Chapter 18 *DATE 2*

12.4K 728 69
                                    

Sorry for late update
belakangan ini aku sibuk banget jadi gak sempat ngetik.

Sebelumnya aku mau cuap cuap bentar n tolong dibaca ya

buat kalian readers yang gak suka sama ceritaku silakan angkat kaki dari lapakku, gak usah baca ceritaku kalau ujung"nya cuma bisa ngata-ngatain doang. Kalian pikir nulis tuh gampang, butuh ide dan waktu serta imajinasi untuk membuat sebuah cerita. Jadi sekali lagi, kalau nggak suka GAK USAH BACA. n kalau komen tolong dipikir dulu, aku suka kalau ada yg ngritik tapi dengan catatan bahasanya SOPAN. kalau nggak jauh jauh deh. Aku gak pernah maksa buat baca ceritaku. Aku lebih menghargai SR daripada kalian yg cuma bisa komen tapi nyakitin hati dan gak tau buat cerita tapi sok sok-an ngeritik cerita oranglain. SIRIK TANDA TAK MAMPU. Ingat itu!!!!

Itu aja yang mau aku bilang, semoga kalian yg cuma bisanya ngeritik pake otak kosong kalian itu bisa ngerti!!! Maaf kalau bahasaku kasar... tapi itu cocok buat kalian yg cuma bisanya komen doang. Aku udah capek diginiin terus. Dan kalau masih ada aja readers yg komen nyampah diceritaku mending aku gak usah nulis lagi disini dan aku akan hapus semua ceritaku daripada aku dikata katain terus karena aku cuma manusia biasa punya hati n perasaan.

N buat semua readers yg udah ngedukung aku, suka sama ceritaku sampai saat ini thanks bgt. Aku benar benar menghargai semua vote n komen dari kalian karena itu moodbooster untukku menulis.

Sorry curcol....capek aja aku dikatain terus padahal kenal aja nggak.

Satu lagi... MMP gak akan aku hapus... thanks buat kalian yg udah komen n ngasih pendapat... thank u so much guys ^_^

Happy reading n enjoy

¶¶¶

Seperti yang sudah dikatakan Ash sebelumnya, sesaat setelah kami menaiki perahu raksasa itu Vito langsung pergi menuju kamar mandi memuntahkan seluruh isi perutnya. Vito beberapa kali muntah hingga wajah tampannya terlihat benar benar pucat seperti vampir.

Huh, aku nggak bisa nyalahin Ash ataupun bang Paris yang manas- manasin Vito buat naik wahana ini, karena Vito juga bebal sih walaupun udah aku bilangin sebelumnya  supaya dia gak usah dengerin omongannya bang Paris ataupun Ash tapi tetap aja Vito gengsi.

Heran deh sama cowok, sampai segitunya mereka rela nyiksa diri sendiri demi jaga image.

"Udah gak apa apa kan?" tanyaku pada Vito sambil sesekali mengusap keningnya yang berkeringat dengan sapu tanganku.

Vito hanya bisa mengangguk dan tersenyum tipis.

"Aku baik baik aja Angel." Vito menatapku lembut.

"Oke, udahan dramanya, bikin gue eneg aja. Sekarang kita mau kemana?" tanya bang Paris yang jengah melihat sikapku dan Vito.

Aku menatap bang Paris sebal. Ini kan sebenarnya acara kencan aku sama Vito doang, tapi bang Paris sama Ash malah ngerusuh.

"Nggak tau. Vito kamu maunya kemana?" aku menanyakannya pada Vito, tak menghiraukan pandangan menusuk dari bang Paris.

"Aku terserah kamu aja Angel. Ke bulan pun aku jabanin asal sama kamu."

Jawaban Vito menuai adegan pura pura muntah yang dilakukan oleh bang Paris maupun Ash. Mereka berdua geleng geleng kepala karena rayuan maut Vito. Sementara aku hanya bisa tersenyum sambil menundukkan wajahku yang memerah.

"Hadohhh... bisa gak sih gak usah lebay," sahut bang Paris diiringi anggukan setuju dari Ash.

"Sirik aja lo berdua." balas Vito memeletkan lidah.

Sebelum  keadaan semakin panas, aku menarik tangan Vito menjauh dari bang Paris dan Ash.

"Icha... mau kemana?"

Young LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang