17. Maaf

3.1K 347 22
                                    

Ilona duduk diam di taman. Arumi dan Alden bahkan kesusahan membujuk gadis itu untuk makan. Mungkin hanya Nico yang bisa membujuknya.

Alden pun menarik tangan Arumi untuk meninggalkan Ilona sendirian, Arumi ingin beku saat itu juga. Kenapa harus Alden, dan kenapa harus memegang tangannya? Oh Tuhan.

Nico tersenyum miring melihat Ilona. Ia merapikan pakaiannya memasang wajah sedih, lalu menghampiri Ilona.

"Na, aku minta maaf, kamu pasti udah salah paham liat aku pagi tadi sama cewek di kantin. Iya kan?" Nico menatap Ilona sendu.

Ilona terkejut, dan langsung melepas gengamana Nico. "Enggak kok, Nic. Aku gak apa-apa, aku ngerti," ucap Ilona tersenyum.

Nico mengelus puncak kepala gadis itu lembut. "Yang tadi itu Fani, sepupu aku. Makanya kita akrab, karena dari kecil udah sama-sama," jelas Nico, bohong.

"Iya, Nana paham kok. Sana ke kelas, bentar lagi bel masuk nih." Ilona mendorong punggung Nico.

"Barengan dong," ujar Nico, mengenggaman tangan Ilona lalu melangkah bersama meninggalkan taman.

Elis benar-benar tak tahan lagi melihat tingkah Nico yang keterlaluan. Namun, Elis tidak berdaya juga karena keluarganya terancam. Selama ini Elis dan keluarganya mempunyai kehidupan yang cukup karena bantuan dari keluarga Nico, jika tidak karena itu. Mungkin sekarang Elis menjadi gembel di pinggir jalanan sana.

"Gak bisa, gue harus cari cara lain buat ngungkap kebohongan Nico," pikir gadis itu, lalu bergegas meninggalkan taman.

Setelah sampai di depan kelas Ilona, Nico mengacak gemas puncak kepala gadis itu lalu berpamitan untuk ke kelasnya. Keduanya saling melambaikan tangan dan melempar senyum.

Nico tersenyum puas. Ilona begitu mudah dibohongi. "Dasar gadis polos," lirih Nico.

****

Sebelum pelajaran benar-benar berakhir, Elis telah membuat janji untuk bertemu dengan seseorang. Ya, sesorang yang mungkin bisa membantunya untuk meyakinkan Ilona bahwa Nico yang melakukan drama.

Tringggg!

Bel panjang itu akhirnya berbunyi juga. Elis bergegas mengemas bukunya lalu meninggalkan kelas. Sedangkan Nico sibuk dengan Clara.

"Alden!" Elis melambaikan tangannya. Lalu Alden membalas hanya dengan sebuah anggukan disertai senyum tipisnya.

Keduanya mengambil jalan belakang untuk keluar dari sekolah, dengan alasan agar tak ada yang melihat mereka. Namun, sayangnya Arumi melihat itu.

"Mereka ada hubungan apa?" Arumi menatap punggung Alden yang semakin menjauh, bergandengan tangan bersama Elis keluar dari gerbang belakang.

"Apa Alden bersikap sama ke semua cewek? Atau memang aku yang terlalu berperan?" Arumi mulai merasakan sesak luar biasa. Baru kali ini ia merasakan yang namanya cemburu.

"Rum, ayo pulang!" Ilona menepuk pundak gadis itu, membuat sang empunya tersentak kaget. "Kamu gak apa-apa, Rum?" Ilona terkejut melihat mata Arumi yang tampak berkaca-kaca.

Arumi langsung memalingkan wajah, melangkah tergesa menarik tangan Ilona. Arumi tak ingin Ilona tau, jika dirinya menaruh rasa pada Alden.

****

"Kok lo gak dekatin Ilona lagi?" Elis menatap tajam Alden, napasnya tak beraturan.

Alden menyilangkan kedua tangan di dada, memalingkan pandangannya dari Elis.

"Alden, gue nanya, kenapa lo gak dekatin Ilona lagi? Lo kan tau, dia dalam masalah besar!" tegas Elis memukul bahu lekaki itu.

Alden tampak mengembuskan napas berat, meluruskan tangan lalu menoleh pada Elis. Beberapa detik Alden terdiam.

"Jawab, dong, Al!" perintah Elis yang semakin dikuasai amarah.

"Gue gak bisa, Lis," jawab Alden kaku.

"Kenapa?"

"Gue gak bisa ngancurin kebahagian Ilona gitu aja, dia sayang sama Nico," jawab Alden melemah.

Elis langung memukul pundak Alden kasar, melototkan mata seraya menggeretakkan gigi. "Lo suka sama Ilona, kan?"

Alden diam, ia sendiri juga bingung dengan perasaannya sendiri.

"Jawab, lo suka kan?!" tandas Elis semakin meradang. "Kalau lo suka, rebut dia dari Nico. Lo jauh lebih baik dibanding setan sialan itu," geram Elis.

Alden lansung menghela napas pelan, menatap Elis sayu. "Gue usahain, Lis," jawabnya pelan.

---->> to be continued

30 Days with love [Versi Baru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang