Chapter 9

12.9K 823 27
                                    

Aku berlari menuju gerbang, dari kejauhan kulihat Vito dan Zidan ganti adu jotos sementara yang lain hanya menyorakinya, tak berniat sedikitpun untuk memisahkan mereka berdua. Bener bener deh ya.

Aku mengatur nafasku yang ngos-ngosan sebelum melerai mereka.

"Berhenti!" teriakku yang diacuhkan begitu saja.  Aku berdiri ditengah tengah Zidan dan Vito, saat kepalan tangan Zidan menari di udara dan mengenai pelipisku sehingga aku jatuh tersungkur.

"Angel!"

Vito bergegas menghampiriku dan membantuku berdiri.

"Kamu nggak apa apa?" ia melihat pelipis kiriku yang kurasa sedikit benjol. Saat Vito menyentuhkan jemarinya, aku meringis nyeri.

"Sssh... sakit." seruku menahan nyeri yang datang bertubi - tubi.

"Angel... maafin gue, gue gak bermaksud--"

Bugh.

Aku melayangkan bogeman mentah kearah rahangnya sebelum Zidan menyelesaikan kalimatnya. Ia langsung terkapar dan pingsan.

Wow... aku tak menyangka jika hanya dengan satu kali bogeman dariku membuat Zidan tak sadarkan diri. Ternyata tak sia sia dulu saat Smp aku mengikuti ekskul karate. Tanpa memperdulikan tatapan kagum dan tak percaya dari anak anak yang mengelilingiku saat ini, aku menyeret Vito menjauh dari mereka semua.

¶¶¶

"Sssh.... aduh sakit Ngel. Pelan dong." seru Vito saat aku membubuhkan obat merah dilukanya.

"Hadeh, tahan dikit napa sih? Makanya gak usah sok jagoan. Luka dikit gini aja sampe teriak gitu." aku semakin menekan luka di sudut bibirnya, membuatnya semakin meringis kesakitan.

"Lagian ngapain sih lo pake acara berantem segala sama Zidan? disekolah gue lagi."

"Aku kan mau jemput pacarku."

Aku mencebikkan bibirku. Vito memandangku dengan senyuman semanis madu. Ia mengusap pelan pelipisku yang kini membiru.

"Masa gak boleh kalau aku jemput pacarku sendiri, hmm?"

Ugh...

Meleleh dikit boleh nggak sih?

Aku menepis tangannya, memalingkan wajahku menyembunyikan rona merah dipipi. Sial, kenapa aku jadi blushing gini cuma karena ucapan nih bocah?

"Tumben ngakuin gue pacar lo, kemarin kemarin kemana aja," ucapku ketus menyembunyikan perasaan malu yang melanda diriku saat ini.

Vito memegang daguku, matanya memandangku lekat."Maksudnya?"

"Ck. Lo lupa tujuan kita pacaran, supaya gue bisa tau bang Paris punya perasaan yang sama atau nggak sama gue. Nah elo pas liburan kemarin malah asyik sama Helen. Gue lo anggurin."

"Lah, kan itu biar kamu lebih dekat sama itu cowok itu walaupun sebenarnya aku gak rela tiap aku ngeliat kamu berduaan sama dia."

Aku memandangi wajah Vito yang tampak murung. Nih bocah beneran suka sama aku ya?

"Terus kenapa lo tadi berantem sama Zidan? Lo ada masalah sama dia?" Vito menggeleng.

"Terus kenapa Vito?" tanyaku gemas.

Ih... pengen banget deh ngebotakin kepala nih bocah.

"Aku gak suka dia bicara yang nggak nggak tentang kamu karena aku tau siapa kamu Angel." jawabnya dengan mata yang masih betah menatapku intens.

Aku mengerutkan keningku tak paham dengan ucapannya.

"Maksudnya?"

Akhirnya Vito bercerita jika tadi saat baru datang menjemputku, ia menanyakanku pada Zidan yang kebetulan lewat bersama dengan temannya. Mereka sempat berkenalan sejenak. Saat Zidan tahu jika Vito adalah pacarku, ia mengataiku dengan berbagai kata yang tak pantas. Karena emosi, Vito menghajar Zidan dan terjadilah baku hantam diantara mereka berdua.

Aku membelalakkan mata tak percaya mendengar cerita Vito. Ternyata Zidan benar benar marah padaku hanya karena aku menolak dirinya saat pagi tadi ia memintaku menjadi pacarnya. Dasar playboy kampung, buaya cap kali... Mana mungkin aku mau menerimanya jika aku mengetahui semua track record-nya dalam mempermainkan wanita selama ini.

Aku tak habis pikir mengapa Zidan sampai begitu sakit hatinya hanya karena aku menolak pernyataan cintanya.

Vito kembali mengusap keningku, menghilangkan garis garis halus yang muncul.

"Udah, gak usah kamu pikirin lagi. Kita pulang yuk. Udah sore nih." Vito mengulurkan tangannya yang langsung kusambut dengan senang hati.

"Angel."

Aku menolehkan kepalaku menatap Vito dan tiba tiba...

Cup

Vito mencium pipiku cepat hingga menyentuh sekilas sudut bibirku, membuatku terperangah dan melongo heran.

Dug, dug, dug, jantungku berdegup kencang. Belum lagi pipiku yang sukses memerah. Aku tak menyangka jika Vito akan menciumku.

Aku masih berdiri tegak dengan wajah melongo, saat Vito kembali menggenggam tanganku dan berkata," Aku sayang kamu."

¶¶¶

Yeay, apdet lagi. maaf ya kalau dikit. hpku lagi trouble...

full icha-vito moment. gimana menurut kalian, udah sweet belom vito-nya??

thanks buat kalian yg udah sempetin buat baca, ngevote n komen. thats mean a lot for me guys ^_^

Promo dikit boleh yak, jangan lupa baca juga ceritaku "Jomblo manis (new version)"  sama "the real player"

see y, loph u all :*

big hugs

Ifah

Young LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang