harus bereaksi apapun kala mengenali bahwa sosok pria itu adalah kekasihnya, Jungkook, sekalipun tidak terlalu kentara karena pria itu mengenakan masker tetapi Jihyo bisa mengenalinya. Ditambah dengan caption yang menggambarkan maksud foto itu.

[Yxxxa]: Terima kasih kekasihku, Sang Master Cooky untuk kejutannya. Aku sangat-sangat mencintaimu. Ayo bahagia dan selalu bersama di masa kini dan masa mendatang nanti <3

Hal itu bahkan diperjelas dengan sebuah akun yang memang Jihyo kenali, bahkan Jihyo ikuti sejak dulu yang nyatanya memberikan balasan komentar pada postingan itu.

[MasterCooky]: Senang melihatmu bahagia, Sayangku. Aku juga sangat mencintaimu dan dengan senang hati aku akan melakukan untukmu, Sayangku. Aku sangat mengharapkan itu <3

Melihat itu, Jihyo tersenyum kecut. "Pantas saja, Jungkook tidak mengatakan apapun setelah pertemuan mereka. Ternyata, ada sesuatu di antara mereka dan sepertinya masih berlanjut hingga kini ...."

Tbc.

Halo guys, aku update!!

Maaf baru sempat update, kemarin sibuk banget soalnya. Sebelumnya, aku minta maaf ya guys, Mohon dimaafkan🙏😅

Dan soal bab ini, ndk tahu deh nulis apa aku ini, semoga jelas ya, kalau ndk komen sini, biar diperjelas😅 dan ndk lama lagi, aku mau up cerita Junghyo yang baru, tungguin aja. Ya sembari ini berjalan, bikin yang lain juga sebagai pelarian, wkwk. Canda, ini nggak kerasa udah mau tamat kok, tenang ...

Intinya, see you guys di part selanjutnya :*)

Wishlist : Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang