Part 13: The Myth

705 101 5
                                    


Asrama Akademi Militer Krieger kembali ramai dipenuhi oleh para kadet yang telah kembali dari liburan musim panas. Krist dan Singto menghabiskan liburan mereka selama seminggu untuk bermanja-manja bak pasangan baru yang sedang dimabuk asmara. Siapa yang menyangka bahwa di liburan musim panas ini keduanya saling menemukan cinta pertama.

Singto berada di ruang latihan bersama Krist. Mereka tidak bisa hanya bersantai-santai tanpa melatih skill mereka. Singto mengambil pedang yang ada di ruang latihan. Pedang sungguhan, bukan hanya sekedar properti.

"Kamu mau apa?", tanya Krist ketika melihat Singto memegang pedang Wushu itu.

"Jika kamu tidak menghindari ini, kamu akan terluka sungguhan." 

Hingga kini, yang membuat Krist bingung adalah pacarnya itu akan menjadi sangat serius ketika latihan. Tapi hal itu juga yang mendorong Krist untuk memaksimalkan kemampuannya.

"Kamu tega kalau aku terluka?", ucap Krist sambil berusaha menghindari serangan dari Singto.

"Aku tahu batas kemampuanmu, Krist."

"Tapi aku tidak menguasai teknik Wushu, apalagi pakai pedang. Ini kan bela diri yang paling kamu kua-", Krist terkejut karena pedang itu lewat di depan wajahnya persis, untung saja ia memiliki refleks yang cepat. Memang tujuan Singto melakukan itu adalah untuk melatih refleks dan kelincahan Krist. Hingga ketahanan tubuh Krist mulai sampai pada puncaknya dan gerakannya makin melambat karena kelelahan. 

"Stop!", teriak Krist yang terduduk di lantai, tepat saat pedang itu akan mengenai kepalanya. Ia sudah tidak ada tenaga untuk menghindar lagi.

Singto pun menyarungkan kembali pedangnya. Ia mengulurkan tangan untuk membantu Krist yang masih terengah-engah itu berdiri. Singto mengusap kepala Krist dan memberi kecupan di dahi nya yang basah karena keringat.

"Good job."

"Ihh.. Aku kan keringetan.", gerutu Krist.

"Keringat pacar sendiri.", ucap Singto sambil tersenyum menyunggingkan ujung bibirnya.


***

Para kadet mulai menjalani pelatihan untuk melakukan simulasi mengendalikan Krieger sungguhan dengan partner masing-masing. Sementara Krist dan Singto akan mengulang simulasi dive.

"Ini simulasi kalian yang kedua. Tidak perlu kujelaskan prosedurnya lagi, karena kalian sudah tahu. Zhelayu udachi! (Semoga berhasil!), ucap wakil komandan Sasha.

Krist dan Singto pun masuk ke dalam ruang simulasi. Mereka mengenakan alat di kepala mereka untuk memulai dive. Krist menoleh ke arah Singto yang ada di sebelah kirinya. Laki-laki itu tersenyum pada Krist dan menggenggam tangannya erat.

"Dive start in 3.. 2.. 1.."

Dive in

Seketika pandangan keduanya gelap. Krist dan Singto mendengar suara-suara orang yang mereka kenal memanggil nama mereka di dalam kepala. Krist mendengar suara ibu kandungnya "Ini namanya permen kapas, Krist.", suara ibu angkatnya "Ibu menyayangimu seperti anak kandung ibu sendiri." , suara ayah tirinya "Diam kau!", dan suara menghangatkan yang memanggilnya, menggema di dalam kepalanya "Krist.."

"Krist.."

Krist membuka matanya dan melihat dirinya berada di ruang simulasi dive. Ia langsung menoleh ke sebelah kirinya, mencari Singto. Ia mendapati pacarnya itu sedang menatapnya dan suara laki-laki itu menggema di dalam kepalanya.

"Krist, kamu bisa mendengarku kan?" Krist dapat mendengar suara Singto dalam kepalanya meskipun ia melihat laki-laki itu tidak berbicara.

"Wakil komandan, dive telah berhasil terkoneksi 95%.", ucap controller

The Solar HollowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang