Renjun begitu tidak sabar ingin segera sampai di sekolahnya, dan ingin segera bertemu Haechan. Dan Renjun bersyukur karena ketika ia sampai di kelas, pemuda berkulit kecoklatan itu sudah ada di kelas sedang mencoret-coret papan tulis.
"Haechan, Kemari!" Renjun menyeret Haechan agar segera duduk.
"Aduh, kau tak perlu menarikku. Aku akan duduk di sini tanpa paksaan." Haechan mengomel sambil mengikuti langkah cepat Renjun.
"Ada hal yang kau sembunyikan dariku?" Renjun melepas cekalan tangannya pada Haechan saat keduanya sudah duduk berhadapan.
"Apa? Tidak." Haechan menggeleng yakin.
"Jeno?" Renjun menyebutkan satu nama yang dari semalam begitu mengganggu pikirannya.
Haechan melebarkan matanya mendengar nama itu keluar dari mulut Renjun. Apa Jaemin sudah mengatakan tentang Jeno pada Renjun? Ah, sepertinya tidak. Haechan dapat melihat tatapan ingin tau milik Renjun.
"Kau tau dia siapa bukan?" Tanya Renjun, ia begitu tak sabar ingin mengetahui cerita Jeno dari Haechan. Ia juga ingin tau alasan Haechan tidak memberitaunya dari awal ia mengenal Jaemin.
"Dia—adik kak Mark." Haechan begitu bingung harus mengatakan apa lebih dulu, alhasil ia memberi info dasar.
"Huh?" Renjun mengetahui fakta baru lagi. Ah, apa itu alasan Jaemin cukup akrab dengan kak Mark.
"Jeno Lee adalah adik Kak Mark, Mark Lee." Haechan menilik reaksi Renjun.
Renjun menatap Haechan dengan datar, Kak Mark juga tidak pernah mengatakan apapun padanya. Ya Tuhan, selama ini sebenarnya orang-orang di sekitarnya tau mengenai itu. Sekarang siapa yang mesti disalahkan? Dirinya yang begitu apatis, atau mereka yang tidak memberitaunya saat tau Renjun sangat acuh terhadap orang lain.
"Lalu?" Renjun meminta kelanjutan cerita Haechan.
Haechan dapat melihat Renjun yang terlihat tak sabar, mungkin karena dirinya yang bercerita setengah-setengah.
"Dia teman dekat Jaemin, keduanya bersahabat sejak kecil." Ujar Haechan.
Renjun mengerutkan dahinya mendengar itu, semalam Chenle bilang Jeno dan Jaemin itu berkencan. Bukan bersahabat, seperti yang Haechan katakan.
Renjun tak tau sekarang mesti bereaksi seperti apa. Jika hanya teman, kenapa Haechan bahkan Jaemin tidak mengatakannya sejak dulu. Kenapa semua orang diam.
Haechan diam di tempatnya, menunggu Renjun bertanya lebih lanjut. Tapi yang Haechan lihat kini, Renjun hanya menatap lurus dirinya. Tidak ada tatapan berarti dari manik berbinar itu.
"Renjun, asal kau tau. Jeno sudah tidak ada. Jeno meninggal dalam kecelakaan beberapa bulan lalu." Haechan akhirnya mengungkapkan hal penting yang berhubungan dengan seorang Lee Jeno.
"Huh?" Tiba-tiba Renjun merasa tuli seketika, tidak menyangka apa yang ia dengar barusan. Renjun berpikir keras, seolah Haechan mengatakan hal yang tidak ia mengerti.
"Kau tau, bercanda mengenai kematian seseorang itu tidak baik Haechan." Ujar Renjun.
Haechan hanya menanggapinya dengan tatapan meyakinkan, bahwa dirinya tidak berbohong tentang kematian seseorang.
Dan dengan itu segala pertanyaan Renjun terjawab sudah, tentang teman sebangku Jaemin yang tak pernah Renjun lihat keberadaannya. Tentang teman sebangku Jaemin yang tak pernah terlihat menghabiskan waktu bersama Jaemin.
Juga setelah mendengar perkataan Haechan tentang kematian Jeno, Renjun merasakan takut. Takut bahwa Jaemin masih mencintai Jeno, dan hanya berpaling padanya untuk pengalihan rasa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
O r a n g e ✔
FanfictionJAEMREN NA JAEMIN - HUANG RENJUN ____________ ⚠️ bxb boyslove