Part 7: In a Heartbeat

803 116 5
                                    




Para kadet mendapat libur selama 7 hari, setelah mereka melakukan simulasi dive dengan partner masing-masing. Hampir semua kadet telah dipasangkan dengan partner yang sesuai.  Selama liburan, mereka bebas untuk pergi kemana pun, entah ke luar kota atau sekedar menemui keluarga masing-masing. Tidak semua kadet pergi meninggalkan akademi selama liburan, ada beberapa yang hanya berdiam diri di asrama dan menggunakan berbagai fasilitas yang ada di akademi, termasuk Krist. Ia tidak memiliki tempat untuk dituju, sehingga ia menghabiskan liburannya hanya di asrama saja dan mengejar series yang belum sempat ditontonnya.

Krist pergi ke ruang makan untuk sarapan pagi. Ruang makan terlihat sepi karena banyak kadet yang pergi meinggalkan asrama. Krist berpapasan dengan George, laki-laki yang pernah bertengkar dengannya pada hari pertama di akademi. George terkejut saat melihat Krist dan langsung menunduk. Ya, sejak insiden Krist mengalahkan George, semua kadet laki-laki merasa takut untuk berurusan dengan Krist, melihat ke arah Krist pun tak berani. Di kelas laki-laki, hanya Singto yang terkuat di kelasnya yang dapat menandingi Krist.

"Kamu tidak pergi, nak?", tanya ibu kantin sambil menuangkan makanan di atas nampan Krist.

"Tidak, aku tidak tahu mau kemana. hehe.", jawab Krist sambil tersenyum.

"Ini, aku tambah daging kesukaanmu. Aku masak terlalu banyak.", ucap si ibu kantin.

"Aa.. terima kasih."

Sebenarnya Krist adalah orang yang menyenangkan dan sangat ramah kepada semua orang, kecuali pada laki-laki. Tidak perlu ditanya lagi mengapa Krist sangat membenci laki-laki, semua akibat ulah ayah tirinya. Namun alasan itu hanya diketahui oleh Singto. Laki-laki lain di kelasnya sering membicarakan Krist yang dikatakan pemarah, tidak ramah, arogan, dan lain sebagainya. Sementara Singto tidak pernah melihat Krist seperti itu, karena ia kerap melihat Krist yang sangat ramah dan murah senyum pada orang lain.

Singto membawa nampan berisi makanan sambil mencari tempat duduk. Lalu ia melihat seseorang yang mengenakan seragam putih sedang duduk dan makan sendirian.

"Aku duduk sini, ya?", tanya Singto sambil duduk di kursi depan Krist. Sementara Krist hanya melihatnya dan mengangguk.

Krist hanya diam saja dan itu membuat Singto merasa canggung. Ia juga bingung ingin membuka percakapan apa dengan Krist, apalagi setelah kejadian simulasi dive beberapa hari yang lalu. Setelah Krist kembali tersadar dari kesedihannya, ia merasa malu menangis di hadapan Singto dan mengusir Singto keluar dari kamarnya. Setelah itu, mereka berdua selalu canggung setiap tidak sengaja bertemu.

Singto mengambil daging slice yang ada di nampannya, lalu meletakkannya di nampan Krist. Krist mendongak dan melihat ke arah Singto dengan ekspresi kebingungan, "apa ini?"

"Daging."

"Aku tahu ini daging. Kenapa kau berikan padaku?"

"Aku tidak terlalu suka daging. Itu daging di piringmu sudah hampir habis tapi nasinya masih banyak."

"Hmm.. makasih.", Krist kembali melanjutkan makannya. Sebenarnya Singto bukan tidak suka daging tapi ia sengaja, karena tadi ia mendengar perkataan ibu kantin. Singto tidak sengaja mendengar bahwa daging itu adalah kesukaan Krist. Mengapa Singto tiba-tiba memberikan daging jatahnya kepada Krist? Entahlah, ia pun tak tahu.

Seorang wanita berseragam oranye menghampiri Krist dari belakang Krist dan menutup mata Krist dengan kedua telapak tangannya.

"Siapa ini?", tanya Krist.

"Coba tebak..."

"Natasha?"

"Benarr!!", wanita itu tertawa lebar ketika Krist menoleh padanya.

The Solar HollowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang