10

2K 264 3
                                    

Seseorang yang rapuh itu memilih untuk menyerah. Ia pikir semua orang yang berada di dekatnya akan terluka. Ia pembawa sial. Maka dari itu, akan jauh lebih baik jika ia yang pergi meninggalkan mereka.

Chenle tak sanggup. Ia tak bisa lagi melihat seseorang yang ia cintai kembali terluka. Ia tak bisa melihat Jisung seperti itu. Kejadian ini mengingatkannya akan Guanlin.

Chenle ingin bahagia. Kenapa rasanya sesulit itu. Ia baru saja menemukan setitik rasa bahagia, namun ternyata Tuhan tak mengizinkannya. Tuhan kembali merebut kebahagiaan Chenle.

Chenle lelah.

Ia ingin mengakhiri rasa sakit ini.


Di lain tempat,

Seseorang yang telah membuat Chenle kehilangan peganggan hidupnya terbangun. Pria itu menggerakkan jari-jari tangannya.

Perlahan, kelopk matanya terbuka. Memberitahu bahwa ia masih ingin hidup.

“Lele.” Ujarnya lemah tapi tak ada yang bisa mendengarnya.

===

“Dokter bagaimana dengan keadaan Chenle?”

Haechan bertanya dengan perasaan khawatir. Raut cemas itu tergambar jelas di wajahnya. Bola matanya terus bergerak gelisah pertanda bahwa ia benar-benar mengkhawatirkan anak semata wayangnya.

“Untunglah pasien langsung dibawa kesini. Ia kehilangan banyak darah dan juga obat-obatn yang ia minum membuatnya over dosis.”

“Saya tidak ingin menanyakan ini, tapi dilihat dari luka dan jenis obat-obatan yang ia minum melebihi dosis. Apakah dia mencoba mengakhiri hidupnya?” tanya dokter Kim dengan wajah nampak tak percaya.

Haechan hanya bisa menunduk dan menangis. Ia pun tak ingin mengatakan jika Chenle mencoba bunuh diri. Ia akan sangat menyesal jika kehilangan Chenle. Anak yang sudah ia besarkan sampai saat ini.

Sedangkan tuan Lee hanya bisa menghela nafas gusar mendengar ucapan dokter. Anak satu-satunya harus menderita seperti ini. Apakah dia memiliki dosa di kehidupan sebelumnya sehingga anaknya, Lee Chenle harus menderita seperti ini?

“Pasien dalam keadaan koma. Saya belum bisa menjamin berapa lama dia akan sadar. Saya harap anggota keluarga pasien bisa bersabar.” Ucap dokter Kim hingga membuat Haechan terduduk di lantai.

===

“Yanyang jaga kakakmu sebentar. Eomma mau ke ruangan kakak iparmu dulu.” Tutur Jaemin pada anak bungsunya.

Yangyang hanya mengangguk paham, ia masuk ke ruangan sang kakak.

Sedangkan Jaemin melangkahkan kakinya ke lorong di mana kamar rawat inap Chenle berada.

“Haechan-shi.”

Haechan menoleh mendengar namanya dipanggil. Disana ia melihat Jaemin yang baru saja memasuki kamar rawat Chenle.

Jaemin langsung memeluk Haechan dari sampaing saat pria manis itu masih duduk menunggu putranya yang koma.

Jaemin mengelus pelan punggung Haechan, berusaha menguatkan besannya itu. Ini pasti berat untuk Haechan, ia tahu bagaimana rasanya.

Saat mendengar mereka berdua kecelakaan, Jaemin pun terpaku. Ia tak bisa mengatakan apa-apa. Yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana kondisi mereka berdua.

Ternyata, Chenle hanya mengalami syok dan sedikit terluka. Sedangkan Jisung jauh lebih parah hingga ia sudah seminggu lebih mengalami koma.

Jaemin? Ia pasti sangat terpuruk mendengar semua ini. Dan sekarang, Chenle ikut mengalami koma.

“Jaemin-shi, Chenle.. anakku..” gumam Haechan yang masih mengeluarkan air matanya.

“Bersabarlah Haechan-shi. Kita harus yakin, bahwa Chenle akan sadar.” Balas Jaemin menguatkan.

“Chenle dan Jisung pasti bisa melewati ini. Mereka sudah ditakdirkan bersama.”

Haechan tak bisa lagi membendung tangisannya.

Chenle baru saja menemukan kebahagiaannya dan sekarang anaknya kembali terluka.











“Lele..”

“Lele..”

Yangyang yang sedari tadi diam dan fokus pada ponsel yang dipegangnya menoleh kaget.

Remaja itu langsung melihat sang kakak. Betapa senangnya dia saat melihat kakaknya sudah sadarkan diri.

“Hyung. Jisung hyung, kau sudah sadar?” tanya Yangyang memastikan dengan raut bahagia.

“Sebentar. Aku akan panggilkan dokter dulu.”

Yangyang langsung berlari keluar. Meninggalkan Jisung yang masih meringis kesakitan dan gerakan matanya yang masih lambat.

“Bagaimana keadaan kakak saya dok?” Yangyang bertanya setelah dokter keluar dari kamar sang kakak.

“Kakakmu sudah baikkan. Dia sudah melewati fase komanya dan bisa di pindahkan ke ruang ICU untuk memulihkan kondisinya.”

“Syukurlah, terimakasih dok.” Yangyang menjabat tangan dokter dan langsung masuk setelah dokter dan perawat pergi.

“Hyung, ada yang sakit? Syukurlah hyung kau tak apa-apa. Kau tau hyung, aku takut saat mendengar hyung kecelakaan.” Ujar Yanyang dengan perasaan cemas bercampur lega karena kakaknya sudah siuman.

Yangyang mencondongkan tubuhnya saat melihat Jisung hendak berbicara sesuatu.

“Yangyang.. Eomma? Chenle dimana?” tanya Jisung dengan ventilator yang terpasang di wajahnya.

“Eomma?”

“Sebentar, aku panggilkan eomma dulu.”



“Jisung.” Seru Jaemin dengan raut haru.

Jaemin menghambur ke dalam ruangan. Tangis bahagia seketika pecat saat ia melihat anaknya sudah sadar. Dipeluknya Jisung dengan penuh kasih sayang.

“Jisung, apa ada yang sakit? Atau perlu eomma panggilkan dokter?” tanya Jaemin dengan nada panik ketika melihat Jisung meringis kesakitan.

“Eomma.. dimana Chenle?”

Jaemin dan Tuan Lee yang juga berada di dalam kamar Jisung saling bertatapanb. Apa yang harus mereka katakan mengenai kondisi Chenle.

Mereka harus jujur atau bohong?

“Chenle baik-baik saja, Jisung. Pulihkan dulu kondisimu baru kau bisa menemui Chenle setelah ittu.” Tuan Lee menjawab pertanyaan Jisung dengan seulas senyum miris di bibirnya.

Menantunya ini tak boleh tau kalau Chenle sedang koma. Jisung bisa sangat terkejut jika mendengar berita ini. Setidaknya untuk saat ini mereka harus merahasiakan keadaan Chenle demi kesembuhan Jisung.

Tuan Lee takut kondisi menantunya akan drop setelah mengetahui kondisi Chenle yang sebenarnya.












Sudah beberapa hari ini Chenle masih belum membuka matanya. Haechan dengan sabar terus berada di dekat anaknya yang tengah terbaring lemah di atas ranjang.

Air matanya masih luruh saat melihat Chenle. Anaknya yang dulu sangat ceria dan suka berlarian di halaman rumah kini menjadi seseorang yang sangat rapuh.

Anaknya yang dulu sangat cerewet sampai ia pusing mendengar ocehan Chenle tergantikan dengan Chenle yang banyak diam dan menutup dirinya dari lingkungan.

Separah itukah luka Chenle?








Tbc

Love And Revenge [jichen] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang