"Awalnya aku pikir kita sejalan, tapi ternyata kita beda jalan."
♡♡♡
"Ilona!" Nico langsung meraih lengan gadis itu, menyeretnya memasuki kelas yang sedang kosong.
Tatapan mata Nico terlihat penuh amarah, wajah lelaki itu bahkan sudah memerah. Cengkramannya semakin erat, membuat Ilona meringis kesakitan.
"Lepas, Nic. Sakit!" bentak Ilona, memberontak.
Dengan kasar Nico menyentak tangan Ilona, membuat gadis itu hampir kehilangan keseimbangannya. Ia menatap Nico heran. "Kamu kenapa, sih, Nic?"
"Jelasin sama gue, lo ada hubungan apa sama Alden?!"
Ilona memejamkan mata mendengar pertanyaan yang dibumbui bentakan kasar itu. Nico benar-benar susah ditebak.
"Cepetan!" perintahnya.
Ilona membuka mata, mengulas senyum tipis. "Apa peduli kamu, Nic? Gak apa-apa, kan kalau aku punya hubungan lain sama orang selain kamu. Toh, kamu juga ada hubungan sama Elis. Aku gak marah," papar Ilona, mencoba menahan diri agar tidak menangis.
Nico berdecak kesal, menarik kembali tangan Ilona dengan kasar. "Lo gak boleh pacaran sama siapa-siapa, kecuali gue!" tegas Nico, mata lelaki itu benar-benar dipenuhi api amarah.
Ilona tertawa hambar, perlahan melepas tangan Nico dari lengannya. Semakin hari ia merasa kesabaran itu mulai menipis menghadapi Nico.
"Kamu aja bisa selingkuh, Nic. Masa aku enggak?"
Plak!
Satu tamparan mendarat mulus di pipi kanan Ilona. Rasa panas menjalar ke suruh wajahnya, bahkan pipi yang putih itu kontras dengan membekas merah.
Mata Ilona mulai berkaca-kaca, sejauh ini Nico tidak pernah bertindak lebih. Namun, kali ini sudah keterlaluan.
"Kamu gak berhak tampar aku, Nic!" teriak Ilona, bibirnya bergetar. Keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya.
"Lo itu pacar gue, jadi gue berhak ngelakuin apa aja sama lo!" balas Nico tak kalah kasarnya.
Ilona menggeleng, luruh sudah pertahanan gadis itu. Nico sudah melakukan hal diluar batasnya. "Kita putus, Nic," ucap Ilona lemah, perlahan berbalik meninggalkan Nico.
"Gak bisa, lo gak bisa ngambil keputusan sendiri. Gue gak mau putus sama lo, Ilona. Gue gak mau!" teriak Nico, terdengar sangat frustasi.
"Berhenti Ilona! Atau gue gak segan buat nyakitin lo lebih!" ancam Nico, tetapi sayang. Ilona sudah terlanjur luka karena perbuatan kasarnya selama ini.
"Bangsat lo!" teriak Nico frustasi, menendang semua kursi dan meja hingga berantakan. Lalu ia melempar satu kursi ke arah jendela kaca.
Prang!
Suara kaca pecah membuat Ilona meringis, tetapi ia terus melanjutkan langkahnya. Mungkin ini salah satu hukuman yang pantas untuk Nico.
Tak lama dari kepergian Ilona, tiba-tiba Alden datang. Tatapannya datar menatap Nico, lalu sudut bibirnya tertarik. "Egois lo, hanya cewek buta yang mau nerima lo," ejek Alden tak tanggung-tanggung.
Nico langsung tersulut api amarah, menarik kerah seragam Alden. Rahang mulai menegang diikuti dnegan wajahnya yang memerah. "Jauhi Ilona, kalau lo masih mau hidup tenang," ancam Nico.
Alden tampak berdecak, sama sekali tidak ada rasa takut di wajahnya. "Justru gue yang mesti ngasih tau lo, mulai sekarang sayangi dan cintai dia sepenuh hati sebelum benar-benar berpaling sama gue," balas Alden penuh penekanan.
Lalu dengan pelan ia mendorong Nico agar menjauh darinya. "Ingat itu, cewek kalau udah dikasarin gak bakal betah," ucap Alden, lalu melangkah meninggalkan Nico.
****
Elis hanya bisa meringis melihat buku jari Nico yang terluka mengeluarkan darah. Entah apa yang sudah dilakukan Nico sehingga melukai dirinya sendiri.
Setelah membersihkan sisa pecahan di buku jari Nico, Elis menaruh sedikit alkohol lalu membalutnya dengan perban. Nico masih terdiam, wajahnya pun terlihat cukup memerah dan rahangnya menegang.
"Berantem lagi, sama Ilona?" tanya Elis hati-hati takut jika membuat amarah Nico kembali memuncak.
Nico masih terdiam, matanya memandang kosong ke depan.
"Nic, gue rasa udah cukup semua ini. Lo udah keterlaluan, Ilona gadis yang baik. Kesalahan bes--"
"Jangan sebut namanya, Lis. Gue butuh ketenangan," potong Nico, raut wajahnya datar-datar saja. Namun, berhasil membungkam Elis untuk tidak melanjutkan ucapannya.
Elis hanya bisa membuang napas lelah, menatap Nico beberapa saat. Lalu memilih untuk meninggalkan lelaki itu di uks sendirian. Sebelum benar-benar menghilang di balik pintu, Elis berhenti sejenak.
"Pikirin semuanya, Nic. Sebelum terlambat," ujar Elis, lalu bergegas keluar dan menutup pintu uks. Nico menggertakkan giginya, mengepalkan kedua tangan walau jarinya terluka.
---->> to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days with love [Versi Baru]
Подростковая литератураGue cuma butuh waktu 30 hari. Apa gak bisa, lo pura-pura cinta sama gue?" _______ Sakit hati dan diselingkuhi membuat Nico berubah. Mulai dari tingkah lakunya yang kasar, serta kepribadian yang bodo amat terhadap lingkungan. Ilona, dia adalah gadis...