Chapter 11

14.9K 824 39
                                    

Update terakhir bulan Februari

Dilarang protes bilang chapter ini pendek ya, ntar aku ngambek gak mau nulis lagi. Ok ^_~

yang penting aku  apdetnya cepat kan...

Happy reading guys, enjoyed

¶¶¶

Tak terasa sudah hampir dua bulan aku menjadi pacarnya Vito. Dan hal itu membuatku tanpa sadar menggantungkan diriku padanya seperti saat ini. Aku sedang menunggu dia menjemputku. Karena hampir tiap harinya Vito menyempatkan dirinya untuk mampir kerumah dan mengantarku. Padahal jarak antara sekolahnya dan sekolahku lumayan jauh. Itu membuat aku tersentuh dengan sikapnya.

Tak ada banyak perubahan dalam hubunganku dengan Vito. Kami hanya beberapa kali jalan bareng, itupun setelah dia memaksa dan memohon memelas padaku agar mengiyakan keinginannya.

"Duh... Vito kemana sih? Masa bilangnya udah dijalan tapi sampe sekarang kok nggak nyampe-nyampe."

Aku kembali memandangi layar ponselku yang kini menunjukkan pukul 14:35. Kuamati keadaan disekitar halte yang tak begitu jauh dari sekolah. Lumayan sepi karena jam sekolah sudah usai satu jam yang lalu. Aku memang sengaja menunggu Vito disini agar tak menarik perhatian teman-temanku yang lain.

Sejak kejadian Vito berantem dengan Zidan, namaku mendadak menjadi tenar. Apalagi saat itu aku yang membuat Zidan pingsan dengan satu bogeman. Dan sejak saat itu pula tiap kali melihatku, Zidan selalu menghindariku. Dia tampak ketakutan. Baguslah... seenggaknya berkurang satu mahluk yang mengganggu dalam hidupku.

"Sendirian aja?"

Terdengar suara cowok disebelahku. Aku menoleh dan mendapati cowok kurang ajar di perpus duduk tepat disebelahku. Mendengus kesal dan mengacuhkan pertanyaannya aku menggeser dudukku menjauh, dia juga ikut-ikutan menggeser bokongnya dan kembali duduk disebelahku. Kembali aku menjauh dia kembali mendekatiku hingga aku duduk di pinggiran halte.

Tak sampai disana, saat aku berdiri dia juga ikutan berdiri. Aku menggeram kesal, mengepalkan kedua tanganku berusaha menahan amarah yang sudah naik ke ubun-ubun.

"Apaan sih lo?  Mau lo tuh apa?"

"Elo." dengan smirk andalannya dia menjawabku. Alisnya sebelah naik menggodaku.

"Heh... lo mau gue tabok lagi?"

"Boleh, nih." Dia mendekatkan pipinya kearahku. Kontan saja kudorong wajahnya agar menjauh.

Namun bukannya marah, dia malah terkekeh dengan apa yang kulakukan barusan.

'Sinting'  rutukku dalam hati.

"Ngapain?" tanyanya.

"Mandi." jawabku melihat lurus kedepan.

Kembali kudengar suara tawanya yang renyah. Huft... mimpi apa aku semalam hingga harus bertemu dengannya. Cakep sih cakep, tapi kelakuannya ngebakar hati.

"Baru gue tau ada orang mandi di halte. Gue ikutan dong." ucapnya yang kuanggap angin lalu.

Aku memfokuskan diriku dengan ponsel yang berada ditanganku. Mengirimi Vito pesan menanyakan keberadaannya.

To: Vito
Lo dimana?  Jadi nggak sih jemput gue-nya? sent

Tak berapa lama Vito membalas pesanku.

From: Vito

Masih dijalan Angel, ada kecelakaan didepan jadi macet. Mungkin lima belas menit lagi. Tunggu aku ya say :*

Young LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang