18

1.5K 209 10
                                    

Di dalam ruang kerjanya, Jisung terlihat sedang sibuk dengan berkas-berkas yang berada di atas mejanya. Hari ini ia ada meeting dengan kolega kerjanya. Ini merupakan kerjasama yang akan sangat menguntungkan.

Banyak perusahaan yang ikut berpastisipasi dalam proyek kali ini. Jisung pun harus mempersiapkan diri karena penanam saham paling banyak ada pada perusahaan ayah mertuanya yang ia pegang kini.

Benar, LEE Corp merupakan perusahaan milik Lee Minhyung, ayah mertuanya. Dia disini hanya sebagai direktur utama, pengelola perusahaan dan pemegang kekuasaan tertinggi di perusahaan.

Bagi Jisung, menjadi direktur utama adalah pengalaman yang sangat berharga baginya yang hanya seorang pekerja kantoran biasa. Ia juga tak mengerti kenapa ayah mertuanya mempercayai dirinya untuk memegang perusahaan.

Tapi menang, hasilnya tidak mengecewakan. Dalam kurun waktu yang bisa dibilang singkat ini. Seorang Park Jisung sudah bisa membuat perusahaan ini bertambah maju, terkenal dan memiliki produk yang semakin inovatif.

Tak jarang banyak perusahaan kecil yang berada diambang kebangkrutan meminta pada LEE Corp, untuk bisa membantu mereka dengan suntikan dana.

Dan Jisung yang hanya seorang direktur utama harus pintar-pintar memilih mana perusahaan yang masih memiliki harapan bangkit dan bisa menghasilkan keuntungan pada perusahaannya dan mana yang sudah tidak memiliki harapan lagi.

Menjadi direktur utama membuatnya lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan.

Tok tok tok

Kegiatan Jisung terganggu oleh ketukan pada pintu ruangannya. Tak lama setelah Jisung mempersilahkan muncul Seungmin dari balik pintu.

“Selamat pagi Sajangnim, semua orang sudah menunggu anda di ruang rapat.” Ujarnya setelah berada di hadapan Jisung.

Jisung menatap Seungmin dengan tatapan berbeda. Pria itu pun mengubah posisi duduknya menjadi bersender pada kursi kerjanya.

Seungmin? Pria itu terlihat bingung melihat atasannya yang diam dan malah menatapnya dengan tatapan yang membuat Seungmin merasa risih.

“Sekretaris Kim.”

“Iya Sajangnim. Apa ada yang bisa saya bantu?”

Jisung kembali diam. Tak mengeluarkan suara lagi membuat mereka berdua dirundung suasana sunyi.

“Tak apa. Mari kita ke ruang rapat.” Tutur Jisung sambil berdiri dari duduknya.

Seungmin yang melihat itu hanya bisa memasang wajah bingung. Ada apa dengan atasannya hari ini. Sungguh aneh.

Di lain sisi, Chenle yang pagi ini berada di rumah sedang mengerjakan kegiatannya terlihat lebih pucat. Ia sesekali menyeka pelipisnya seperti ada keringat yang mengalir disana. Meara jika ini akan lebih buruk, Chenle mengambil posisi duduk di atas sofa ruang tv rumahnya. Memijat keningnya yang terasa berdenyut.

Entahlah, hari ini Chenle merasa tubuhnya tidak sehat. Bahkan sejak padi tadi ia merasa mual hingga ia tak menghabiskan makanannya. Dan puncaknya saat Jisung sudah berangkat kerja, Chenle pun muntah.

Mungkin dia masuk angin hingga merasa mual dan muntah.

Biasanya jika ia masuk angin, ibunya akan membuatkan Chenle minuman sari jahe. Tapi sekarang ia hanya sendiri di rumah ini.

Baiklah. Chenle akan membuat sari jahe sendiri. Ia masih bisa menggunakan dapur. Daripada ia harus menahan mual dan muntah ini terus menerus.

===

Jisung melangkahkan kakinya menuju lift. Rapat sudah selesai. Ia harus kembali ke ruangannya guna mengerjakan berkas-berkas lainnya.

Tapi, pandangannya seperti orang yang tidak fokus. Ia menatap kosong ke depan. Bahkan sapaan karyawannya saja ia tak hiraukan. Membuat Seungmin menyergit heran dengan tingkah atasannya hari ini.

Love And Revenge [jichen] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang