"Harus, Al. Lo harus bisa rebut Ilona dari Nico, emang lo tega liat Ilona tiap hari menangis dan sakit?" Elis harap Alden adalah pilihan tepat.
"Kenapa sih, lo peduli sama Ilona?" Pertanyaan Alden berhasil membuat Elis diam.
Ya, Alden benar kenapa dirinya begitu peduli pada Ilona? Jika Nico ingin menyakiti Ilona itu terserah Nico, Elis tidak punya hak untuk melarang Nico.
Namun, tidak demikian. Elis punya alasan tersendiri untuk melakukan itu. Salah satunya adalah trauma. Nico pernah mengalami trauma berat karena seorang gadis, yang Elis takutkan. Jika Nico mencoba membuat Ilona cemburu dan sakit hati rasanya itu tidak mungkin.
Karena yang Elis lihat, justru saat Ilona mulai menyerah pada Nico dan sakit hati. Yang ada hanya Nico mengalami stres berat di rumah.
"Gue punya alasan sendiri, Al. Oh iya, btw apa Ilona punya kakak?"
"Iya, namanya Becca. Sekarang dia dirawat di rumah sakit udah hampir setahun," jawab Alden prihatin. Keluarga kecil itu sepertinya tidak mampu melakukan operasi tehadap Becca. Terlebih lagi mencari pendonor jantung itu sangatlah susah.
"Becca?" Elis terdiam sejenak, tetapi berapa detik kemudian mata gadis itu membulat sempurna.
"Lo serius, Al?" Elis memegang lengan Alden erat, menuntut jawaban lebih.
Alden hanya mengangguk singkat, karena hanya itu yang ia ketahui tenang keluarga Ilona. Tidak lebih.
"Anterin gue ke rumah sakit, Al!" perintah Elis, menarik lengan Alden begitu saja memasuki mobilnya.
Arumi memegang dadanya, rasanya seperti ingin meledak. Sedangkan Ilona hanya bisa menatap Arumi heran. "Ternyata Elis dekat sama Kak Alden," lirih Ilona salah sangka.
Arumi pun menarik tangan Ilona meninggalkan taman. Hatinya terlalu perih jika melihat lebih banyak lagi. "Kayaknya selera kak Alden cukup berkelas juga, Rum."
Arumi menghentikan langkahnya, menatap Ilona sendu. "Kamu benar, Na. Aku kan cuma gadis sederhana, dan teman biasa. Tapi kok sesak, ya?"
"Kamu suka, sama kak Alden?"
Skak mat. Susah payah menutupi rasa suka pada Alden sekarang terbongkar. Arumi mengangguk malu, karena ini pertama kalinya ia jatuh cinta. Bisa dibilang Alden adalah first love Arumi.
"Udah aku duga, kamu gak bisa sembunyiin perasaan kamu dari aku, Rum. Kita udah dari kecil sahabatan," goda Ilona, membuat gadis itu tersipu malu.
"Akan aku bantu," ucap Ilona, mencoba memberi semangat pada sahabatnya itu.
****
Elis menatap ragu nomor kamar yang di depannya. Harapannya gadis di dalam bukan orang sama. Baru saja Alden ingin membuka pintu kamar itu, tetapi seseorang lebih dulu menarik dari dalam.
"Nico!" Elis membulatkan matanya. Ia masih tak percaya dengan apa yang ia lihat. Sedangkan Clara sibuk memeluk lengan Nico tanpa rasa malu.
"Gak perlu kaget gitu, kali, santai," ucap Nico.
"Jangan bilang ...." Elis menutup mulut tak percaya. Jadi ini alasan Nico menyakiti Ilona.
"Iya, Ilona adalah adik dari mantan gue. Mantan yang udah buat hidup gue berantakan, bahkan nyisahin trauma dalam diri gue. Sekarang, gue bakal balas dendam itu. Bukan sama dia lagi, tapi sama adiknya," jelas Nico, membuat Elis dan Alden terkejut.
"Keterlaluan!" Elis menampar pipi kiri milik Nico. "Lo gak pantas disebut cowok, pantasnya lo disebut banci!" hardik Elis, lalu menarik tangan Alden meninggalkan rumah sakit.
Sedangkan Becca di dalam hanya bisa menangis, ini semua salahnya.
"Harusnya gue jelasin semua dari awal, bukannya lari dan menghindar. Akhirnya Ilona yang jadi korban," batin Becca terisak.
--->> to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days with love [Versi Baru]
Подростковая литератураGue cuma butuh waktu 30 hari. Apa gak bisa, lo pura-pura cinta sama gue?" _______ Sakit hati dan diselingkuhi membuat Nico berubah. Mulai dari tingkah lakunya yang kasar, serta kepribadian yang bodo amat terhadap lingkungan. Ilona, dia adalah gadis...