8. a Sudden hug

3.1K 508 6
                                    


Renjun senang karena akhirnya ia kembali ke sekolah, meskipun ia hanya absen selama dua hari tapi rasanya ia sudah begitu lama tak menginjakkan kakinya di tempat menuntut ilmu itu. Selain itu ia juga akhirnya bisa keluar dari ruangan yang selama dua hari ini di diaminya hingga ia muak sendiri, dan yang paling penting adalah ia akan bertemu Jaemin lagi.

Oh, betapa tak sabarnya Renjun melihat sosok berambut biru yang dari awal pertemuan sudah membuatnya tertarik. Apalagi setelah mengetahui bahwa sosok itu memiliki senyum hangat yang mempesona, Renjun semakin merasa tertawan akan seorang Na Jaemin.

Renjun kaget saat baru beberapa langkah ia melewati gerbang, ia disambut pelukan tiba-tiba seorang pemuda yang lebih tinggi darinya.

"Renjun! Kau baik-baik saja?" Jaemin bertanya tanpa melepas pelukan. Bahkan ia mengabaikan tatapan orang-orang padanya. Karena memeluk Renjun.

Rasanya kebahagiaannya Renjun hari ini berlipat-lipat, ia  mendapat pelukan dari orang yang dari tadi ia pikirkan.

"Aku baik-baik saja. Jaemin, bisa kau lepas dulu? Ini sesak." Tapi sungguh, pelukan Jaemin kelewat erat.

Mendengar itu Jaemin panik, ia segera melepas pelukannya. "Maaf, sebenarnya kau kemana saja?"

"Aku dirumah sakit sel—"

"Kau sakit apa?" Jaemin bertanya cepat, tangannya tak lepas dari bahu sempit milik Renjun.

"Hanya demam." Renjun tersenyum, membuat decakan tak puas keluar dari Jaemin.

"Kau berkata jujur bukan?" Jaemin memicingkan matanya.

"Benar. Kalau tidak percaya kau bisa menanyakannya pada dokter dan pamanku."

"Kenapa kau bisa sakit?" Jaemin menainkan helaian rambut Renjun yang tertiup angin.

"Kau ingat saat aku tertular flu Haechan? Pulang sekolahnya aku kehujanan jadi,, ya demam." Renjun begitu santai saat mengucapkannya, sangat berbanding terbalik dengan Jaemin yang kentara sekali khawatir.

"Check up yang sering kau lakukan itu untuk apa?" Jaemin bertanya hati-hati.

"Itu check up biasa. Kau belum tau ya? Imun tubuhku cukup lemah, jadi setiap bulannya aku harus melakukan pemeriksaan itu." Jawab Renjun.

Jaemin masih menatap sangsi pada Renjun. Renjun memutar bola matanya.

"Ya Tuhan, Jaemin aku hanya memiliki imun lemah. Itu bukan penyakit mematikan."

"Tetap saja." Jaemin menghela napas.

"Cepat, kita dilihat banyak orang." Renjun menarik Jaemin menuju koridor.

Jaemin menari tangan kecil Renjun yang menariknya, lalu menggenggamnya. "Renjun. Lalu kenapa ponselmu tidak aktif?"

Renjun selalu nyaman saat telapak tangan Jaemin menggenggam tangannya, maka Renjun selalu balas menggenggamnya dengan senang hati.

"Ponselku selalu diambil saat aku sakit. Ayah bilang, biar cepat sembuh. Menyebalkan. Padahal kau tau Jaemin? Aku bosan selama dua hari kemarin. Hanya tidur dan melihat pohon-pohon dari jendela." Gerutu Renjun. Jaemin sempat tersenyum geli mendengaar itu ketika Jaemin teringat hal yang ingin ia beritahu pada Renjun.

"Renjun, ada hal yang ingin kutunjukkan."

"Apa?" Renjun mengangkat halisnya penasaran..

"Nanti jam istirahat aku tunjukkan. Bagaimana kalau kita bertemu di halaman belakang?" Tanpa sadar Jaemin mengusap punggung tangan Renjun menunggu jawaban.

"Boleh. Aku akan ke sana." Jawab Renjun disertai senyuman.

"Sampai jumpa nanti." Jaemin mengusap lembut surai Renjun.

Renjun melambaikan tangannya ketika Jaemin sudah mengantarnya sampai depan kelasnya. Renjun berbalik untuk memasuki kelas, saat Haechan berlari menghampirinya.

"Kemana saja kau bocah?"

"Siapa yang kau panggil bocah?" Renjun menatap Haechan sengit.

"Tentu saja kau, Huang Renjun." Haechan menunjuk sosok Renjun yang berdiri di depannya.

"Haruskah kuingatkan? Umur kita sama. Jika aku bocah, kau juga bocah. Bahkan umurmu masih lebih bocah dari padaku."  Renjun dan Haechan memang hanya terpaut tiga bulan.

"Iya. Kak Renjun. Lalu kemana saja kau, hah?" Cibir Haechan sambil mengikuti langkah Renjun menuju kursinya.

"Aku? Liburan." Jawab Renjun tanpa pikir panjang.

"Kau tidak mengajakku?" Haechan berkacak pinggang.

"Untuk apa? Kau pasti mengacau." Renjun memeletkan lidahnya, memancing kekesalan pemuda tan.

"Sialan." Dengus Haechan, namun seperkian detik rautnya berubah sendu.

"Renjun, sebenarnya aku mau minta maaf. Karena aku kau sakit." Ujarnya.

Haechan benar-benar merasa bersalah, padahal ia tau Renjun memiliki imun yg lemah. Tapi ia malah tidak memakai masker saat dirinya sedang flu.

"Makannya kau jangan sakit, kan aku ikut tertular."

"Maaf ya? Nanti aku belikan es krim yang banyak."
Haechan terkekeh melihat Renjun yang langsung melotot kesal.

"Kau ingin aku sakit lagi ya?"

Renjun menggulirkan matanya mencari objek yang cukup menarik di halaman bekakang sekolah ini, selagi menunggu Jaemin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun menggulirkan matanya mencari objek yang cukup menarik di halaman bekakang sekolah ini, selagi menunggu Jaemin.

"Maaf lama." Jaemin langsung mengambil tempat duduk di samping Renjun.

"Its okay. Wah! Kau punya camera?"Renjun menunjuk benda ditangan Jaemin.

"Ini yang hendak aku tunjukkan padamu." Jaemin mengangkat camera-nya.

"Kau pandai memotret?" Renjun memperlihatkan Jaemin yang mulai mengarahkan camera.

"Tentu saja, untuk apa aku memilikinya jika tak pandai."  Jaemin terkekeh melihat Renjun yang mencibirnya.

"Tersenyumlah." Jaemin membidik camera nya.

Renjun tersenyum, menampilkan giginya yang rapih. Terlihat Renjun sekali, senyumnya begitu ceria. Jaemin tersenyum puas melihat hasilnya, indah sekali.

"Mana?" Renjun menggeser duduknya mendekat pada Jaemin, hendak melihat hasil jepretan Jaemin.

Jaemin mematung sejenak merasakan betapa dekatnya Renjun dengannya, parfum Renjun yang mulai Jaemin hafal baunya tercium oleh hidungnya. Manis sekali.

"Renjun, aku ingin menagihnya."

Renjun menukikkan halisnya, berpikir hal apa yang dimaksud Jaemin. "Kesukaanku?" Renjun menebaknya.

"Benar. Aku akan menyimpan semuanya disini." Jaemin mengangkat camera-nya.

"Wah, bagus. Baiklah, bagaimana kalau akhir pekan ini kita mulai bertualang." Ujar Renjun.

"Aku menantikannya." Jaemin ingin tau hal apa saja yang disukai pemuda Huang itu, Jaemin begitu antusias menanti untuk tau segalanya tentang si mungil.

.

O r a n g e ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang