15. Pengakuan Elis

3K 345 7
                                    

"Boleh, kita menjalin hubungan lebih? Walau hanya sehari saja."

♡♡♡

Elis tampak tergesa-gesa. Sesekali melihat kiri dan kanannya hanya untuk memastikan keadaan aman. Ia telah membuat janji pada Arumi di taman sekolah.

Elis tersenyum lega saat melihat gadis berkacamata itu sudah duduk di sana. Langsung saja Elis menghampirinya.

"Arumi," panggil Elis, dengan suara pelan.

Arumi tersenyum kikuk, sebenarnya ia juga agak kesal melihat wajah Elis. Karena bagaimana pun gadis itu adalah selingkuhan Nico. Dan sudah membuat Ilona sakit hati.

"Gue mau ngataian yang sebenarnya," ucap Elis tanpa berbasa-basi lagi.

Arumi mengerutkan dahi, menatap Elis tak mengerti.

"Gue bukan selingkuhan Nico, tapi ... gue sepupunya. Nico sengaja nyuruh gue buat bantuin dia," ujar Elis, menyesal.

"Hah, maksud kak Elis, apa ya?" Arumi rupanya masih tak paham dengan kejujuran Elis.

Ya, Elis dan Nico hanyalah sepupu. Kedekatan Nico dan Elis hanyalah drama yang sengaja direncanakan Nico untuk membalas dendam sakit hatinya pada Ilona.

"J--jadi maksud kak Elis, kak Nico cuma jadiin Nana sebagai pelampiasan dendam aja, gitu?" Arumi gemetar ketakutan, jika Ilona tau ini maka gadis itu akan semakin terluka.

Elis hanya merespon pernyataan Arumi dengan anggukan. Setidaknya ia lega karena telah mengakui semuanya, Elis ingin hidup bebas layaknya kakak kelas biasa. Tak ada yang membencinya serta menaruh dendam padanya.

"Kalau gitu gue harus ke kelas, ingat. Lo harus negur Ilona dengan halus, biar Nico gak macam-macam sama gue," peringat Elis, lalu gadis berambut panjang itu beranjak pergi dengan segera.

Arumi paham sekarang. Mengapa Nico selalu bersikap kasar dan mencoba untuk berselingkuh dengan siapapun itu. Lantas, perubahannya sekarang apakah bagian dari drama pembalasan dendam?

"Aku harus kasih tau ini sama kak Alden ... enggak, dia gak boleh tau. Kalau kak Alden tau pasti dia bakalan simpati lagi sama Nana, dan aku?"

"Apa yang gak boleh gue tau, Rum?" Entah sejak kapan Alden berada di sana. Membuat jantung Arumi hampir loncat.

Arumi berbalik badan, menatap Kak Alden dengan senyum paksa. Lalu gadis itu menggeleng cepat. "E--nggak, kak Alden salah dengar," pungkas Arumi cepat.

"Tanpa lo jelasin gue juga udah tau," ungkap Alden, dan itu berhasil membuat tubuh Arumi menegang.

Arumi tak bisa berbohong, gadis itu diam-diam menyukai Alden sejak pertama kali bertemu. Walau Alden hanya sesekali memperhatikannya ketika di samping Ilona. Ya, Ilona yang membuat perhatian Alden tidak pernah tertuju pada Arumi.

"Terus, kenapa kak Alden gak ngasih tau semuanya ke Nana?"

"Biar waktu yang menjelaskan, gue gak mau ikut campur dalam hubungan Ilona," jawab Alden.

Arumi memandang lelaki itu kagum. Semakin ke sini, Arumi semakin menaruh harapan besar pada Alden. Jangan tanyakan jantung Arumi, detaknya tiga kali lebih kencang.

Alden melangkah mendekati Arumi, menarik tangan gadis itu. "Ikut gue!" perintah Alden, dan itu membuat Arumi semakin gugup.

'Andai ada waktu, Kak. Arumi ingin menjalin hubungan lebih dari teman sama kak Alden,' batin gadis itu, tersenyum tulus menatap tangannya yang dipegang oleh Alden.

"Lo ngataian sesuatu?" Alden menghentikan langkahnya secara tiba-tiba, hal itu membuat Arumi kehilangan kendali dan seketika menabrak dada bidang milik Alden.

"Maaf kak." Arumi menunduk malu, ini benar-benar menyakiti jantungnya.

Alden menatap Arumi curiga. "Lo suka, sama gue?"

Mata Arumi seketika melotot tajam, pipinya bersemu merah. "Hah?"

"Lo suka kan, sama gue?" Sekali lagi pertanyan itu terlontar yang justru membuat jantung Arumi sesak.

---->> to be continued

30 Days with love [Versi Baru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang