Part 21: Regret

663 93 0
                                    


Warning! Warning! A portal has opened.

Suara alarm sistem itu mulai terdengar lagi setelah sempat jarang ada portal yang terbuka di China, kini peringatan itu kembali menggema di penjuru markas.

Rata-rata Monstrum yang muncul dari portal adalah level 2-3, sehingga masih mudah diatasi. Krist dan Singto pun kembali melatih diri mereka setelah beberapa bulan belakangan sempat lengah karena minimnya serangan musuh. Ketika Krist dan Singto masih berlatih di ruang latihan, kepala pilot Zhang Wei memanggil mereka.

"Singto dan Krist, kemari sebentar."

"Yes, kapten. Ada apa?"

"Krieger Alpha-4 milik Thailand sepertinya mengalami masalah pada sistem maneuver setelah pertempuran terakhir. Pihak dari Thailand telah mengirim team teknisi untuk melihat Krieger Alpha-1 sebagai contoh. Tolong kalian bantu team teknisi untuk melakukan uji coba.", ucap Zhang Wei.

"Yes! Sir!", Krist dan Singto pun segera menuju ke basement tempat Krieger berada.

"Kapten Krist dan kapten Singto", sapa seorang teknisi markas. "Mereka adalah team teknisi dari Thailand. Perkenalkan beliau adalah ketua team."

"Perkenalkan, saya ketua team teknisi, Karnchana Sangpotirat.", ucap seorang wanita yang terlihat berusia lebih dari setengah abad, namun masih sangat cantik.

"Singto.", Singto menjabat tangan wanita itu.

Sedangkan Krist masih terdiam, hanya menatap wanita itu dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Singto menyadari keanehan pada Krist "Krist-"

"Saya Krist.", ucap Krist sambil menjabat tangan wanita itu.

Wanita itu pun menutup mulutnya dengan satu tangannya, "Krist? Krist anakku?"

"Maaf mungkin anda salah orang. Saya tidak mengenal anda.", Krist meninggalkan wanita itu dan langsung masuk ke dalam ruang kendali Krieger. Singto pun mengikuti di belakangnya.

"Krist, aku tahu wanita itu ibu kandungmu bukan?"
Krist hanya mengangguk dan tak kuasa menahan air mata yang akhirnya menetes. Ibu kandung yang selama ini meninggalkan dia, membiarkan dia menderita bahkan dia sudah menganggap ibunya tidak ada lagi, kini muncul di hadapannya.

"Krist, kita bisa bilang untuk menunda uji coba."
"Gak usah, lebih cepat selesai lebih baik. Aku tidak mau melihat orang itu lagi."

Keduanya pun melakukan uji coba seperti yang diarahkan oleh team teknisi. Sementara team teknisi dari Thailand itu sibuk mencatat data yang diperlukan.

"Terima kasih atas bantuan kalian.", ucap Karnchana.

"Sama-sama. Kami senang membantu.", hanya Singto yang menjawabnya sedangkan Krist yang berada di belakang Singto memalingkan wajahnya.

Karnchana menjabat tangan Singto, tetapi pandangannya sibuk melihat ke arah Krist. Sosok Krist familiar baginya, tapi apakah benar Krist yang ada di hadapannya saat ini adalah Krist kecilnya. Jauh dalam lubuk hatinya meyakini Krist adalah putranya, tapi Krist mengatakan ia tidak mengenalnya. Sangat wajar jika anak itu marah padanya. Ia meninggalkan anak itu disaat masih sangat kecil karena keegoisan nya sendiri.
Singto menyadari pandangan Karnchana yang dari tadi menatap Krist. Lalu ia pun bergeser, menutup Krist di balik tubuhnya. "Jika semuanya sudah selesai, kami akan kembali melanjutkan kegiatan kami.", ucap Singto pada Karnchana.

"Oh iya sudah selesai. Sekali lagi terima kasih atas bantuan kapten Singto dan kapten Krist."

Keduanya langsung pergi meninggalkan basement. Karnchana melihat punggung kedua orang itu berjalan meninggalkannya. Ia melihat Singto merengkuh pinggang Krist dan sedikit mengusap punggungnya.

"Krist putraku, maafkan ibu. Semoga kamu menemukan kebahagiaanmu."

Karnchana kehilangan kekasihnya ketika ia sedang mengandung Krist. Ayah kandung Krist yang merupakan seorang pilot pesawat militer harus meregang nyawa ketika terjadi peperangan antar negara. Setelah itu, ibu Krist menikah dengan laki-laki yang dijodohkan oleh ayahnya demi menyelamatkan bisnis keluarganya.

Tak lama kemudian, ayah tiri Krist pun bangkrut karena bisnisnya terkena dampak peperangan. Hingga muncul lah portal dan serangan alien itu yang membuat ibu Krist akhirnya bekerja dalam pengembangan Krieger. Ia jatuh cinta dengan sesama ahli disana dan ia pun menikah dengan pria itu. Ia meninggalkan putra kandungnya sendiri demi kebahagiaan pribadinya. Hingga ia menyesali perbuatannya ketika terjadi serangan Monstrum di Phatum Wan yang membuatnya berpikir ia telah kehilangan putra satu-satunya. Namun kini tak ada gunanya lagi mengetahui putranya masih hidup, ia terlalu egois jika menginginkan putranya kembali.

***

Krist kembali ke kamarnya dan menangis seorang diri hingga tanpa sadar matahari telah terbenam. HP Krist berdering, tertulis Singto yang menghubunginya. Singto mendengar Krist menjawab teleponnya dengan suara yang masih sesenggukan. Singto yang baru saja menyelesaikan tugasnya melatih pilot junior pun langsung menuju ke kamar Krist.

Krist membuka pintu dengan mata yang bengkak dan masih sesenggukan, ia langsung memeluk Singto.

"Maaf aku baru kembali, Krist."
Krist hanya menangis dipelukan Singto. Ia kecewa karena selama ini ibunya masih hidup sehat, tapi mengapa tidak pernah mencarinya.

"Aku takut orang yang kusayang akan meninggalkanku lagi.", ucap Krist yang mengeratkan pelukannya pada Singto.

"Aku tidak akan.", Singto melepaskan pelukannya dan sedikit menjauhkan Krist darinya, lalu ia mengeluarkan sebuah kotak perhiasan dari sakunya. Kotak itu dibuka dan memperlihatkan 2 cincin di dalamnya.

"Ini sebagai tanda janjiku, aku tidak akan meninggalkanmu.", Singto mengambil tangan kiri Krist dan memakaikan salah satu cincin ke jari tengah Krist. Lalu Singto memberikan tangannya pada Krist. Ia pun memakaikan cincin satunya ke jari Singto meski masih menangis.

"See. Cincin yang melingkar di jari tanganku ini adalah tanda, aku tidak akan pernah meninggalkanmu.", ucap Singto sambil mengusap air mata Krist yang menetes ke pipinya.

"Happy Anniversary. Aku mencintaimu.", Singto mengecup dahi Krist dan menariknya ke dalam dekapannya.

The Solar HollowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang