15 | problem

3.1K 338 16
                                    




Saat Huangji mengucapkan hal itu, Sujin masih tidak bergeming. Ia masih menahan tangannya yang sudah terlepas dari cengkraman agar tidak melayang ke arah pria itu. Sujin mengepalkan telapak tangan kirinya, saat Huangji mulai berani melepas satu persatu kancing kemeja.

Usai beberapa atasan kancing itu terlepas, tangan itu mulai kurang ajar, dadanya di remas, padahal masih terbungkus bra. Kepala Sujin berperang. Antara iya atau tidak, di pecat atau menuruti semua keinginan pria ini. Sujin memejamkan matanya erat.

"Ukuran dadamu lumayan juga....." Huangji berbisik, seraya mengecup bagian belakang telinga.

Sujin menahan nafas, kamar hotel, bersamaan dengan tubuhnya yang pasrah. Cukup mengingatkan Sujin pada pria dari masa lalunya, Sujin seperti ini ketika Taehyung menyentuhnya dulu. Bedanya ia melakukan itu secara suka rela yang berlandaskan oleh kata cinta. Bodoh, jika dipikir-pikir. Sampai kapan ia akan menjadi bodoh seperti ini? ia tidak boleh pasrah dan menyerah begitu saja pada Huangji. Sujin benci dengan pria sejenis ini, ia muak. Karena Huangji telah berani mengingatkan kenangannya bersama Taehyung dulu.

Plak!

Huangji tidak berkutik setelahnya, tangannya membeku tepat di depan kancing bra Sujin. Kepala pria itu menyamping, pipinya samar-samar terlihat merah seperti jambu setengah matang. Huangji menggeram, Sujin mengambil posisi mundur, setelah berhasil mendorong Huangji sampai terlentang di atas ranjang.

"Tidak seharusnya kau seperti ini Tuan. Bukankah aku sudah bilang, aku tidak mau melayanimu" Sujin berdiri, ia memegangi atasan bajunya dengan tiga kancing yang terbuka, bra hitam itu tampak kontras dengan warna kulitnya, terlihat menyumbul dari balik kemeja.

"Nona Yoo, aku sudah memintamu secara baik-baik. Kau mau apa? aku bisa menjadikanmu wanita simpanan, Rey juga akan ku anggap seperti anakku sendiri nantinya." Huangji beranjak dari tempat tidur, pria itu memegangi pipinya yang kemerahan. Rambutnya sudah semakin terlihat berantakan.

"Posisimu dirumah sakit akan semakin kuat, jika mereka tahu kau wanita milikku." lanjutnya lagi.

"Aku tidak ingin menjadi wanita milik siapapun. Aku milikku sendiri, lagi pula aku tidak tertaik menjadi wanita simpananmu. Aku lebih tertarik mengurusi pasien-pasienku,"

"Kau menolakku?"

"Terima kasih atas tawaranmu Tuan, tapi aku lebih tertarik berkerja di ruang operasi dari pada di atas ranjangmu" Sujin kemudian pergi sebelum Huangji berani lebih macam-macam. Sujin sempat mendengar perkataan Huangji sebelum ia benar-benar keluar dari kamar hotel.

"Kau akan menyesal Yoo Sujin"

"Terserah jika anda memecatku nanti."

------

Prancis. Paris. 03:45 AM

Yuhn Jimin sekarang ini tidak banyak yang ia lakukan, pria itu berdiri di atas balkon apartemen. Ia melihat sinar rembulan yang redup di atas sana. Bahkan sinarnya kini telah kalah oleh cahaya lampu perkotaan.

Ia bertelanjang dada, perutnya yang atletis dan berorot di terpa angin malam yang terasa sejuk menggelitik kulit. Di bagian dada sang pria, disana terukir sebuah tato bertulis satu kata. Semakin menambah kesan seksi dari sang pemilik tato. Jimin hanya menggunakan celana training, tanpa atasan. Kedua tangannya ia masukan kedalam saku celana, kepalanya sedikit pusing karena terlalu banyak minum. Sebelumnya ia peminum yang hebat.

"Aku akan kembali......" gumam Jimin sembari memejamkan matanya, tangannya kini bertumpu pada pinggiran balkon.

Setelah perusahaan orang tuanya pailit dan tuan Yuhn angkat tangan dalam masalah ini. Jimin tidak bisa berbuat banyak, menjual perusahaan mungkin adalah salah satu cara keluarga Yuhn meraih dana sesedikit mungkin. Jimin pikir ayahnya akan membangun perusahaan mulai dari nol setelah masalah ini. Tapi tidak, ayahnya bunuh diri dengan menghirup gas monoksida dari briket batu bara yang di bakar di kamarnya sendiri.
Ayahnya sudah terlalu stres selama ini, dan juga ia sebagai anak yang tidak bisa berbuat apa-apa. Sekitar enam bulan yang lalu, produk yang hendak di luncurkan oleh perusahaan ayahnya mengalami kegagalan. Dari kegagalan itu akhirnya perushaan terlilit hutang besar, dari sini perusahaan sudah mulai berat sebelah. Sampai akhirnya beban itu semakin berat, perusahaan tidak seimbang dalam menangani urusan yang lain, ayahnya sibuk mencari dana sana sini demi menutupi hutang itu. Dan yah, semua itu terjadi. Pabrik juga mengalami kebakaran itu semakin membuat Jimin curiga bahwa ada seseorang di balik semua ini. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa, permasalahan keuangan membuat Jimin meninggalkan kecurigaan itu. Dan akhirnya ayahnya melepas perusahaan itu, dan memilih bunuh diri.

ACONITE [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang