Sujin masih menatap ayah dan anak itu, Taehyung berjalan dua langkah mendahuluinya. Kepala Rey masih menyandar di bahu Taehyung, sedangkan kedua lengan kokoh Taehyung menyelip di bawah lutut Rey, Taehyung sama sekali tidak merasa kesusahan menggendong Rey di punggungnya, terus mengambil langkah sedangkan Sujin berpura-pura tidak peduli.
Sampai akhirnya, langkah mereka sampai di samping mobil milik Sujin, saat Sujin melirik sekitar ia bisa melihat mobil Taehyung juga terparkir tidak jauh dari tempatnya berdiri. Sujin cepat-cepat membuka pintu belakang mobil, Sujin juga sempat menyetel kursi bagian belakang menjadi sedikit rendah. Taehyung langsung merebahkan tubuh Rey di sana.
"Kau langsung pulang?" Pria itu melayangkan pertanyaan, setelah berhasil merebahkan tubuh Rey. Mencegah Sujin yang hendak memasuki kursi kemudi dengan pertanyaanya.
"Ya," jawab Sujin singkat tanpa menoleh.
"Ji."
Jemari pria itu tahu-tahu sudah menahan bahunya. Sujin kembali berbalik, Taehyung kemudian menutup pintu mobil yang sempat Sujin buka tadi, kini keduanya sama-sama berada di luar mobil. Udara dingin menyapu kulit mereka, Sujin sedikit menggosok bahunya merasa meremang karena sapuan angin malam.
"Kau yakin?"
"Yakin apa?" suhut Sujin bingung, Taehyung seperti mengulur-ulur waktu. Mencoba mencari pembicaraan.
"Aku bisa--"
"Jangan pernah memikirkan hal itu, aku tidak akan pernah menerima tawaran itu." Sujin hendak berbalik lagi, tapi untuk kedua kalinya Taehyung menahan bahunya lagi.
"Bagaimana caramu menghadapi Rey? Kau tau, dia seperti ini karena keadaan keluarganya. Setidaknya dia butuh jawaban atas semua pertanyaan." Taehyung mengeluarkan suara rendah, jemari itu masih betah mempertahankan gerakan memegang bahu Sujin kuat.
"Ini tidak akan terjadi jika enam belas tahun yang lalu kau bertanggung jawab," cerca Sujin, lalu mengibaskan bahunya.
Taehyung mengalihkan pandangannya. Saat menatap Sujin pria itu seperti mendapati mata Sujin enam belas tahun yang lalu, mata yang putus asa, dan kekecewaan yang mendalam.
"Tidak bisakah aku memperbaikinya?"
"Apa yang ingin kau perbaiki?"
Taehyung bungkam seribu bahasa. Ia tahu, bahwa dirinya juga membutuhkan Rey, anak itu bisa mengatasi masalah kekritisannya. Tapi, ini jauh dari sekedar itu. Saat melihat wanita dari masa lalunya sekarang ini, bersama bagian dari dirinya yang lain. Taehyung ingin memiliki mereka.
"Tae kumohon." Sujin menunduk dalam, ia meraih tangan Taehyung dan menggenggamnya erat.
Sujin menarik napas sejenak. "Lepaskan saja kami. Aku dan Rey tidak membutuhkan sosok dirimu, sejauh ini kami bisa bertahan hidup tanpamu. Bisa kau pikirkan? Bagaimana perasaan Rey, saat tau siapa ayahnya? Aku tidak yakin dia menerima ini dengan mudah. Aku takut dia membencimu," ujar Sujin penuh ketengangan. Dari nadanya, ia sama sekali tidak ingin menyiratkan kesedihan yang mendalam. Nada Sujin terdengar lebih tegar, wanita itu masih mencoba berdamai dengan dirinya sendiri, walau sulit, setidaknya Sujin lelah terus-terusan merasa sesak.
"Tapi--"
"Lebih baik Rey tidak mengetahui sama sekali tentang ayah kandungnya. Hatinya pasti akan tersakiti, jika tau bahwa dulu dia tidak diinginkan oleh ayahnya dulu," kalimat Sujin memotong.
"Itu saja yang kuminta. Aku tidak mau apapun darimu. Berjanjilah pada kami, untuk tidak mengusik kehidupan kami. Hiduplah seperti tidak terjadi apa-apa. Aku sudah menerima ini semua, aku ingin hidup damai hanya bersama keluargaku saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
ACONITE [√]
FanfictionSeperti tumbuhan beracun Aconite. Yang menghancurkan setiap sel-sel tubuh, memperlambat kerja jantung, hingga melemas sampai mati perlahan. Im Taehyung itu sama seperti Aconite, lari setelah menjejalkan racun ke dalam kehidupan Yoo Sujin.