"Apa itu anaknya Taehyung?" wanita dengan gurat kecewa itu memandang putrinya, usai melayangkan tamparan beberapa kali.
Sujin tidak merespon, ia masih sibuk mengelap wajah basahnya dengan pipi yang memerah. Sesekali menarik ingus yang menyumbat pernapasanya di dalam hidung--efek menangis.
Dan keterdiaman Sujin itu menjadi jawaban atas pertanyaan ibunya.
"Astaga, Ji.. kenapa? Ibu tidak habis pikir bahkan masalah beasiswa yang hampir di cabut itu kau tidak bilang? Ibu pikir selama ini semuanya baik-baik saja! jawab! dengan apa Ibu membiayaimu nanti jika sampai beasiswamu di cabut?!" Sang ibu keluar dari kamar, duduk di sofa ruang tengah meninggalkan Sujin dalam diamnya. Wanita yang tidak terlalu tua itupun, duduk dengan kaki yang melemas.
Jarak antara kamar Sujin dan ruang tengah, tidak terlalu jauh, hanya dipisahkan oleh tembok yang memisahkan antara ruang tengah dan kamar. dengan cat tembok yang mulai usang dimakan waktu.
Karena itu, walaupun di ruangan yang berbeda Sujin masih mendengar suara ibunya.
Usai ibunya mengetahui kehamilannya, Sujin juga mengaku tentang beasiswanya yang terancam di cabut. Tidak segan-segan lagi, ibunya bahkan menampar pipi putrinya tanpa ampun. Mencecarnya berbagai pertanyaan.
Sejauh ini ia menghadapinya sendiri, membesarkan Sujin dengan hasil keringat sendiri dengan bumbu masalah yang selalu bisa ia tangani.
"M-mmaaf bu.... Sujin tidak tahu akan seperti ini" Sujin melayangkan beberapa kata dengan kegugupan. Suaranya tercekat di pertengahan tenggorokan, ia hanya bisa menjawab dengan seadanya.
"Apa ibu harus menjual ginjal? untuk membiayai kuliahmu nanti......" Jihyun melirih, kehamilan Sujin dan masalah biaya kuliah, sangat-sangat cukup untuk memperburuk hari ini.
Mendengar lirihan ibunya, Sujin bergegas lari menuju ruang tengah dengan beberapa langkah saja ia sudah sampai disana.
"Ibu, aku masih punya harapan, beasiswaku belum di cabut bu.... bu ku mohon, jangan pikirkan yang tidak-tidak. Jangan korbankan apapun hanya untuk anak yang tidak berguna seperti ku" Sujin bersujud, di bawah sofa tepat di dekat kaki ibunya. Sembari menggeleng-gelengkan kepalanya dengan wajah yang basah.
"Bagaimana Ibu tidak berpikiran yang tidak-tidak! Selama ini Ibu tidak terlalu memikirkan hal buruk, Ibu berpikir bahwa hidupmu akan lurus-lurus saja. Tapi apa? ini yang Ibu terima? kau hamil Ji! keluarga Taehyung pasti tidak mudah menerimamu, Ibu paham betul bagaimana sifat mereka!" Sang ibu merunduk menatap putrinya yang terduduk dengan rasa bersalah.
"Taehyung sudah tahu?" tanya ibunya lagi.
"S-sudah," Sujin menunduk dalam, hidungnya masih tersumbat karena habis menangis sesegukan.
"Lantas apa rencana kalian?"
"Taehyung menghindariku, dia bahkan tidak ingin membahasnya." Sujin berucap dengan ragu.
Tepat saat itu pula, Kang Jihyun menutup matanya pening.
"Kau bukan orang bodoh Ji! telepon dia, kalian harus membahas hal ini! minta tanggung jawabnya!" Sang ibu tidak tahu lagi harus bagaimana, menghadapi ini. Kang Jihyun salah, telah banyak memberi kebebasan pada hubungan Sujin dan Taehyung.
"Hiks..... dia memblokir nomorku...... bu aku takut" Sujin beranjak, duduk di samping ibunya, sembari menatapnya penuh ampun.
Lengkap sudah, ini sudah jelas. Jihyun tahu Taehyung berusaha lari dari tanggung jawab.
"Sudah Ibu bilang berkali-kali! Taehyung bukan pria yang baik! sudah berapa banyak Ibu menyuruhmu meninggalkan Taehyung?! lihatkan, ini akibat kau tidak mendengarkan Ibu! Ibu tidak memikirkan soal keluarga Taehyung yang kaya Ji, Ibu hanya ingin kau menjalin hubungan dengan orang baik yang menjaga harga dirimu" Jihyun, memukul bahu Sujin berkali-kali, sampai tubuh putrinya tergoncang-goncang karena tidak menghindari pukulannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ACONITE [√]
FanfictionSeperti tumbuhan beracun Aconite. Yang menghancurkan setiap sel-sel tubuh, memperlambat kerja jantung, hingga melemas sampai mati perlahan. Im Taehyung itu sama seperti Aconite, lari setelah menjejalkan racun ke dalam kehidupan Yoo Sujin.