Chapter 3

16.9K 852 16
                                    

Aaaa.....

Omaigat.... aku ingin berteriak sekencang-kencangnya saat ini. Ya Tuhan, aku tak percaya.

Ini gak mungkin!!!

Aku pasti lagi bermimpi. Aku melihat lagi angka yang tertera ditimbangan. Ya ampun ya ampun... aku butuh udara segar sekarang.

Ini seriusan kan, timbanganku gak rusak kan. Kok bisa sih?? Aaa.... Mama... Papa... berat Icha turun.

Berat Icha turun 6 kg. Ya tuhan. Aku seneng banget... Aaa.... indahnya hidup ini kalau kaya gini terus. Gak lama lagi aku akan bisa mencapai berat badan idealku. Yes yes yes.

"Ma, kak Icha kesambet dimana sih? Daritadi senyum senyum gak jelas gitu." kata Azka saat sarapan.

Aku mendelik mendengar ucapannya. Hei, aku nggak kesurupan ya. Enak aja aku dibilang kesurupan. Dasar bocah tuyul, aku pites juga ntar kepala botaknya itu.

"Azka gak boleh bicara gitu sama kakak kamu. Kamu kenapa sayang, kayanya seneng banget? Ada apa sih?" tanya Mama sambil mengoleskan selai kacang di roti untuk sarapan Papa.

"Berat badan Icha turun Ma. 6 kg. Mama bisa bayangin??"

"Serius Cha?"

"Banget Mama banget Icha seriusnya." jawabku tak kalah semangat dengan Mama.

"Ya ampun... Mama ikutan seneng sayang." Mama menaruh roti yang dipegangnya kemudian memeluk diriku.

Kami berdua berpegangan tangan sambil melompat lompat memutar melakukan tarian happy tanpa memperdulikan tatapan malas dari Papa, Azka dan Helen.

"Ehem, sayang tariannya bisa ditunda ntar kali. Aku udah laper nih." kata Papa membuatku menghentikan tarian kami berdua.

Masih tersenyum senang, aku duduk disebelah Helen dan memakan roti dengan selai cokelat yang telah tersedia dipiringku.

"Makasih ya Ma. Karena udah bantuin Icha buat diet. Icha sayang sama Mama."

"Sama sama sayang. Mama pasti akan ngelakuin apapun untuk kebaikan kalian semua."

"Jadi Icha cuma sayang sama Mama. Sama Papa nggak?" kata Papa mengerucutkan bibir.

Aku berdiri dan berjalan mengitari meja, kemudian memeluk Papa. "Icha juga sayang banget sama Papa."

"Makasih ya Pa udah bantuin Icha buat diet. Obatnya beneran tokcer," bisikku agar tak ada yang mendengar ucapanku.

Karena serius, beratku turun semenjak aku mengonsumsi obat diet yang Papa kasih. Kata Papa beliau dapat obat itu dari teman dokternya. Dan obat itu aman, makanya aku minum. Lagian nih ya, Mama gak bakal setuju kalau aku minum obat diet, harus diet alami. Makanya, aku nggak ngasih tau Mama. Boro boro turun, yang ada beratku malah naik. Jadi, ya gitu deh aku kongkalikong sama Papa. Demi kebaikan bersama kami.

" Anything for you my Masha."

"Papa ih. Jangan panggil Masha Pa, jelek." sungutku. Papa terkekeh karena melihat sikapku yang manja.

"Hadehhh, ratu manja kumat lagi." cibir Azka.

"Idih sibotak jealous ya."  balasku menjulurkan lidah.

"Ma... Kak Icha ngatain Azka botak." adunya ke Mama.

"Yee... emang bener lo botak kan," ucapku sambil mengelus kepala plontosnya itu.

"Mama...." rengek Azka.

"Udah, jangan pada ribut. Kamu nih Cha, seneng banget godain adik kamu. Contoh tuh Helen, anteng sikapnya."

Young LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang