Snape bangun dengan tubuhnya yang terasa sakit karena ia tertidur dengan posisi tengkurap, ia juga merasakan punggungnya sangat nyeri sehingga tulang-tulang berbunyi ketika ia meregangkan nya, tiba-tiba ia ingin sekali memijat punggungnya, sepertinya tukang pijat akan lebih baik ketimbang ia harus meminum ramuan yang memiliki rasa seperti kencing goblin.
Jam menunjukan pukul lima pagi, itu berarti dia masih punya banyak waktu sebelum menghadiri kelasnya, pria itu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri, merapikan rambutnya yang acak-acakan dan memakai jubah hitamnya seperti biasa, penampilan yang membosankan di mata semua orang namun dirinya merasa nyaman, tak peduli tentang tanggapan orang-orang tentang nya.
Pagi ini ia memutuskan untuk sarapan di aula besar, dia sangat malas untuk memasak apalagi menunggu peri rumah datang, menurutnya akan lebih baik jika makan di aula besar saja.
Pria itu berjalan santai sambil merapikan rambutnya, menatap kanan-kiri nya yang masih sepi karena murid-murid masih bergulat dengan kasurnya yang nyaman, mungkin beberapa di antara mereka tengah mandi massal.
Saat Snape mencapai aula besar, ia kaget mendapati Trelawney yang sudah duduk disana sambil menikmati daging panggang nya, saat wanita itu menoleh pada Snape, pria itu berpura-pura tidak melihatnya dan mendapati tempat duduk kosong tepat disamping Lupin.
"Severus" panggil Trelawney, yang tidak di indahkan oleh pria itu, karena Snape langsung saja duduk di kursi yang selalu di tempati Sinistra, entah kemana dia, yang pasti Snape bersyukur karena ia tak harus makan bersebelahan dengan Trelawney.
"Pagi" sapaan dari suara yang amat familiar di telinganya terdengar, ia menatap gadis dengan Surai merah tua di samping kiri nya.
Snape tidak membalas sapaannya, ia hanya mengambil beberapa makanan dan memasukannya kedalam mulut untuk mengisi perutnya yang keroncongan.
Falicia menghela nafas.
Selagi Snape sedang asyik dengan makanannya, Lupin yang ada di samping kanan Snape berbisik padanya.
"Fal, sstt, Fal" ia terus memanggil.
Membuat Snape risih, akhirnya pria itu membantu Lupin dan menepuk bahu Falicia. "Dia memanggilmu" Snape menunjuk Lupin menggunakan dagu nya.
Falicia menatap Lupin dengan wajah keheranan. "Ada apa Remus?"
"Di pesta besok, kau akan membawa siapa sebagai pasangan mu?" Tanyanya, sebenarnya itu adalah kode kalau ia bersedia menjadi pasangan Falicia di pesta penyambutannya.
Falicia nampak kebingungan, lalu ia menatap Snape sekilas sebelum tersenyum lebar. *Aku akan pergi dengan pacarku"
Bukan hanya Lupin yang kini kebingungan, melainkan Snape juga, jadi selama ini gadis yang bersedia pura-pura menjadi kekasihnya itu sudah memiliki pasangan? Sungguh menyebalkan.
"Kau punya pacar?" Tanya Lupin tak percaya.
Snape meminum sirup dan pura-pura tak mendengar pembicaraan mereka.
"Tentu saja"
Lupin menggaruk kepalanya yang tak gatal, dia pikir kalau Falicia adalah gadis lajang, ia juga tak tahu kalau gadis itu memiliki seorang kekasih.
"Baiklah, maaf sudah mengganggu waktumu" ucap Lupin, kembali memakan makanannya dengan tenang.
Falicia tersenyum. "Santai saja"
Snape mendengus. "Seharusnya kau tidak membantuku, bagaimana kalau kekasihmu marah karena kau berpura-pura menjadi pacarku?" Pria itu bertanya.
Falicia menaikan sebelah alisnya. "Apa maksudmu? Pacarku itu ya kau" gadis itu melipat tangan di dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love✅
Novela Juvenildimulai dari Sybill Trelawney yang mengungkapkan perasaannya kepada Severus, bahkan terus mengejarnya meskipun Severus menolaknya berulang kali, sampai seorang guru baru datang dan menawarkan bantuan kepada Severus untuk membantunya menjauh dari Pro...