Kini, hari-hari Jisung dan Chenle terasa begitu indah. Terkadang memang suka ada pertengkaran kecil diantara mereka. Tapi Jisung selalu memaklumi sikap Chenle. Ia berusaha mengalah agar pertengkaran karena hal sepele itu tidak jadi masalah di antara mereka berdua.
Chenle sedang menata makan malam untuk mereka berdua. Senyum manis itu selalu terpantri di bibirnya. Seperti seseorang yang sedang kasmaran saja.
Chenle ingin makan ini menjadi malam indah untuknya dan Jisung.
Ah, Chenle merindukan Jisung. Pria manis yang tengah memakai piyama satin berwarna putih polos itu duduk di sofa ruang tv. Kakinya bergerak gelisah dengan tatapan yang mengarah ke pintu rumah.
Tak lama Chenle mendengar suara mobil. Senyum bahagia terlukis indah di bibirnya. Dengan tak sabaran ia bangkit dari duduknya dan melangkah ke arah pintu.
Jisung yang baru saja sampai di depan pintu sedikit terkejut melihat Chenle yang tiba-tiba membuka pintu. Apalagi dengan senyum manis pria itu yang terukir jelas.
“Kau sudah pulang, Jisung?”
Jangan lupakan jika mereka sudah memanggil satu sama lain dengan panggilan berbeda.
Mulai saat itu, Jisung mengutarakan kesukaannya pada Chenle. Ia menyukai kala Chenle hanya memanggilnya dengan Jisung. Jadi, sampai sekarang Chenle selalu memanggilnya tanpa ada kata ‘sshi’ lagi.
Jisung tersenyum lalu mengangguk. Ia menggiring Chenle untuk masuk ke dalam rumah. Mengunci pintu terlebih dulu, tentunya.
“Kenapa? Kau terlihat sangat bahagia hari ini.” Jawab Jisung seraya melangkahkan kakinya ke arah dapur.
Chenle menyerngit bingung. Biasanya Jisung duduk di sofa dan meminum teh hangatnya dulu lalu pergi mandi dan yang terakhir baru makan malam. Kenapa sekarang Jisung langsung pergi ke dapur?
“Aku lapar sekali. Bagaimana jika kita makan sekarang.” Tutur Jisung seraya menaruh tas kerjanya di kursi kosong meja makan dan melepas dasi hitamnya. Tak lupa dengan melepas dua kancing teratas kemeja putih polos yang ia pakai.
Chenle diam. Matanya fokus melihat satu semi satu pergerakan yang dilakukan oleh Jisung. Chenle menelan ludahnya tanpa sadar. Melihar Jisung yang seperti ini membuat gelombong aneh menerpa tubuhnya.
Jisung sangat sexy ya ampun.
Jisung yang merasa tak mendapat jawaban dari Chenle pun menoleh ke arah Chenle. Matanya menyipit ketika menyadari Chenle sedang fokus menatap hal lain dari bagian tubuhnya.
“Chenle?”
Chenle tak menyahut. Ia masih setia menatap dada bidang Jisung yang masih terbalut kemeja putih itu.
Jisung mengetahuinya. Ia menyunggingkan senyum nakal kala menatap Chenle.
Dengan perlahan, Jisung memindahkan satu demi satu piring dan mangkuk yang berisi menu makanan itu ke satu sisi hingga menyisakan satu ruang yang cukup untuk Jisung duduki.
Chenle tersadar. Ia mengerjap lalu melihat Jisung yang masih setia memindahkan makanan-makanan itu.
“Kau mau apa? Bukannya tadi kau bilang kau lapar.” Ujar Chenle dengan nada yang dinormalkan sebisa mungkin.
Ia harus bisa menahan semua gejolak yang tiba-tiba menyerang tubuhnya.
Jisung melirik Chenle dengan menaikkan satu alisnya. Membuat Chenle menoleh ke arah lain. Mencoba mengalihkan tatapannya dari Jisung.
Jisung menarik lengan kiri Chenle agar mendekat padanya. Membuat Chenle terkesiap kaget.
Dengan gerakan pasti, Jisung mendudukkan tubuhnya di atas meja makan dengan kaki yang dibalut celana bahan hitamnya masih memijak lantai marmer rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Revenge [jichen] - END
Fanfiction[Original story by @LotuSkyxx] Saat keduanya ingin mengobati. Jisung yang terluka karena ditinghal menikah oleh kekasihnya dan Chenle yang terluka karena ditinggal pergi oleh suaminya. Apakah cinta akan menyatukan mereka? Atau mereka akan sama-sama...