22 | Enemy in the past

3K 317 69
                                    


"Mobilmu keren Tuan," Rey beberapa kali berdecak kagum, setelah beberapa menit yang lalu menduduki kursi samping kemudi, mata kelamnya meneliti setiap sudut mobil penuh binar.

"Ini mobil launchingan dari perusahaanku tahun lalu" Taehyung hanya menggunakan sebelah tangannya untuk menyetir, sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk menggaruk sebelah alisnya.

"Aku CEO di sana" ucap Taehyung santai.

"Woahhhh, jinja?! Jadi a-anda CEO dari perusahaan Hongdam, perusahaan yang berkali-kali melaunching mobil-mobil keren di korea?!" Rey langsung membungkuk hormat, di kursinya. Setelah mengetahui pria yang memberi tumpangan pulang adalah orang yang cukup disegani.

"Santai saja nak."

"Omong-omong aku juga beberapa bulan lalu, membeli mobil launchingan terbaru dari perusahaan anda. Suatu keberuntungan bertemu denganmu Tuan Rey, apalagi nama kita sama" Rey sejemang tersenyum, menatap Taehyung. Pria itu juga menoleh sekilas ke arahnya.

Taehyung sempat terpana oleh senyuman bocah lelaki itu, garis lengkung bibirnya terlihat sangat menawan, hidungnya tinggi, alisnya tebal, dan kulitnya putih pualam. Matanya kelam, seperti batu onyx yang dihaluskan.

"Kau tampan, senyummu mengingatkanku pada seseorang" Taehyung mengacak puncak kepala Rey sejenak, bocah itu malah balas tertawa senang. Memang, senyum bocah itu cukup mengunggah pikiran Taehyung pada seseorang. Tapi siapa? Taehyung bahkan bertanya pada dirinya sendiri. Yang jelas, wajah Rey itu terlihat sangat familiar di matanya.

"Terima kasih atas tumpangannya Tuan Rey"

"Jangan panggil Tuan, paman saja." Taehyung kembali bergelut menatap jalanan.

Setelah jarum jam menunjuk angka dua dini hari. Dan bar semakin terlihat panas, oleh beberapa pelacur yang mulai menggila, Taehyung yang melihat bocah di bawah usia itu, kurang nyaman di sana, akhirnya Taehyung menawari Rey tumpangan pulang, setelah anak lelaki itu mengatakan teman-temannya membatalkan janji. Dan di sinilah mereka sekarang, ban mobil berputar susai arah yang Rey tunjukan.

"Kau homeschooling atau apa?" Taehyung bertanya hanya sekedar menghilangkan suasana hening.

"Aku sekolah di Gwangsei, aku murid kelas tiga smp" Suara Rey terdengar berat, Taehyung menoleh, ternyata bocah lelaki itu terlihat mengantuk dengan tatapan mata yang sayu.

Taehyung mengangguk mengerti. "Ah, sekolah elit ternyata." Taehyung tahu sekolah itu, sekolah menengah pertama itu adalah tempat untuk kalangan atas. Di khususkan untuk anak dengan orang tua berpenghasilan besar, seperti anak pejabat, anak aktor dan aktris, model remaja, dan beberapa perusahaan besar lainnya juga menyekolahkan anak mereka di sana. Biayanya juga tidak main-main, Taehyung yakin orang tua Rey adalah orang tua yang berpenghasilan lebih, apalagi mengingat Rey adalah seorang aktor muda. Sekolah itu memang cocok untuknya, privasi serta keamanannya terjaga di sekolah itu.

"Stop, sudah sampai" Rey memecah fokus Taehyung, setelah mobil Taehyung memasuki kawasan komplek perumahan, Rey menunjuk salah satu rumah, sembari mata tetap berusaha menjaga kesadaran.

"Itu rumahmu?" Taehyung menatap sebuah rumah minimalis yang tampak mewah, dengan pagar hitam yang mengelilingi.

"Ya, terimakasih tumpangannya paman Rey" Rey membuka pintu mobil. Sembari mata masih mendelik ramah ke arah Taehyung.

Taehyung membuka kaca jendela mobilnya lalu menatap Rey. "Jangan pergi ke klub malam lagi, kau belum cukup umur, mengerti" pringat Taehyung.

"Ya, paman. Terimakasih sekali lagi" Rey membungkuk hormat, sedangkan Taehyung masih menatapinya.

ACONITE [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang