6. Mata-mata?

3.5K 421 10
                                    

"Ternyata orang asing jauh lebih andal membuatku nyaman, dibanding kamu yang sudah kenal aku."

♡♡♡

"Makasih ya, Nic. Udah mau nganterin aku ke rumah sakit." Ilona mengulas senyum paling manis untuk Nico, tetapi lelaki itu hanya menatapnya datar.

"Gak usah baper lo, gue cuma kasian. Cewek miskin kaya lo pasti gak mampu bayar ojol," sahut Nico santai.

Senyum yang tadinya melebar perlahan memudar.

"Sana masuk, gue gak bisa anterin lo pulang. Elis udah nunggu di restoran." Setelah mengatakan hal itu, Nico melajukan motornya meninggalkan rumah sakit. Ilona bahkan belum mengucap sampai jumpa pada sang kekasih.

Dengan langkah gontai Ilona memasuki rumah sakit, menyusuri setiap koridor. Lalu lalang orang-orang tak Ilona hiraukan lagi. Tepat di ujung koridor Ilona melangkah ke kanan lorong dan tiba-tiba bertabrakan dengan seseorang.

"Maaf, saya gak sengaja," ucapnya kelabakan, sembari mengambil buah-buahan dan melanjutkan langkahnya. Ia bahkan tidak melihat siapa yang barusan ia tabrak.

Tepat di kamar 012 Ilona terhenti, mendorong pintu hingga terbuka. Becca langsung tersenyum lebar melihat kedatangan Ilona. Becca langsung merentangkan tangan menyambut Ilona.

"Kenapa lama banget datangnya, Na. Kakak kesepian di sini," ucap Becca sembari terus memeluk Ilona.

Ilona melepas pelukan Becca, mengusap surau hitam milik Becca yang mulai menipis. Gadis itu tersenyum lembut. "Maaf ya, kak. Nana banyak tugas."

Becca mengangguk paham. Ilona meletakkan buah di nakas, lalu ia duduk kembali. Hening, Ilona sepertinya memikirkan sesuatu.

"Na, ada masalah?"

Ilona menggeleng. Perlahan menyenderkan kepalanya di samping Becca. "Waktu kakak pacaran, apa pacar kakak pernah kasar dan cuek sama kakak?"

Becca terdiam. Mengamati wajah Ilona cukup lama hingga embusan napas berat terdengar. Belum saatnya Becca menceritakan masa lalunya pada Ilona.

"Nana, pacaran sama siapa? Dan udah berapa lama?" Becca mengusap puncak kepala Ilona, menunggu jawaban.

"Namanya Fitz Nicole, Kak. Kita pacaran udah hampir dua tahun," jawab Ilona, mendongak menatap Becca.

Raut wajah Becca berubah drastis. Tak ada senyum di bibirnya, serta ia terdiam beberapa saat. Ilona yang melihat reaksi Becca hanya mengerutkan dahi.

"Kak, kenapa?"

"Jauhi dia, Na," ucap Becca, penuh penekanan.

"Kenapa, kak?"

Becca menggeleng, memalingkan wajahnya dari Ilona. Mata gadis itu seperti berkaca-kaca. "Dia bukan yang terbaik buat kamu, Na. Kakak cukup kenal sama dis sewaktu masih sekolah. Kelas 1 SAMa saja dia sudah belagu."

"Maksud kak Becca?" Ilona semakin penasaran.

Becca memejamkan mata beberapa saat. Mencoba mengatur napas, kepalanya terasa sakit lagi. "Pulang, Na. Kakak mau istirahat," perintah Becca tiba-tiba.

Ilona terdiam, menatap Becca semakin penasaran.

"Pulang, Na! Kakak mau istirahat!" Suara Becca meninggi, membuat Ilona berdiri dan mundur.

"Oke, aku pulang," jawab Ilona yang masih dirundung rasa penasaran.

****

Ilona terdiam di depan parkiran. Mengingat bagaimana reaksi Becca saat mendengar nama Nico. Apa sebenarnya yang terjadi? Apa Nico dan Becca pernah dekat atau kenal?

Atau, Becca memang tak suka jika Ilona memiliki pacar?

Ilona mengacak rambutnya. Memilih untuk keluar ke sisi jalan menunggu angkutan umum. Uangnya sudah tak cukup untuk memesan ojol lagi.

Jam sudah menujukkan pukul 20.00. Ilona sedikit cemas menaiki angkutan umum. Semenjak maraknya berita penculikan dan penganiyaan, membuat Ilona parno kerap kali menaiki angkot di malam hari.

Sebuah angkot terhenti di depan Ilona, gadis itu naik dengan perasaan was-was. Lalu tak lama seorang lelaki memasuki angkot juga.

"Bukankah dia ...." Ilona terdiam, saat lekaki itu mengulas senyum.

"Mau pulang? Atau enggak?" tanyanya yang sudah duduk.

Ilona tersadar dan buru-buru masuk, setelah itu angkot pun mulai melaju. Di dalam hanya diisi oleh Ilona dan cowok itu. Setidaknya Ilona lega, karena ia duduk bersama orang yang tepat di malam begini.

"Mau turun di mana, Dik?" tanya sopir itu pada keduanya.

"Samain dnegan cewek di samping saya, Pak. Sekitar satu kilo meter lagi," jelasnya.

Ilona langsung melotot, reflekes  menoleh menatap cowok itu heran. "Kok?"

--->> to be continued

30 Days with love [Versi Baru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang