Part 15: The First Time

856 102 3
                                    


⚠️CW⚠️

❗️NSFW, Mature Content ❗️

21+

Harap bijak dalam membaca.










"Jangan berhenti."

Kalimat yang terlontar dari mulut Krist itu membuat Singto merasa cemas, takut dirinya akan memicu PTSD Krist. Ditambah lagi kini ia sangat sulit untuk mengontrol hasratnya yang bergejolak. Singto bisa merasakan penisnya yang telah ereksi tertahan oleh celana boxer nya.

"Apa kamu yakin, Krist?"

Krist hanya mengangguk dan ia berjongkok, menghadap pada bagian privat Singto yang masih tertutup. Krist menurunkan boxer yang menghalangi ereksi dan membebaskan penis yang telah berdiri tegap karena diberi rangsangan itu. 

"This is my first time.", ucap Krist sambil memegang penis pacarnya dan mulai mengulum dua bola testis yang tertutup dalam skrotum itu ke dalam mulutnya. Ini juga pertama kalinya Singto mendapat blowjob dari orang lain, biasanya ia hanya memuaskan kebutuhannya seorang diri. Krist memasukkan penis itu ke dalam mulutnya. Ia menghisap, menjilat ujung penis pacarnya dan memasukkan seluruh penis pacarnya itu ke dalam mulutnya hingga ujung penis itu menyentuh soft palate dalam mulutnya yang membuatnya hampir tersedak. 

Singto merasakan aliran kenikmatan yang baru pertama kali ini ia rasakan. Baru di dalam mulutnya saja rasanya sudah memabukkan. Singto mengangkat dagu Krist yang masih mangulum penisnya, ia ingin melihat wajah kekasihnya itu. Krist mendongak, menatap Singto dengan mata sayu yang membuatnya semakin bergairah. Singto pun memegang kedua lengan Krist dan membawanya berdiri. Ia mencium bibir lembut Krist sembari menyingkapkan pakaian Krist dan pakaiannya sendiri. Singto memeluk Krist erat sambil masih menciumi bibirnya, kulit pada tubuh mereka tidak dibatasi oleh kain apapun lagi dan saling bersentuhan, memberikan efek rasa merinding yang menjalar ke sekujur tubuh mereka. 

Singto mengangkat Krist dan menidurkannya di atas kasur. Ia berada di atas Krist dan membuka celana yang dikenakan oleh pacarnya itu hingga menampakkan penis yang juga telah terangsang. Tangan Krist dengan refleks menutup bagian privatnya ketika Singto membuka celananya.

"Kalau kamu mau aku berhenti, aku akan berhenti.", ucap Singto yang mengelus pipi Krist dengan lembut.

"Jangan berhenti... Please be gentle.", balas Krist seraya melepaskan tangannya yang menutupi bagian privatnya itu. Ia membuka kedua kakinya, mengijinkan Singto untuk bermain dengan lubangnya yang telah terlubrikasi secara alami. Singto mengocok penis milik pacarnya agar ia merasa lebih nyaman. Singto masih khawatir jika Krist akan bereaksi ketakutan lagi. Ia menaik-turunkan tangannya pada penis milik Krist hingga sang empunya mengeluarkan suara desahan. Ini adalah pertama kalinya Krist merasakan penisnya terangsang secara seksual, selama ini ia pun tidak pernah bermain sendiri meski dengan tangannya, karena dalam ingatannya hanya ada rasa sakit. Namun kini apa yang dilakukan oleh tangan Singto adalah sensasi baru yang berbeda. Ia merasakan sekujur tubuhnya merinding dan rasanya sangat menyenangkan.

"Ahhh.. ahh.. Sing.. hmmphh", cairan precum keluar dari ujung penisnya, mengenai jari tangan Singto.

Singto pun memasukkan jarinya ke dalam lubang yang berkedut itu, satu jarinya saja cukup kesulitan masuk. Perlahan Singto mendorong jarinya untuk masuk sembari ia melihat ke arah pacarnya, karena dirinya masih khawatir.

Krist menutup mata dan membungkam mulutnya dengan kedua tangan ketika Singto memasukkan dua jari. 

"Krist- kamu gapapa?"

Krist mengangguk, sehingga Singto melanjutkan dengan mulai memasukkan penisnya ke dalam lubang itu dan mendorongnya perlahan. Krist masih menutup mata dan membungkam mulutnya, tetapi air mata menetes dari pelupuk matanya.

"Krist. Lihat aku.", Krist membuka matanya yang berkaca-kaca dan Singto pun mengusap air matanya yang menetes.

"Apa sakit?"

Krist mengangguk. Memang lubang itu terlalu ketat untuk dimasuki oleh penis milik Singto, sehingga ia tidak berani memaksa memasukkan seluruhnya.

"Tahan sebentar, Krist. Nanti kamu akan menikmatinya", Singto mulai mendorong masuk lebih dalam.

Ketika Singto mulai melakukan penetrasi, awalnya Krist merasa sakit. Entah sungguh sakit atau hanya bayang-bayang traumanya saja. Tetapi ketika ia melihat Singto yang menatapnya lembut dan membelai wajahnya, Krist pun mulai merasa rileks. Hingga penetrasi yang dilakukan oleh Singto mengenai titik sensitifnya-

"Ahhhh.. hahh haahh..", desah Krist yang tidak dapat menahan suaranya.

"Disitu?"

"Iyaa.. ahh.. hmmpphh..hah", desahannya semakin keras ketika Singto mempercepat gerakannya.

"Ahh Singto ahh, aku mau keluar."

"Keluarin, Krist.", ucap Singto sambil mengocok penis Krist dengan tangannya. Akhirnya Krist sampai pada puncaknya dan melepaskan cairan putih kental yang membasahi perutnya. Tubuh Krist bergetar, telinganya berdengung, dan lubangnya menyempit karena orgasme yang dialaminya. "Ini kah rasanya orgasme?", batin Krist yang baru pertama kali merasakan hal itu.

Singto membalik tubuh Krist dan membuat posisinya bertelungkup. Ia menindih Krist, melakukan penetrasi dari belakang sembari menciumi telinga dan pipi Krist. Krist dapat merasakan hembusan nafas Singto yang berat mengenai lehernya, membuatnya semakin bergairah.

"Ahh.. Krist, aku mau keluar.", ucap Singto yang mempercepat gerakannya.

"Jangan di dalam Singto, kamu tahu aku- hahhh... ahh ahhh!" orgasme nya yang kedua.

Singto menarik keluar penisnya dan mengeluarkan cairan miliknya hingga mengenai wajah Krist yang ada di bawahnya. 

"I'm sorry, Krist.", Singto panik buru-buru mengambil tissue dan mengelap cairan miliknya yang mengenai wajah pacarnya. Krist menatap Singto yang panik itu dan membalasnya dengan tawa.

"Hahaha, Singto.", Krist merengkuh Singto dan memeluknya erat.

"Thank you, Singto. Aku kira aku tidak akan bisa melakukannya lagi."

"Are you satisfied, my love?"

"Very. It's a pleasure."

The Solar HollowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang