Extra 4

545 82 4
                                    


Arthit sedang menunggu pengumuman ujiannya yang akan menentukan di universitas mana ia diterima. Ia mulai ketakutan karena di belakangnya, mama dan papa nya ikut menunggu pengumuman ujian juga.

"Pa.. Ma.. Kalo Arthit gak keterima di uni gimana?", tanya Arthit dengan nada khawatir.

"Ya kamu ngulang ujian tahun depan.", ucap Krist.

"Masa Arthit harus ngulang?"

"Kalo gak diterima univ disini, papa bakal kirim kamu ke US.", ucap Singto.

"Lahh? Papa? Arthit udah bilang gak mau ke US kan? Masa Arthit sendirian disana?", ucap Arthit yang makin panik itu.

"Lihat dulu hasil ujiannya.", jawab Krist.

Pengumuman pun keluar dan hasilnya Arthit diterima di Beijing University.

"Yahhh kok Beijing.", ucap Arthit yang kecewa.

"Kenapa? Beijing University itu bagus.", ucap Krist yang malah senang itu karena anaknya diterima di salah satu universitas terbaik di China.

"Tapi Arthit kan mau nya ke uni yang di Hongkong aja."

"Gapapa thit, kan Beijing masih deket dari Hongkong.", ucap Singto.

"Deket gimana pa? Kalo naik mobil jauh."

"Ya jangan naik mobil. Punya helikopter dan private jet buat apa?", ucap Singto.

Arthit pun akhirnya memilih tinggal di gedung apartemen milik Wen Group yang ada di Beijing. Ia lelah jika harus bolak-balik ke rumahnya setiap hari. Singto tidak bisa membiarkan anaknya itu sendirian di Beijing meskipun ada bodyguard dan pelayan di penthouse nya, tetap saja Singto tidak tenang karena Arthit sering kabur dari bodyguardnya.

"Kongpob, besok kamu pergi ke Beijing. Anak itu cuma bisa diawasin sama kamu.", perintah Singto.
Kongpob pun menuruti perintah Singto dan segera pergi ke Beijing.

"Kak Kong ngapain kesini?", tanya Arthit yang masih kesal pada Kongpob. Ia kesal karena setelah kembali dari Phuket, Kongpob berubah menjadi orang yang cuek lagi, apa ia lupa sudah mengungkapkan perasaannya pada Arthit? Mengapa ia berulah seperti tidak terjadi apa-apa?

"Aku disuruh paman untuk mengawasimu.", jawab Kongpob.

"Buat apa ngawasin aku? Emangnya aku masih kecil?", jawab Arthit ketus.

"Arthit-"

"Kak Kong emang cuma peduli kalau disuruh papa! Kalau bukan papa yang suruh, kak Kong gak akan kesini kan? Apa benar kak Kong peduli sama aku? Kenapa menciumku waktu itu?!", Arthit meluapkan emosinya lalu pergi ke kamarnya dan membanting pintu.

Malamnya Arthit keluar dari kamar, berpakaian dengan sangat tidak pantas, membuat Kongpob terkejut.

"Pakaian macam apa itu?", ucap Kongpob sambil masih membelalakkan matanya, tidak percaya dengan pakaian Arthit yang setengah telanjang itu. Ia menggunakan kemeja semi transparan berwarna hitam dan juga celana kulot hitam.

"Apa sih? Aku cuma mau pergi sama teman."

"Dengan pakaian seperti itu buat apa?", tanya Kongpob dengan nada yang meninggi. Namun Arthit tak menghiraukannya dan langsung pergi bersama temannya yang ternyata sudah menunggu di lobby apartemen, seorang laki-laki yang cukup tampan.

The Solar HollowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang