Pagi ini, Sujin merasa lebih baik setelah semalam ia tidur dengan mengkonsumsi obat tidur dengan dosis yang lumayan tinggi, Sujin menenggak beberapa butir sekaligus. Atau paling tidak ia merasa lebih baik setelah meminumnya, jatuh tertidur luar biasa lelapnya.
Tentu saja ibunya tidak tahu, mengenai Sujin yang menenggak obat tidur. Untung saja tidak overdosis.
Setelah semalam ia seperti melalui hal berat, bagai ada balok es yang menimpa punggungnya. Tapi, setidaknya ia harus kuat. Sekuat ibunya. Agar bisa menyingkirkan balok es itu.
Ia lemah Sujin sadar itu, ia tidak akan bisa jadi sekuat ibunya. Jika saja tidak ada ibunya, Sujin yakin, ia sudah berada di klinik aborsi sekarang.
Memilih melupakan masalahnya semalam, mungkin dapat menenangkan pikiran Sujin saat ini.
Sujin ingin memulai harinya pagi ini.
Memunguti setiap serpihan hatinya, lalu memulai lembaran baru. Tak apa, ia bisa. Semuanya belum hancur, atau lebih tepatnya belum benar-benar hancur.
Setidaknya Sujin masih bisa memperbaiki nilainya, agar Beasiswanya tidak di cabut. Yah, semoga saja. Mungkin ia akan mengatur jadwal kuliah, mencari pekerjaan paruh waktu, ia akan sangat sibuk mulai sekarang.
"Ji berangkat ke kampus tidak?" Itu suara ibunya, membuka pintu kamar, dan melihat Sujin yang terbaring di atas tempat tidur sembari melamun memikirkan apa yang akan ia lakukan kedepannya.
Sujin terkesiap, lamunannya buyar saat ia mulai membayangkan akan kuliah dengan perut besar. Dengan beberapa orang yang menggunjinginya.
"Ah, iya" Sujin beranjak, dan membuka selimut yang membungkus tubuhnya.
"Apa tidak apa-apa? apa sebaiknya kau ambil cuti dulu? sampai kau melahirkan." Sang ibu duduk di pinggiran ranjang. Memperhatikan putrinya yang sedang melipat selimut.
"Tidak Bu, aku harus cepat menyelesaikan kuliahku" Sujin berkata dengan nada yang terdengar tegar. Sujin dengan muka yang masih bangun tidur itu mengambil kuciran rambut lalu mengikat rambutnya asal. Terlihat jelas ada lingkaran hitam samar yang mengelilingi mata Sujin. Aneh, padahal semalam ia tidur lelap, lebih tepatnya di paksakan tidur dengan obat.
"Kuliah, pada masa kehamilan itu berat Ji" sang ibu beranjak dari duduknya.
"Tidak bu, aku bisa. Aku harus cepat menyelesaikan studi kedokteranku." Sujin berucap lagi. Merasakan sinar matahari pagi yang menerpa. Sepertinya ini akan menjadi hari yang cerah, berbanding terbalik dengan suasana hatinya yang gelap dan mendung.
_____
Sujin menghirup udara siang yang terasa sejuk. Rambutnya yang panjang dan coklat alami itu di ikat kendur, dengan meninggalkan anakan rambut di samping wajah yang bergoyang karena tertiup oleh semilir angin siang. Tangannya yang putih dan halus, tampak kesulitan membawa beberapa tumpuk buku medis dengan berbagai judul yang berkaitan dangan bedah jantung.
Ia tengah berada di kampus, ada kelas siang ini. Maka dengan keadaan hati yang masih terluka, dengan penampilan sederhanya yang rapi dan terkesan manis itu, ia menjalani harinya dengan sedikit berat.
Sujin berkuliah di Universitas Hangsei S1 Fakultas Kedokteran. Cukup sulit saat dirinya mengikuti Prodi Beasiswa Kedokteran ini. Sampai akhirnya dengan susah payah Sujin akhirnya mendapatkan Beasiswanya dengan hati yang senang bukan main.
Kurang lebih setelah enam bulan ia kuliah disini, akhirnya ia bertemu dengan Taehyung yang mengambil jurusan Manajemen Bisinis.
Kala itu Taehyung sangat genjar mengejar dirinya, berusaha mendapatkan nomor ponsel, atau bahkan sengaja mencari perhatiannya. Taehyung bahkan bersaing dengan beberapa laki-laki, demi mendapatkan Sujin. Sampai akhirnya Sujin jatuh cinta pada Taehyung, saat itu Sujin merasa Taehyung adalah pria baik dan sangat mempercainya. Terbukti dari cara Taehyung yang mengejar Sujin yang terlihat sangat tulus. Dan dari sanalah semuanya berawal. Mereka menjalani hubungan kurang lebih hampir satu tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
ACONITE [√]
Fiksi PenggemarSeperti tumbuhan beracun Aconite. Yang menghancurkan setiap sel-sel tubuh, memperlambat kerja jantung, hingga melemas sampai mati perlahan. Im Taehyung itu sama seperti Aconite, lari setelah menjejalkan racun ke dalam kehidupan Yoo Sujin.