Ya Tuhan... apa yang harus aku lakukan. Aku tak mau seperti ini terus. Terjebak dalam pertunangan yang sama sekali tak kukehendaki.
Aku harus melakukan sesuatu. Aku akan memprotes ketidakadilan ini pada Papa dan Mama. Ya, itu yang harus aku lakukan. Dengan penuh kemantapan aku bangkit dari kasurku dan melangkah kekamar Mama dan Papa.
Ini baru jam sepuluh malam. Mama dan Papa pasti belum tidur. Aku mengetuk pintu dengan pelan sambil memanggil Papa dan Mama, ketukanku berubah agak keras kemudian menggedornya karena Mama dan Papa tak kunjung membukanya.
"Papa.... Mama...."
Cklek. Akhirnya pintu terbuka juga menampakkan badan Papa dengan wajah merengut dan bajunya yang acak-acakan. Sepertinya Papa kesal sekali karena aku telah mengganggunya.
"Hei Masha...kamu ngapain sih malem malem gedor pintu kaya orang mau demo?" Papa berdiri didepan pintu berkacak pinggang dan menatapku tajam.
"Ada apa sayang?"
Kini Mama yang bertanya. Ia melongokkan kepalanya dibalik badan Papa sebelum menggeser badan Papa dan menarik tanganku masuk diikuti oleh Papa dibelakangku.
"Ma... Pa... Icha mo bicara."
Aku menatap Papa dan Mama yang menunggu lanjutan perkataanku.
"Icha gak mau tunangan sama bang Paris."
"APA???"
Mereka berdua nampak kaget.
"Sayang... kamu bicara apa?" Mama mendudukkanku di pinggir ranjang dan duduk disebelahku bersama Papa.
"Kamu kenapa kok gak mau tunangan sama Fariz. Bukannya ini semua keputusan kamu sendiri sayang."
"Icha gak pernah bilang iya Ma untuk nerima lamaran bang Paris." protesku tak menyetujui ucapan Mama.
Mama mengusap rambutku penuh cinta sementara aku mengerutkan keningku tak mengerti. Kapan aku memutuskan semua itu?
Seakan mengerti dengan kebingunganku, Papa memberiku penjelasan." Kamu gak inget sayang, waktu malem Papa ngajak kamu bicara digazebo. Kamu tiduran dipangkuan Papa. Papa kan nanyain gimana keputusan kamu karena orangtua Fariz beberapa kali menanyakan hal ini sama Papa. Dan kamu jawab iya sayang."
Mataku membesar mendengarnya. Aku baru ingat, saat itu ketika Papa datang aku sudah amat mengantuk dan tak mendengar perkataan Papa dengan jelas dan hanya menggumam sambil menganggukkan kepala asal tanpa tau apa yang Papa bicarakan.
"Ta...tapi Pa waktu itu Icha gak sadar waktu Papa nanyain hal itu. Icha ngantuk banget."
"Sayang, kita gak mungkin ngebatalin pertunangan kamu sama Fariz sekarang. Masa baru seminggu tunangan udah putus?"
"Lagipula masha sayang, kami harus bilang apa sama Om Ino dan Lily kalau ngebatalin pertunangan ini?" tambah Papa.
Aku terdiam, mencoba mencerna semua kata kata Mama dan Papa.
"Sayang," Mama menggenggam sebelah tanganku, membuatku yang sedari tadi menundukkan kepala menoleh kearahnya.
"Kamu suka sama orang lain?" aku menganggukkan kepalaku sebagai jawaban pertanyaan Mama.
"Dan orang itu bukan Fariz."
Aku kembali mengangguk.
"Mama tau gimana perasaan kamu saat ini." matanya berkaca kaca saat berbicara padaku.
"Icha bingung Ma, di satu sisi Icha gak mau tunangan sama bang Paris tapi di sisi lain Icha juga gak mau buat Papa sama Mama malu dan persahabatan Mama dan Papa jadi renggang kalau Icha ngebatalin pertunangan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Love
Humor( story completed ) Mengejar dan dikejar cinta, itulah yang terjadi dalam hidupku #SequelMARRYMEPLEASE!#