23

1.6K 228 17
                                    

Chenle termenung di dalam kamarnya. Kejadian kemarin masih terngiang di kepalannya. Sudah sejak kemarin ia dan Jisung saling berdiam diri. Tak ada yang berani memulai percakapan. Jisung yang bersikap diam karena melihat sikap Chenle padanya.

Bagaimana Chenle bisa berbicara seperti biasa pada Jisung setelah mengetahui jika Jisung berbohong padanya. Hatinya sakit setiap melihat Jisung. Sakit karena ia begitu mencintai orang itu bahkan setelah mengetahui apa yang sudah dia lakukan padanya.

Air mata Chenle jatuh. Pria manis itu mengusapnya pelan dengan punggung tangannya.

“Apa kamu benar-benar tidur padanya, Ji?” gumam Chenle perih diiringi isakan yang mulai terdengar.

Chenle menggerakkan tangannya untuk mengelus perutnya. Diliriknya perut ratanya itu yang terbalut piyama tidur warna pastel itu dengan raut sedih.

“Apa kamu percaya jika ayahmu melakukan itu?” tanya Chenle pada sang jabang bayi yang bahkan belum terbentuk.

Chenle menangis tersendu. Cairan bening itu turut jatuh seiring isakannya yang semakin kencang.

“Ayah? Tidak tidak. Bukankah lebih baik kamu memanggilnya daddy?” gumamnya sedih.

Daddy and mommy.”

“Kamu menyukainya kan?”

Chenle menangis mengucapkannya seakan bayinya bisa mendengar semua perkataannya.

Daddy mu telah melukai mommy. Karena itu mommy tidak memberitahu keberadaanmu padanya. Apa kamu juga marah pada mommy?”

Mommy harap kamu mengerti keadaan mommy, baby.” Sambung Chenle sambil mengulas senyum perihnya.

Chenle mengusap air mata yang ada di atas pipinya. Matanya sudah bengkak karena terlalu lama menangis. Manik indah itu memancarkan kesedihan yang mendalam.

“Apa kamu pikir daddy mu akan jujur dan meminta maaf pada mommy?”

===

Jisung tengah sibuk dengan berkas-berkas yang ada di atas mejanya. Dia mencoba untuk tetap fokus walau pikirannya sedang berantakan. Posisinya mengharuskan Jisung untuk tetap tegak berdiri walau banyak masalah yang tengah menerpanya.

Jisung juga sedang memikirkan bagaimana ia mengatakan yang sejujurnya pada Chenle kalau dia sudah bertemu dengan mantan kekasihnya, Renjun.

Mau tak mau ia harus berbicara jujur pada Chenle tentang pertemuan mereka daripada Chenle mengetahui dari orang lain dan membuat hubungan mereka jadi berantakan.

Bahkan Chenle hari ini terlihat berbeda. Dia sepertinya tau jika Jisung sedang berbohong.

Drtt drtt..

Jisung tersentak karena bunyi dering dari ponselnya. Diliriknya benda pipih itu yang tergeletak di atas meja kerja.

Jisung mendesah saat mengetahui nomor siapa yang menghubunginya. Tak ingin urusannya lebih panjang, Jisung memilih mengabaikan telepon tersebut.

Jisung kembali fokus pada berkas-berkas yang ada di hadapannya lagi.

Selang beberapa detik, telepon Jisung kembali berbunyi. Tapi sekarang bukan notifikasi panggilan melainkan notifikasi pesan masuk.

Diliriknya ponsel itu lagi dengan gerakan malas. Dan saat itu juga, kata-kata yang tertera di pop up ponselnya membuat Jisung penasaran.

Buka file yang aku kirimkan jika kamu ingin mengetahui yang sebenarnya.’

Love And Revenge [jichen] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang