4. Haechan question

3.6K 547 17
                                    


Jaemin merasakan seseorang mendekatinya dari arah belakang, ia menoleh. Dan menemukan Renjun yang menatapnya kesal. Sepertinya Renjun hendak mengagetkannya.

"Kenapa kau peka sekali?" Renjun mendelik sebal pada Jaemin.

"Suara langkahmu terlalu berisik untuk seseorang yang mengendap-ngendap, Renjun." Jaemin terkekeh melihat cara merajuk Renjun yang selalu terlihat lucu di matanya. Renjun duduk di samping Jaemin.

Jaemin mengerutkan dahinya begitu sadar Renjun tidak membawa tasnya. "Kau tidak membawa tas?"

"Tadi aku diantar pamanku kesini, dan aku menyimpan tasku di mobilnya." Renjun mengedarkan pandangannya.

"Di sini lebih indah dari pada di rooftop bukan? Jadi, ini maksudmu dengan berbeda saat melihatnya denganku?" Renjun mengakui kalau langit senja di sini terasa lebih indah dari pada tempo hari dirooftop. Mungkin pengaruh pemandangan sekitar juga.

"Itu kenyataan Huang." Jaemin duduk sedikit menyerong, agar dapat melihat rupa Renjun.

"Iya, iya. Saat aku mengajakmu, kita hanya melihat langit dan gedung-gedung membosankan. Sementara di sini kita melihat pohon sakura yang cantik." Tangan Renjun menangkap bulir kelopak bunga yang jatuh di depannya.
Dan Jaemin menikmati pemandangan itu.

"Tapi sekarang rasanya sama." Jaemin tak mengalihkan tatapannya dari rupa Renjun, bahkan ketika Renjun berbalik untuk memicingkan matanya.

"Huh? Kau bebar-benar labil, Na."

"Renjun?" Panggil Jaemin dengan deep voice-nya.

"Ya?"

"Aku suka ketika kau memanggilku Na." Jaemin mengungkapkannya.

Tiba-tiba saja Renjun begitu antusias mendengar hal itu. "Benarkah? Kau mau aku panggil seperti itu saja?" Tawarnya sambil tersenyum. Dan Jaemin mengangguk dengan senyum lembutnya.

"Aku juga selalu senang ketika kau di sampingku." Mulut Jaemin benar-benar mulai bertingkah. Renjun bahkan sedikit terkejut mendengar perkataan-perkataam Jaemin hari ini.

"Tentu, bukankah aku teman yang menyenangkan?" Renjun begitu percaya diri akan kepribadiannya.

"Benar sekali." Jaemin mengusap rambut perak milik Renjun, menyingkirkan kelopak bunga yang jatuh disana.

"Haechan saja yang kurang bersyukur memiliki aku sebagai temannya. Ah, dasar." Renjun menggerutu mengingat teman sebangkunya yang sering beradu mulut dengannya.

"Na? Bukankah kau bilang ada urusan?"

"Iya. Dan ini aku baru pulang."

"Sepertinya berjalan dengan lancar." Renjun dapat melihat suasana hati Jaemin yang terlihat bagus.

"Ya, begitulah. Renjun? Kau ingin minum sesuatu? Biar aku belikan."

Renjun mengangguk. "Aku mau yogurt, boleh?"

"Tentu. Tunggu sebentar." Jaemin beranjak dan berlari menuju cafe terdekat.

Renjun menunggu cukup lama, dan ia memainkan kaki-kakinya untuk mengusir rasa bosan.

"Maaf lama, tadi cukup panjang antriannya." Jaemin kembali duduk di sampingnya, dan memberikan yogurt pada Renjun.

"Kau suka kopi?" Renjun menunjuk minuman hitam di tangan Jaemin. Jaemin melirik kopinya. "Ini favoritku. Apa kau tidak suka?"

"Aku belum pernah mencobanya." Jawab Renjun, lalu ia meminum yogurtnya.

"Mau?" Jaemin menyodorkannya pada Renjun. Dan Renjun mencobanya sedikit, begitu minuman hitam itu sampai di mulutnya. Renjun mengernyit tak suka.

O r a n g e ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang