6. Rain

3.1K 510 2
                                    

Jari-jari kecil itu mengetuk-ngetuk meja dengan gerakan cepat, kakinya terus bergerak tanda tak sabar. Renjun menunggu kedatangan sang sahabat yang belum terlihat, padahal ini sudah cukup siang untuk seorang Haechan berangkat ke sekolah. Biasanya Renjun akan bersikap acuh tak acuh meski Haechan datang terlambat sekalipun, tapi kini nasib nilai seninya menjadi taruhan jika sampai pemuda tan itu tak datang.

Tugas kelompok sudah nyaris selesai tinggal ditambahkan beberapa detail gambar, namun jika Haechan terlambat Renjun tak akan bisa menambahkan detail itu.

Pergerakan acak tubuh Renjun berhenti, saat matanya menangkap sosok yang ditunggunya.

"Kau sudah selesai menulisnya?" Renjun memberi gestur agar Haechan cepat menghampirinya.

"Ini. Sesuai yang kau minta, kau tinggal memberi gambar pada beberapa bagian." Suara sengau khas orang sakit terdengar. Haechan pemiliknya.

"Kau sakit? Maaf membuatmu kelelahan." Renjun diserang rasa bersalah setelah melihat mata sayu milik Haechan.

"Tidak, ini kemarin aku memakan es krim terlalu banyak untuk menghilangkan rasa jenuhku saat menulis. Jadi seperti ini." Ujar Haechan.

"Kau sudah minum vitamin?" Tanya Renjun sambil mengusak rambut Haechan.

Bukankah keduanya sangat menggemaskan saat saling mengkhawatirkan?

"Sudah." Haechan mengangguk.

"Lalu kenapa kau tidak memakai masker?" Selain cemas pada Haechan, Renjun juga mengkhawatirkan dirinya sendiri.

"Aku lupa."

Hatchi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hatchi..

"Kau terlihat kurang baik Renjun. Mau kuambilkan air lemon?" Jaemin menyodorkan sebuah tisu yang baru saja ia beli.

"Bolehkah?" Suara Renjun teredam tumpukan tisu yang ia pegang.

"Tentu. Tunggu di sini." Jaemin kembali beranjak untuk membeli air lemon hangat.

"Terimakasih." Renjun menerima gelas berisi minuman hangat dari tangan Jaemin.

Jaemin mengangguk, lalu menyuruh Renjun agar segera meminumnya. Renjun menurut.

"Gara-gara Haechan." Gerutuan itu keluar setelah Renjun meneguk air lemon miliknya.

"Kenapa?" Jaemin mengusap-usap punggung tangan Renjun yang kini berada di genggamannya.

"Dia sedang flu dan tak memakai masker."

Jaemin mengangguk, lalu menatap iba pada Renjun yang hidungnya sudah memerah. "Mau ku antar ke ruang kesehatan?" Tawar Jaemin.

"Tak usah, sebentar lagi bel masuk. Kurasa setelah menghabiskan air lemon ini aku akan baikan."

"Baiklah."

Benar. Bersin-bersin Renjun berkurang. Ya meskipun sesekali ia tetap melakukannya, tapi setidamnya tidak separah tadi. Ngomong-ngomong, Haechan pulang duluan. Dia izin karena tadi badannya menggigil.

O r a n g e ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang