14

1.9K 258 18
                                    

Senyum cerah itu kembali terpantri di bibirnya. Jisung seakan menemukan cahaya kehidupanya lagi setelah Chenle sadar.

Ya, Chenle. Pria manis itu yang telah menjungkirbalikkan perasaan Jisung. Chenle berhasil membuatnya hampir gila beberapa bulan ini.

“Kau tak berangkat kerja, Ji?” tanya Chenle yang melihat Jisung sudah berada di ruang rawatnya.

Ini masih pagi dan Chenle bangun sudah menemukan Jisung disisinya. Apa Jisung datang kesini sebelum ia bangun?

“Hari ini kan hari libur, Le.” Jawab Jisung dengan jujur seraya membantu Chenle duduk di kepala ranjang.

Chenle memasang raut berpikir dan setelahnya ia manggut-manggut, baru sadar jika hari ini hari minggu.

“Saatnya sarapan.” Tutur Jisung sambil membawa mangkuk bubur di nakas sebelah ranjang Chenle.

Chenle menerima suapan dari Jisung dengan senang hati. Ia senang memiliki Jisung, dia pria yang sangat baik. Chenle beruntung bisa mendapatkan pria sebaik Jisung.

“Bukankah lebih baik kau istirahat di rumah Ji. Kau pasti lelah karena bekerja. Aku bisa bersama dengan ibuku.” Uangkap Chenle yang merasa kasihan karena Jisung tak pernah absen menemaninya selama di rumah sakit.

Jisung selalu datang setelah pulang bekerja. Bahkan saat di kantor terlalu sibuk dan mengharuskannya pulang malam, Jisung tetap mengunjunginya dan menemani Chenle hingga menjelang pagi.

Jisung bahkan tidak tidur di rumah. Dia selalu tidur di rumah sakit bersamanya.

Kadang Chenle merasa kasihan. Jisung yang baru pulang setelah lelah bekerja dan harusnya istirahat dengan nyaman di kasur empuk mereka malah menemani Chenle di rumah sakit dan tidur di sofa yang lebih pendek dari sofa kamar Chenle yang pernah Jisung tempati.

Jisung mengusap pelan pipi Chenle yang tak seberisi sebelumnya.

“Melihatmu saja sudah membuat rasa lelahku hilang Chenle.” Ucapnya dengan memasang senyum hangat seperti biasa.

Chenle yang mendengar itu terharu. Sebegitu perhatiannya Jisung padanya. Bisa Chenle bayangkan bagaimana perasaan mantan kekasih Jisung dulu. Ia pasti sangat bahagia bersama dengan Jisung.

Chenle cemburu.

“Dia sangat beruntung memiliki hatimu.” Gumam Chenle dengan pelan.

“Kau mengatakan apa Chenle?” tanya Jisung yang tak mendengar dengan jelas ucapan Chenle.

Chenle menggeleng pelan sambil tersenyum.

“Tidak apa-apa.” Serunya seraya tersenyum canggung.

Jisung pun hanya bisa menganggukkan kepalanya. Ia masih sibuk menyuapi Chenle yang harus menghabiskan sarapan pagi.

“Setelah ini, aku ingin membawamu berkeliling rumah sakit. Kau mau?” tanya Jisung antusias.

Chenle lantas mengangguk setuju. Membuat senyum bahagia terbit di kedua bibir Jisung.

Di lain tempat, seseorang yang baru saja turun dari pesawat itu melangkahkan kakinya ke lantai bandara. Berjalan dengan satu koper yang berada di sampingnya.

“Kau dimana?” tanya seseorang di seberang telepon.

“Apa urusanmu dengan keberadaanku sekarang?” jawabnya dengan nada tak bersahabat.

“Apa kau benar-benar kembali kesini?” tanya orang di seberang telepon dengan nada marah.

Orang yang mendengar ucapan tersebut hanya menghembuskan nafas. Ia tak ingin memperpanjang urusannya.

Love And Revenge [jichen] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang