36. Orange

5.4K 465 97
                                    

Jaemin terlihat tampan dengan coat hitamnya, rambutnya sesekali ikut tertiup angin dingin musim gugur. Ia tengah menggenggam tangan mungil yang balas menggenggamnya.

"Apa dingin?" Jaemin bertanya pada sang kekasih yang kini menggelengkan kepalanya.

"Tidak. Tanganmu hangat." Renjun tersenyum sambil mengangkat tangan kirinya yang berada dalam genggaman Jaemin. Sementara tangan kanannya ia masukkan ke dalam saku coat coklat miliknya.

Mereka berdua baru turun dari bis dan sedang berjalan menuju Columbarium, tempat beristirahatnya Jeno.

Begitu memasuki ruangan tersebut, Renjun hanya mengekor di belakang Jaemin. Mengikuti kemana langkah Jaemin membawanya. Dan tak lama, Jaemin berhenti didepan potret dengan senyum yang menampakkan eye smile sempurna. Membawa Renjun kesampingnya, dan menunjuk dengan matanya pada tulisan yang bersanding dengan pigura tersebut.

Lee Jeno.

Renjun menganga melihat rupa Jeno yang begitu rupawan. Ia dengan reflek mengusap pigura itu, seolah tengah mengusap pipi Jeno. "He's handsome, right?"

Jaemin terkekeh melihat tingkah Renjun.
Jaemin menaruh buket bunga yang dari tadi di bawanya, lalu kembali melirik kekasihnya yang kini mengerutkan dahinya. "Ada apa?"

"Aku pernah melihatnya di klub lukisku." Renjun ingat sedikitnya wajah dengan hidung mancung tersebut.

"Bukankah sudah kukatakan, ia memang di klub yang sama." Kata Jaemin.

"Aku ingat sekarang." Renjun berdecak.

"Jeno. Aku bersama Renjun, kau belum sempat berkenalan dengannya bukan?" Jaemin menatap lurus potret Jeno didepannya.

"Kenapa kau mengungkitnya?" Renjun memukul pelan lengan Jaemin.

"Aku hanya ingin mengenalkan kalian." Jawab Jaemin.

"Seharusnya Jeno tak usah sungkan menyapaku dulu, aku tidak sedingin itu orangnya. Iya kan, Na?" Renjun ikut menatap potret Jeno.

Jaemin mengangguk. "Dia sangat cerewet. Dia memanggilku sama seperti kau memanggil namaku."

"Nana?" Renjun menatap tak percaya pada Jaemin. Jaemin terkekeh melihat raut tak percaya kekasihnya itu.

"Jeno orangnya sama sepertimu?" Tanya Renjun kemudian.

"Apa?" Jaemin balik bertanya dengan bingung.

"Manis dan memiliki banyak panggilan sayang untuk orang lain." Ujar Renjun.

"Tidak, kurasa. Dia memanggilku Nana karena itu nama panggilanku saat kecil."

"Kupikir dia orang yang romantis." Renjun tersenyum sambil melihat lagi foto pemuda berambut coklat didepannya. Tak menyadari Jaemin yang menghilangkan senyumnya.

"Kenapa? Kau akan bersama Jeno kalau ia masih ada?" 

Renjun sontak menoleh saat mendengar nada tak suka dalam ucapan Jaemin. "Kenapa bertanya seperti itu? Aku kan hanya mengatakan kemungkinan orang seperti apa Jeno itu."

"I just love you. Only you." Renjun memeluk pinggang Jaemin, mendongak untuk memberi senyum terbaiknya untuk pemuda Na.

Jaemin tak bisa untuk tidak tersenyum melihat itu, ia pun mengusap kepala Renjun dan menciumnya dengan sayang. "Kita pulang? Kau sudah bertemu dan menyapa Jeno."

Renjun mengangguk, dan keduanya memutuskan untuk pulang dan menikmati sisa hari itu dengan berkencan.

"Kita turun sekarang, Renjun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita turun sekarang, Renjun." Jaemin menarik lengan Renjun agar mengikutinya, tapi Renjun menahan sebisanya.

"Kita belum selesai melihat senja, disini dulu sampai bintang terlihat ya?" Renjun menampilkan puppy eyes miliknya.

"Udaranya dingin, ditambah ini dataran tinggi. Turun sekarang, Sweetheart." Jaemin tak salah, udara musim gugur memang dingin ditambah kali ini keduanya kembali kedatatan tinggi tempat mereka dulu sempat kemari.

"Aku tidak kedinginan. Jaemin, please...aku ingin melihat bintang dari sini." Renjun mengeluarkan seluruh raut memohon yang ia punya.

"Kau tadi mengatakan hanya ingin melihat senja, kenapa sekarang berubah?" Jaemin menggerutu namun akhirnya tetap menuruti permintaan kekasihnya itu.

Renjun begitu senang melihat Jaemin yang mengalah, dan mau menemaninya melihat langit. Jaemin kini melepas coat miliknya, memperlihatkan sweater putih yang ia pakai.

"Pakai ini, aku tidak mau kau sakit." Jaemin menyuruh Renjun memakai coat yang terlihat akan kebesaran untuknya.

"Tidak. Kau tidak lihat, aku akan tenggelam disana." Renjun cemberut membayangkan dirinya memakai coat hitam tersebut.

"Pakai atau aku akan menyeretmu pulang sekarang juga." Ancam Jaemin, ayolah dirinya begitu mengkhawatirkan Renjun tapi kekasihnya itu begitu keras kepala.

"Tidak mau. Aku mau Nana memelukku saja." Renjun menawarkan opsi lain agar dirinya tidak kedinginan, tapi tidak memakai coat kebesaran milik Jaemin.

"Pakai ini dan aku tetap akan memelukmu." Ujar Jaemin tanpa bantahan.

Renjun menurut, ia memakai coat itu dengan cepat. Ia dapat mencium aroma khas Jaemin saat memakainya, itu memang menyenangkan tapi yang tak ia sukai adalah dirinya terlihat begitu kecil dengan pakaian ini.

"Seperti ini." Jaemin merengkuh Renjun dari belakang. Renjun tersenyum merasakan ciuman ringan hinggap di pipinya.

Keduanya larut menikmati pemandangan langit jingga, mungkin saja ingatan mereka tengah memutar awal mula keduanya saling menyapa diruang lukis. Lewat warna jingga keduanya dekat. Hubungan mereka juga pantas digambarkan dengan warna tersebut, karena warna jingga adalah simbol hangatnya suatu hubungan. Sama seperti hubungan mereka yang terlihat begitu hangat dan manis.

"Kenapa tidak ada bintang?" Keluh Renjun saat keduanya memutuskan untuk duduk di kursi yang tak jauh dari tempat keduanya berdiri tadi.

"Mereka disini." Jaemin menunjuk mata Renjun yang mengerjap bingung.

"Dimana? Aku ingin melihatnya." Renjun merengek tak sabar.

"Kau memiliki mereka dimatamu, Cutie."  Jaemin mencium bibir Renjun yang kemerahan.

Renjun berkedip, membuat Jaemin terkekeh gemas. "Bintang dimataku?" Renjun menunjuk matanya sendiri.

Jaemin mengangguk lalu tersenyum. "Matamu selalu berbinar, bintang bertaburan disana. So beatiful."

Rasa kesal Renjun karena tak bisa melihat bintang lenyap sudah, ganti perasaan senang yang melingkupinya mendengar penuturan Jaemin. Dengan mata Jaemin yang menatapnya penuh kehangatan juga menambah rasa bahagia Renjun, ia seolah bisa merasakan seberapa besar dan seberapa banyak Jaemin menyayanginya. Mencintainya.





                                                [ END.]

.02JULY2021

02JULY2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Terimakasih banyak kepada para pembaca yang sudah mampir dan berkenan membaca cerita 'orange'. Juga yang telah memberi bintang di setiap chapter, dan menyertakan komentarnya.

Jadi, bagaimana ceritanya?

O r a n g e ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang