35. Autumn

2.6K 346 4
                                    

Jaemin dengan tergesa membereskan alat tulisnya, ia harus bergegas menuju kelas Renjun. Untuk membantu pemuda itu berjalan, ia tak mungkin membiarkan kekasihnya pulang dengan kesusahan.

"Jaemin, aku ingin membahas organisasi kelas yang sempat kita bicarakan kemarin." Teman satu kelas Jaemin menghampiri pemuda yang kini membereskan bukunya sambil berdiri.

"Yeji, maaf. Kita bahas besok saja ya, Renjun sudah menungguku." Setelah itu Jaemin dengan cepat meninggalkan gadis berkepang tersebut.

Jaemin melihat beberapa siswa sudah keluar dari kelas Renjun, ia juga melihat Haechan yang berjalan sambil memainkan ponselnya. "Haechan, apa Renjun masih di dalam?"

"Hm. Dia bilang menunggumu." Haechan menghentikan langkahnya sejenak untuk menjawab Jaemin.

Jaemin segera memasuki kelas Renjun yang sudah mulai kosong, hanya tinggal beberapa siswa yang bagian piket. Dan ia melihat Renjun tengah memasukkan buku ke dalam tasnya.

"Kukira kau sudah pulang." Bukan hanya Renjun yang menoleh, bahkan dua siswa yang berada disana ikut menoleh.

"Aku menunggumu." Renjun meraih tasnya dan berjalan hati-hati menuju Jaemin.

"Kau tidak apa-apa?" Jaemin menatap khawatir Renjun.

"Berhenti menganggapku seperti orang lumpuh, Na. Aku baik-baik saja." Renjun memegang lengan Jaemin, menggandengnya menuju luar kelas.

"Kau bisa pegangkan ini?" Jaemin menghentikan langkahnya saat mereka sudah dikoridor sekolah yang mulai sepi. Ia menyodorkan tasnya, yang baru ia lepas dari punggungnya.

"Tentu." Renjun mengambil tas Jaemin, dan mengernyit begitu Jaemin tiba-tiba berjongkok di depannya.

"Apa ini?" Renjun menahan senyum lebarnya saat paham apa yang Jaemin maksud, namun ia tetap menanyakannya.

"Apa lagi?" Jaemin bertanya balik, dan tak lama ia dapat merasakan kedua lengan Renjun yang melingkar dari belakang lehernya.

Jaemin mengangkat tubuh mungil Renjun yang kini berada dipunggungnya. Ya, Jaemin menggendong Renjun.

"Na, aku berat tidak?" Renjun bertanya tiba-tiba saat Jaemin mulai berjalan menjauhi area sekolah.

"Tidak, aku bahkan seperti tidak membawa apapun." Jawab Jaemin diiringi kekehan.

"Bagus kalau begitu, kau bisa sering-sering menggendongku bukan?" Renjun ikut tertawa ringan.

"Sure." Jaemin menjawab dengan nada lembut.

"Aku suka saat Nana menggendongku, bahumu lebar juga hangat." Renjun menumpukan dagunya pada bahu Jaemin yang barusan ia puji.

Jaemin tersenyum mendengar itu, ia mengecup lengan Renjun yang menggantung. "Belajar dari mana berkata manis seperti itu, hmm?"

"Tentu saja dari kekasihku." Jawab Renjun, hal itu sontak membuat keduanya tertawa.

Kedua anak adam itu begitu manis saat bercengkrama dengan tawa renyah yang menguar, senyum hangat keduanya benar-benar sempurna menyatu dengan musim gugur.

"Na, kau suka musim gugur?" Renjun melirik daun-daun yang mulai berjatuhan meninggalkan pohon.

"Suka." Jaemin mengangguk.

"Kenapa?" Renjun kembali bertanya. Ia sedang dalam mode cerewetnya.

"Perlu alasan?" Jaemin sedikit menengok pada Renjun yang masih menyimpan pipinya di bahu Jaemin.

"Tentu saja, jadi kenapa Na Jaemin ini menyukai musim gugur?" Renjun menunggu jawaban kekasihnya itu.

"Karena kesalahpahamanku dan kau telah berakhir, kau mau mendengar penjelasanku, kau kembali percaya padaku. Dan itu aku dapat di musim gugur." Jaemin mengingat apa saja yang ia dapat dimusim gugur ini.

O r a n g e ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang