20 | Its Hurt

3.5K 327 32
                                    


Happy reading...
btw ini panjangggg, maap jika nemu banyak typo😚

.
.
.
.





Setelah meledak bersama menyambut putih, Sujin masih mematung bersama tubuh yang gemetaran, bagian bawahnya berkedut, kakinya lemas, Sujin mengambil napas sebanyak mungkin. Hatinya diremas seperti hancur kembali, Sujin masih menatapi Taehyung dengan mata yang sayu, pria itu tertawa mengejek, memandang Sujin dengan jijik.

"Rasakan, bagaimana cairanku yang kau bilang menjijikan ini memenuhi dirimu" Taehyung berbisik teramat pelan, mengecup-ngecup leher, lalu beralih ke pipi menjilati air mata Sujin.

Taehyung lalu melepas tautan tubuh mereka secara kasar. Sujin melenguh, karena bagian bawah tubuhnya terasa nyeri.

"Dasar munafik" Taehyung memakai pakaiannya kembali, mata pria itu tidak memancarkan aura yang bersahabat, saat Sujin menyelami mata itu Sujin hanya menemukan kebencian dan kekecewaan di sana.

Kecewa? kenapa, apa yang pria itu kecewakan. Seharusnya Sujin yang kecewa di sini. Pria itu terlalu banyak menyakitinya, seharusnya mereka tidak seperti ini lagi, seharusnya ini tidak terjadi lagi. Mendesah pasrah alih-alih memberontak, yang dikatakan Taehyung itu benar, ia memang munafik.

"Kenapa?" Sujin melirih, ia masih menduduki closet, sembari mencoba menutupi tubuhnya dengan kedua tangan yang menyilang. Keadaannya berantakan, rambut, pakaian.

Taehyung sejemang memperhatikan Sujin, yang tengah meringkuk, habis dihancurkan. Benar juga, kenapa ia sampai melakukan ini lagi dengan Sujin? Brengsek! untuk sesaat emosinya meledak saat Sujin menghinanya beberapa menit yang lalu, ah alasaanya bukan hanya itu, yang paling mengecewakan adalah, saat Sujin mengatakan jika wanita itu benar-benar mengaborsi bayi mereka dulu. Kenapa? ia menaruh harapan di sana?

Selama hampir 15 tahun ini, pikirannya tidak pernah tenang. Yah baiklah, ia memang bersalah dulu, itu selalu menggangu pikiranya. Sujin di mana? bagaimana keadaanya? apa jenis kelamin anaknya? kenapa rumah wanita dijual dulu? Semuanya, dulu ketika ia mulai jenuh pada kehidupan bebasnya, barulah perasaan bersalah ini datang, ia sudah mengakui semua itu di hadapan ayah dan ibunya. Tapi, ketika melihat wanita itu telah kembali setelah sekian tahun, hati Taehyung kembali terselimuti rasa penasaran dan manaruh harapan jika dulu Sujin benar-benar tidak menggugurkan bayi mereka.

Rasa penyesalan ini terus menghantuinya seperti bayangan yang mengikut di belakang tubuh.

Tapi harapan itu seperti dihancurkan, rasanya seperti sebuah kaca yang membentur batu keras. Harapan itu hancur, bersama rasa kebencian yang datang karena kecewa. Saat Sujin mengatakan ia jijik dengan benihnya, dan tega mengugurkan bayi itu. Ia merasa marah, dan melampiaskan amarah itu pada orang yang sudah memancingnya, dan terjadilah. Bodoh! padahal dulu ia juga menyuruh Sujin melenyapkan janin itu tapi kenapa ia merasa sangat emosional sekarang.

"Aku akan minta ayah mengganti dokter ibu, aku rasa, kita tidak akan bisa berkerja sama"

Taehyung menaikan retsleting celananya, membuka bilik toilet, dan meninggalkan Sujin dalam keheningan.

Sujin menatap sekitarnya, lalu memunguti pakaian, mencoba memakainya kembali dengan tangan yang lemas. Sujin menangis tanpa suara, ia menarik lembaran tisu, dan mengelap bagian bawah tubuhnya yang terasa lengket oleh cairan. Perut bagian dalamnya serasa penuh, miliknya juga nyeri.

Sujin terinsak semakin dalam, ia membentur-benturkan kepalanya ke tembok. Kenapa ia harus di pertemukan oleh Taehyung. Kepalanya berdenyut pening bukan main.

"Taehyung brengsek!" Sujin memaki dalam tangisannya, bisa-bisanya ia tidak melawan pada sentuhan Taehyung. Ini tidak bisa sebut pemerkosaan jika dirinya hanya pasrah dan ikut mengalungkan lengannya di leher Taehyung.


ACONITE [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang