7

2.5K 362 12
                                    

Malam semakin larut. Butuh waktu lama bagi Jisung maupun Chenle untuk bisa terlelap tidur karena kejadian ciuman tadi. Bahkan Chenle berada sangat lama dalam dekapan Jisung. Pria itu tidak mau melepaskan pelukannya pada Chenle. Mereka pun akhirnya tertidur dengan saling berpelukan.

Chenle membuka matnya kala mendengar suara rancauan. Ia memfokuskan pendengarannya sekali lagi hingga suara itu memang suara rancauan. Dengan pelan, Chenle mendongak guna melihat wajah Jisung.

Chenle bisa melihat wajah Jisung berkeringat. Rancauan itu juga keluar dari bibir Jisung. Chenle pun mencoba bergeser ke belakang dengan perlahan karena tak ingin membuat tidur Jisung tergangu.

Tangan kiri Jisung yang sudah tak memeluknya dari belakang membuat Chenle dengan mudah bergeser. Pria itu juga sudah tertidur dengan posisi telentang.

Chenle manatap Jisung saat ia sudah terduduk di atas ranjang. Sekali lagi melihat wajah Jisung.

“Apa dia demam?” gumam Chenle

Dengan begitu, Chenle pun menempelkan punggung tangannya ke dahi Jisung.

Dan betapa terkejutnya Chenle ketika merasakan dahi Jisung panas hingga merambat ke punggung tangannya.

Jisung demam.

“Kau demam, Jisung.”

“Sepertinya efek patah tulangmu.”

Lalu dengan gerakan perlahan, Chenle turun dari ranjang. Melangkah keluar kamar untuk mengambil kompres.

Ia kembali dengan membawa kain dan baskom kecil biri air dingin. Chenle duduk di sisi kanan Jisung.

Dia mencelupkan kain putih tersebut ke dalam baskom lalu memerasnya dan setelah itu menempelkan kain basah itu ke dahi Jisung.

Chenle dengan telaten menjaga Jisung yang sedang mengalami demam.

***


Pagi ini Chenle sedang sibuk berada di dapur. Dia sedang memasak bubuk untuk Jisung.

Chenle mencicipi bubur buatannya lalu setelah dirasa pas, ia menuangkannya ke dalam mangkuk.

Sedangkan Jisung masih terlelap dalam idurnya. Selimut tebal berwarna putih itu menutupi seluruh tubuhnya. Hanya kepalanya saja yang terlihat. Matanya masih terpejam damai.

Chenle masuk ke kamar dengan membawa nampan berisi bubur untuk Jisung. Ia melihat Jisung masih asik dalam tidurnya.

Chenle menyimpan nampan di nakas. Lalu tangannya terlur untuk mengecek dahi Jisung. Dia meletakkan kain yang menempel di dahi Jisung ke dalam baskom.

Chenle melangkah ke arah jendela untuk membuka gorden. Mempersilahkan sinar mentari masuk lewat celah jendela kamarnya. Dia berlalu keluar sambil membawa baskom bekas mengompres tadi malam. Meninggalkan Jisung yang masih setia tertidur.

Jam dinding menunjukkan pukul setengah sembilan pagi. Chenle sedang sibuk membersihkan rumah.

Sedangkan Jisung yang baru bangun dari tidurnya sedang mengumpulkan kesadarannya.

“Chenle?”

“Astaga Jisung. Apa yang kamu lakukan semalam. Chenle pasti marah.” Gumam Jisung setelah ia menemukan kesadarannya seratus persen.

Jisung pun turun dari ranjang dan keluar kamar untuk mencari keberadaan Chenle yang tidak ada di sampingnya.

“Chenle-sshi?”

Seru Jisung sambil menuruni tangga.

“Chenle-sshi?” sekali lagi pria itu memanggil Chenle tapi tidak ada jawaban sama sekali.

Love And Revenge [jichen] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang