11. Masalalu

3.8K 433 20
                                    

Sejak pagi tadi Becca tidak menyentuh satu sendok bubur, suster sampai khawatir jika penyakit gadis itu kambuh. Sangat disayangkan.

Ilona, Arumi dan Alden datang untuk menjenguk Becca. Tak lupa Alden membelikan bubur untuk Becca, barangkali gadis itu akan mau memakannya.

Ya, Alden dan Becca adalah sahabat walau saat itu meraka beda tingkat. Hanya saja, semenjak Becca dinyatakan mengalami kelainan jantung oleh Dokter. Saat itu juga hubungan persahabatan mereka renggang, Becca jadi gadis pendiam dan tidak ingin berbicara pada siapa pun. Kecuali Ilona, adiknya.

"Siang, Kak!" Ilona memasuki kamar inap itu, memeluk Becca sesaat. Namun tak ada respon dari Becca seperti biasanya.

Ilona tak mau ambil pusing, mungkin Becca sedang tidak mood.

"Bec, lo harus makan. Kata suster sejak pagi lo gak mau nyentuh makanan sedikit pun. Gue bawain lo bubur, makan, ya," ucap Alden lembut, lalu meletakkan kotak bubur itu di meja.

Becca masih tak mau bicara, ia bahkan memilih berbaring dengan posisi membelakangi Ilona dan teman lainnya. Hal itu membuat rasa cemas berlebihan pada Ilona.

"Alden, Arumi, bisa keluar sebentar, gak. Nana mau bicara empat mata sama kak Becca."

Mendengar itu, Alden mengangguk paham. Lalu perlahan menarik lengan Arumi agar bergegas keluar dari ruangan Becca. Perlakuan sederhana Alden itu berhasil membuat pipi Arumi bersemu merah, dan jantungnya berdetak tak menentu.

Sekarang, tersisa Ilona, Becca dan seorang suster yang berjaga-jaga. Takut jika sesuatu buruk terjadi pada Becca lagi. Terlebih lagi, Becca tidak disarankan untuk terlalu emosi dan marah berlebihan.

"Kak Becca, kenapa? Kata suster kakak gak mau makan, kan Nana jadi sedih." Ilona mencoba menyentuh bahu Becca, tetapi gadis itu menghindar dengan menarik bahunya agak jauh.

Ilona tertegun melihat sikap Becca yang berubah drastis. Biasanya Becca hanya akan mau bercerita dengannya. "Kakak marah, sama Nana?" Tak ada respon dari Becca.

Ilona pun tak tinggal diam, ia memilih berpindah ke sisi kanan Becca. Ingin melihat wajah sang kakak dengan jelas. "Kak, kenapa?" Ilona agak menunduk, sehingga bisa melihat jelas wajah Becca yang datar.

"Kak, Nana ada salah? Kalau gitu Nana minta maa--"

"Keluar!" bentak Becca, mendorong Ilona sehingga gadis itu tersandar di tembok kamar.

Jantung Ilona berdegup lebih kencang dari biasanya. Ilona tidak pernah melihat Becca semarah itu padanya. "Kak, kena--"

"Keluar!" teriak Becca memberontak, sehingga penyakit jantungnya kambuh. "Argh!" Becca meremas baju bagian depan dengan kuat, matanya terpejam menahan betapa sakit jantungnya saat ini.

Beberapa detik kemudian Irna masuk bersama dengan dokter. Wanita itu mengarahkan pandangan pada Ilona, rahangnya mengeras. Ia langsung menarik Ilona keluar dari kamar Becca.

Menyeret gadis itu ke kamar mandi. Arumi dan Alden yang melihat itu sontak menyusul Ilona, takut terjadi sesuatu pada gadis itu.

Irna mendorong kasar tubuh mungil Ilona hingga kepalanya terantuk di tembok kamar mandi. Irna benar-benar marah melihat Becca menahan kesakitan.

"Kamu benar-benar tidak tau diri!" Irna langsung menumpahkan air ke tubuh Ilona, mematikan lampu kamar mandi lalu menguncinya dari luar.

"Ibu, buka! Nana takut, Bu!" Ilona terus mengetuk pintu beberapa kali, tetapi Irna sudah telanjur emosi.

Wanita itu terisak di depan cermin, menatap pantulan dirinya. Sesekali ia menggeleng.

"Ibu, jangan tinggalin, Nana!"

Suara teriakan Ilona membuat isak tangis Irna semakin pecah. Alden dan Arumi yang melihat itu kebingungan.

"Maafin ibu, Nak," lirih Irna, lalu meninggalkan Ilona di kamar mandi dengan keadaan basah kuyup dan ketakutan.

Dengan cepat Alden langung masuk tak peduli dnegan lambang gender yang terhalang berat di pintu. Tujuan Alden hanya satu, melindungi Ilona dan menjaganya.

Setelah pintu terbuka, Alden langsung melepas jaketnya lalu menutupi tubuh Ilona yang sudah basah kuyup. "Its okay, i am here," bisiknya, mengusap punggung Ilona.

Arumi langsung menjauh, sebisa mungkin untuk tidak melihat hal itu. Dadanya sesak sekali. "Enggak, ini gak boleh tejadi," geramnya.

---->> to be continued

30 Days with love [Versi Baru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang