2. Tegar

5.4K 565 24
                                    

"Apa ini, cinta atau kebodohan?"

♡♡♡

Baru saja memasuki gerbang sekolah, Ilona sudah menyaksikan pemandangan tak enak pagi-pagi. Siapa lagi, kalau bukan Elis dan Nico yang sedang bergandengan di depannya. Sesekali Nico tampak tertawa lepas bercengkrama dengan Elis. Ilona membuang napas berat. Nico bahkan tidak pernah tertawa seperti itu padanya, jangankan tertawa. Tersenyum saja jarang, bahkan bisa dibilang tidak pernah.

"Kamu harus bisa, Na. Harus bisa!" Ilona melangkah, mencoba melewati Nico dan Elis. Berusaha untuk tidak menghiraukan keduanya lagi.

"Ilona!" Nico memanggilnya.

Elis berdecak kesal, menatap Ilona sinis. "Gue duluan, ya. Bye!" Elis pun meninggalkan Nico dan Ilona.

Nico langsung menarik lengan Ilona saat ia mencoba menghindar. "Nanti gue antar pulang," titah Nico, suaranya pelan dan tidak kasar.

Ilona terdiam. Apa iya, Ilona harus bertahan dengan Nico atau justru mengakhiri hubungan yang sudah dibangun selama hampir dua tahun?

"Aku--"

"Gak ada penolakan, lo sama gue belum putus!" tegas Nico, lalu beranjak pergi meninggalkan Ilona.

Ilona menggeleng, tidak bisa dipungkiri ia masih berpegang teguh pada niatnya. Yang akan merubah Nico menjadi seperti dulu. Nico yang ceria, baik hati serta terbuka pada siapapun.

Ilona tersenyum tipis, lalu melangkah memasuki gedung utama sekolah Gadjah Mada. Berpikir positif dan tersenyum adalah cara terbaik yang membuat Ilona bisa bertahan sejauh ini.

"Nana!"

Nana, adalah nama panggilan sayang untuk Ilona. Yang memanggil Ilona adalah Arumi, gadis berambut pendek sebahu serta memakai kacamata bulat.

"Na, masa iya, Nico jalan sama Elis. Kamu gak apa-apa digituin?" Arumi jelas tidak suka sahabatnya diperlakukan tidak baik, apalagi itu adalah Nico.

"Gak apa-apa, toh aku pacarnya. Elis hanya pelampiasan aja, Nico udah jelasin semuanya semalam lewat chat. Katanya dia sengaja biar Elis gak macam-macam sama aku," jawab Ilona, lalu tersenyum seolah tak ada beban.

Arumi mengerucutkan bibirnya.

"Mungkin sebaliknya, Na," balas Arumi. Hal itu membuat Ilona tak bisa berkata-kata lagi, dan lebih memilih untuk menyibukkan dirinya dengan buku.

Arumi hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah Ilona. Tidak tau apa jalan pikiran gadis itu, sehingga masih mau bertahan dengan Nico.

"Terserah kamu deh, Na. Intinya aku gak setuju kamu sama Nico," ujar Arumi kesal. Ilona hanya tersenyum kecut, lalu kembali sibuk mempersiapkan buku pelajaran hari ini.

****

Suasana kantin lumayan ramai siang ini. Ilona dan Arumi hampir tidak kebagian makanan saking banyaknya pelanggan hari ini.

Ilona berjalan menuju meja menu, mengambil pesanannya berupa semangkuk soto ayam dan jus jambu. Elis yang baru saja datang tak sengaja melihat Ilona, sudut bibir gadis itu terangkat. Dengan tidak sopannya Elis sengaja menyenggol lengan gadis itu, membuat semua makanan tumpah mengenai sepatunya.

"Ilona!" Elis meninggikan suaranya, membuat semua penghuni kantin fokus pada mereka berdua, "Lo bisa jalan gak, sih. Sepatu gue tuh mahal, lo gak bakal bisa ganti rugi sekalipun nyawa lo yang jadi gantinya!" bentak gadis itu.

Ilona ternganga, padahal jelas-jelas Elis lah yang menabraknya dengan sengaja. Ilona menggeleng, mencoba untuk membela diri saat semua murid menatap Ilona sinis.

"Nico, pacar kamu jahat banget. Masa gue ditumpahin kuah soto yang panas, kalau kaki gue melepuh gimana?"

Nico yang baru saja memasuki kantin itu, seketika menatap Ilona datar. Rahangnya menegang serta wajah yang memerah. Tidak perlu dijelaskan bagaiman marahnya lelaki itu.

Nico melangkah tergesa menghampiri Ilona dan Elis. Tanpa mengeluarkan sepatah katapun Nico langsung mengambil segelas jus jambu, lalu menumpahkan pada seragam Ilona.

Gadis itu langsung tersentak kaget, merasakan dinginnya jus jambu yang menyentuh kulitnya. Di depan semua orang Nico melakukan hal itu, dia bahkan belum menanyakan kebenaran.

"Itu balasan yang setimpal buat, lo," geram Nico.

"Tapi aku gak ngelakuin itu, Nic. Jelas-jelas semua lihat, Elis yang sengaja--"

Nico langsung mengangkat telapak tangan di depan dada, disertai gelengan sehingga Ilona menghentikan ucapannya. "Lo pulang sendiri aja nanti, renungin kesalahan lo," ujar Nico, menarik tangan Elis meninggalkan kantin.

---->>> to be continued

Jangan lupa tekan ☆
Atau meninggalkan jejak dengan cara komen. Saya akan sangat berterima kasih atas dukungan dari kalian^^

See you next time:*

30 Days with love [Versi Baru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang