.
.
.
.Mengelap sisa-sisa air di pinggiran bibir kini menjadi rutinitas paginya dalam beberapa hari ini. Matanya sedikit berair dan merah, perutnya serasa campur aduk, mual bukan main.
Bukan hal yang menyenangkan, setiap pagi dibangunkan oleh rasa mual yang menyerang. Hingga memaksa tubuhnya lari tergopoh-gopoh keluar kamar menuju closet di kamar mandi dekat dapur.
Lalu berakhir dengan tubuhnya yang melemas, sampai terduduk di lantai basah kamar mandi. Menyugar surai, yang menjuntai menutupi bagian wajah, lalu menjabak rambutnya sendiri. Dan manangis dalam diam.
Bagaimana ini?
Sujin membungkam mulutnya, menahan isakan agar suaranya tidak terdengar keluar dari dalam kamar mandi sempit itu.
"Huek hoekkk....hmmmp" mualnya datang lagi, Sujin mendekat lagi ke arah closet duduk, membuang isi perut, yang mengocok perutnya tanpa ampun.
"Jangan menyiksaku seperti ini......." keluh Sujin, setelah berhasil menyelesaikan mualnya. Lalu ia merunduk ke arah perutnya yang masih datar, dan mengelusnya pelan.
Satu minggu yang lalu, Sujin sudah mengetahui ada janin di dalam perutnya. Janin yang belum diketahui siapa-siapa, hasil perbuatan bersama prianya.
"Ji..... kau kenapa? Mual-mual lagi?" Suara ketukan pintu kamar mandi menjadi suara yang mendominasi sekarang. Ibunya mengedor secara tidak sabar.
"Hanya sedikit bu. Sujin tidak apa-apa." Sujin masih tidak membuka pintu.
"Tidak apa-apanya, Ibu perhatikan kau seperti ini setiap pagi. Sakit lambungmu kambuh Ji?"
Sujin berdiri, dengan lemas. Setelah membasuh mulutnya, yang terasa pahit untuk dikecap. Membuka pintu dengan gerakan lesu, dan ia pun sudah disambut oleh raut wajah ibunya yang khawatir.
"Iya Bu, mungkin sakit lambungku kambuh....." bohongnya kemudian.
"Cepat sarapan, Ibu sudah siapkan susu jahe untuk meredakan mualmu." sang ibu, menunjuk meja makan menggunakan gerakan kepala.
"Hm, Sujin mandi dulu, pagi ini Sujin ada kelas pagi." Sujin melangkah, melewati sang ibu, menuju ke arah kamar untuk mengambil handuk.
Saat melintasi ruang tengah yang luasnya tidak seberapa, Sujin disuguhi pamandangan yang cukup menyesakkan dada. Memandang sendu ke arah tumpukan bahan kain, yang siap dijahit.
Rasa bersalah kembali menyeruak.
"Maaf Ibu.... Ibu sibuk menjahit pesanan orang, sementara aku hanya bersenang-senang" Sujin melirih, memegangi perut dengan sisa rasa mualnya.
Ternyata dengan menjadi mahasiswa penerima beasiswa, itu belum cukup membanggakan ibunya. Sujin yakin, setelah ibunya tahu semua ini, pasti ia sangat kecewa. Belum lagi beasiswanya terancam dicabut, karena penurunan IP di bawah standar selama dua semester berturut-turut, pihak kampus sudah berkali-kali memberinya peringatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ACONITE [√]
FanfictionSeperti tumbuhan beracun Aconite. Yang menghancurkan setiap sel-sel tubuh, memperlambat kerja jantung, hingga melemas sampai mati perlahan. Im Taehyung itu sama seperti Aconite, lari setelah menjejalkan racun ke dalam kehidupan Yoo Sujin.