"Apa aku harus meminta dulu, agar kamu mengerti? Aku butuh waktumu.
♡♡♡
Akhirnya Ilona bisa bernapas lega. Kehadiran lelaki itu membuatnya sedikit tenang berada dalam angkot. Sungguh sebuah ketidak sengajaan mereka bertemu di angkot.
Angkot berhenti di depan gang. Ilona turun dan lekaki itu juga turun. Tentu saja Ilona sedikit curiga, berpikir jika lelaki itu mengikutinya.
"Lain kali, jangan naik angkot malam-malam. Bahaya," ucapnya datar.
Ilona menoleh, kedua alisnya terangkat.
"Iya, gue ngikutin lo."
Ilona terkejut bukan main. Ternyata dugaanya benar, lekaki ini mengikutinya. Sangat tidak mungkin kejadian tadi secara kebetulan.
"Gak usah panik gitu, gue cuma mau ngambil jaket sama payung yang lo pinjam," ujarnya.
Ilona tertegun, sudut bibirnya terangkat. Tiba-tiba gadis itu merasa malu sendiri. Ilona memang ingin mengembalikan barangnya, tetapi tidak pernah menemukan lelaki itu di sekolah.
Keduanya pun berjalan menyusuri lorong yang sepi. Ilona benar-benar merasa canggung berada di samping lelaki itu. Sesekali ia mencuri pandangan, jika dilihat-lihat dia lumayan tampan.
"Gak usah perhatiin gue," tegurnya lagi, dan itu membuat Ilona kelabakan dan berpura-pura memeriksa tasnya.
Tak lama keduanya pun sampai di rumah Ilona. Lelaki tersebut menunggu di luar pagar, sedangkan Ilona bergegas mengambil jaket dan payung. Tak butuh waktu lama Ilona kembali.
"Terima kasih, sebelumnya, Kak," ucap Ilona, menyerahkan jaket dan payung itu.
"Nama gue Alden," ucapnya.
Ilona pun hanya merespon dengan sebuah anggukan. Setelah itu, Alden beranjak pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Ilona.
"Aneh banget, baik tapi cuek," lirih Ilona, tanpa sadar ia tersenyum menatap punggung Alden yang mulai menghilang.
****
Entah ada angin apa, Ilona merasa pagi ini ia sangat bersemangat ke sekolah. Padahal biasanya ia akan sedih setiap Nico mengatakan ia berangkat bersama Elis. Kali ini beda, Ilona seolah mendapat energi baru dalam dirinya. Apa jangan-jangan ....
"Nana!" Arumi langsung merangkul sahabatnya. "Muka kamu bercahaya banget, habis menang lotre ya?"
Tawa Ilona seketika pecah. Arumi pun ikut tertawa, hatinya lega melihat Ilona kembali ceria seperti dulu. Keduanya memasuki kelas, di samping Ilona tiba-tiba ada seorang lekaki duduk sembari membaca buku. Dia adalah Alden.
"Em, Rum. Di kelas kita ada murid baru?" Ilona menoleh pada Arumi, menatap gadis itu seolah menuntut jawaban dengan segera.
Arumi menggeleng, mengambil posisi duduk dan meletakkan tasnya di laci.
Ilona terdiam, dengan hati-hati ia duduk di samping Alden. Perasaan Ilona mulai tak enak, semua murid di kelas seperti tidak menyadari kehadiran Alden yang duduk di sampingnya.
Saat Ilona kembali menoleh ke arah Alden, lekaki itu sudah tak ada. Lenyap, hilang begitu saja. Ilona meneguk ludahnya secara paksa.
"Kenapa aku jadi mikirin dia sih?" Ilona memijat pelipisnya, mencoba menghilangkan pikiran aneh di kepalanya. Bisa-bisanya Ilona menghayal sepagi ini.
Mungkin, Ilona harus bertanya mengenai Alden. "Rum, duduk sini bentar dong, ada yang mau aku tanyain sama kamu." Ilona menepuk kursi di sampingnya.
"Kenapa?"
"Di sekolah ini, ada siswa yang namanya Alden, gak?" Ilona memelankan suaranya, takut jika terdengar orang lain.
Arumi mengulum senyum. Sejenak gadis itu berpikir. Sedangkan Ilona begitu antusias menunggu jawaban dari Arumi.
"Gak tau, Na. Emangnya dia siapa?" tanya Arumi kembali.
Ilona menggeleng. "Gak tau juga, tapi ... setiap aku sedih dan gak punya teman dia selalu datang, Rum. Tapi aku rasa dia sudah lulus. Aneh gak, tuh?"
Arumi membulatkan mata, menutup mulutnya yang hampir berteriak.
"Jangan mikir aneh-aneh, aku udah punya Nico," tegur Ilona, yang jelas itu membuat Arumi berdecak kesal.
"Entar jam istirahat, kita ke perpus. Siapa tau dia ada di buku tahunan murid yang udah lulus."
Ilona mengangguk antusias mendengar saran Arumi. Jika dia bukan murid lagi, bisa jadi dia adalah mantan murid yang bersekolah di SMA Gadjah Mada.
"Aku harap dia jauh lebih baik dinding Nico, Na," ucap Arumi.
Ilona hanya tersneyum kecut seraya menggeleng. "Kayaknya gak ada yang lebih baik dari Nico," timpal Ilona pelan.
---->>> to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days with love [Versi Baru]
JugendliteraturGue cuma butuh waktu 30 hari. Apa gak bisa, lo pura-pura cinta sama gue?" _______ Sakit hati dan diselingkuhi membuat Nico berubah. Mulai dari tingkah lakunya yang kasar, serta kepribadian yang bodo amat terhadap lingkungan. Ilona, dia adalah gadis...