11

1.9K 265 4
                                    

Terhitung 3 minggu lebih Jisung terbaring di rumah sakit . semakin hari keadaannya semakin membaik. Alat-alat medis juga sudah tidak sebanyak saat ia pertama masuk kesini. Sekarang hanya selang infus dengan perban yang masih membalut sebagian tubuhnya yang terluka.

“Eomma, aku ingin melihat Chenle.”

Jaemin menghentikan pergerakan tangannya yang sedang menyuapi Jisung saat suara Jisung masuk ke gendang telinganya.

Ia menatap anak sulungnya sejenak, lalu tersenyum paksa melihat Jisung yang sudah memasang wajah penuh harap.

Jaemin memegang tangan Jisung. Menggenggamnya dengan penuh kasih sayang seraya tersenyum.

“Kau pulihkan keadaanmu dulu. Nanti eomma antarkan kamu menemui Chenle.”

Jisung menghela nafas lalu menunduk. Sejak kecelakaan itu ia sama sekali belum bertemu Chenle. Ia ingin melihat kondisi Chenle. Pikirannya selalu tertuju pada pria manisnya.

Ia ingin menemui Chenle, sungguh!

“Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa eomma selalu mencegahku bertemu engan Chenle?” tanya Jisung dengan nada putus asa.

“Aku sudah sembuh. Bahkan aku bisa untuk berjalan sedikit demi sedikit. Aku hanya ingin melihat Chenle, bukankah itu sesuatu yang mudah?”

Jisung menunduk dalam posisi setengah duduknya. Air matanya hampir jatuh mengingat kecelakaan dan melihat Chenle tak sadarkan diri waktu itu.

Jisung khawatir!

Jaemin sama-sama menahan air matanya. Ia bingung harus menjawab apa. Chenle masih koma, ia takut anaknya kembali down setelah melihat kondisi Chenle yang sebenarnya.

Tapi melihat Jisung yang selalu memintanya untuk mempertemukan dia dengan Chenle membuat hatinya ikut sakit. Ia tahu Jisung pasti sangat ingin tahu keadaan Chenle.

===

Yangyang mendorong kursi roda Jisung sepanjang lorong rumah sakit. Di sampingnya ada Jaemin yang tengah harap-harap cemas. Semoga semuanya baik-baik saja,. Jisung tidak akan terkejut melihat Chenle yang masih belum membuka mata.

Jisung tiba-tiba meringis. Pria itu lalu melihat ke arah tangannya yang di infus. Jisung melihat darah di selang infusnya.

“Jisung infusmu mengeluarkan darah. Apa sebaiknya kita kembali saja?” tanya Jaemin yang juga melihat itu.

“Tidak eomma. Aku tidak apa-apa, darahnya keluar karena aku banyak bergerak.” Balas Jisung mencoba meyakinkan ibunya.

“Baiklah.”

Mereka bertiga tiba di depan pintu kamar rawat Chenle. Jisung tanpa sadar meremas celana rumah sakitnya. Perasaannya sudah campur aduk, dadanya naik turun dengan pandangan mata yang tak dapat digambarkan.

Tiba saat ibunya mengetuk pintu dan membuka pintu kamar rawat Chenle, dunia seakan berhenti.

Sekarang Jisung bisa melihat orang itu.

Chenlenya.

Jisung menatap lekat orang yang terbaring di bangkar rumah sakit. Pakaiannya sama dengan pakaian yang ia kenakan. Dari jauh, ia melihat Chenle dengan sedih.

Yangyang mendorong kursi roda kakaknya masuk ke dalam. Disana Tuan Lee dan istrinya juga ada. Sedang melihat Jisung yang baru saja masuk.

“Jisung, kau sudah lebih baik?” tanya Tuan Lee pada menantunya.

Jisung menolehkan kepalanya ke arah Tuan Lee lalu mengangguk pelan dengan seulas senyum yang ia paksakan.

Ia beralih memandang Chenle lagi. Chenle terpejam dengan wajah pucat. Jisung menunduk mencoba menahan dadanya yang tiba-tiba terasa sesak. Ia merasa bersalah terhadap Chenle. Ia tak bisa menjaga Chenle dengan baik hingga pria manis itu kini terbaring lemah tak berdaya.

Love And Revenge [jichen] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang