9

3.1K 292 16
                                    

Beberapa bulan kemudian

Liburan musim dingin telah tiba. Pohon-pohon nampak berwarna putih karena tertutup oleh salju. Hawa dingin pun terasa hingga menusuk ke tulang.

“Jisung lepaskan aku.” Seru seseorang yang tengah sibuk memasukkan beberapa pakaian ke dalam koper.

Jisung hanya menggeleng kecil. Ia semakin mengeratkan pelukannya hingga membuat Chenle merasa risih.

“Bagaimana aku bisa berkemas jika kamu memelukku seperti ini?”

Seakan tak mendengar, Jisung malah terus memeluk Chenle, bahkan sekarang ia mulai mengendus leher putih itu.

“Jisung lepas!”

Plak

“Aww!” Jisung terkejut saat tangannya dipukul dengan keras.

“Lele, kau galak sekali padaku.” Tutur Jisung dengan mimik yang dibuat seakan tak percaya.

Chenle hanya memberi delikan tajam ke arah Jisung yang sedang berjalan mendekati sofa. Tangannya ia gunakan untuk mengusap bekas pukulan yang diberikan Chenle.

Jisung yang melihat Chenle seperti itu hanya bisa menyengir. Memasang wajah polosnya yang kelewat bodoh menurut Chenle.

Tapi Chenle suka ekspresi Jisung yang satu ini. Dia tampak seperti lelaki baik. Pembawaannya santai dan tutur katanya yang lemah lembut membuat Chenle nyaman berada di dekat Jisung.

“Kamu sudah memberitahu ibumu jika kita akan berkunjung, kan?” tanya Chenle yang masih sibuk dengan kegiatannya.

“Itu mmm.. tidak.”

“Aku ingin memberi kejutan pada ibuku.”

===


Jisung sudsh siap dengan sweater turtleneck berwarna biru dongker dipadu dengan sejenis kaos V neck berwarna senada dan terakhir menggunakan luaran mantel berwarna krem.

Dia sangat luar biasa.

Kini Jisung berada di depan rumahnya. Memasukkan semua barang yang akan mereka bawa ke dalam mobil. Niat mereka ingin mengunjungi ibu Jisung, sudah lama Jisung tidak bertemu dengan ibunya.

Chenle yang masih berada di dalam rumah baru saja menyelesaikan urusannya. Ia beralih untuk menggunakan sepatunya yang sudah siap di dekat sofa.

Tiba-tiba bunyi telepon Chenle terdengar di kamar. Chenle langsung mengambil ponselnya yang berada di atas meja.

“Iya bu?”

“Tidak. Kami tidak bisa ikut, aku dan Jisung akan berkunjung ke rumah Jisung.”

“Maaf, lain kali kami akan ikut makan malam. Sampai juga bu.”

Setelah percakapan singkat mereka. Chenle menutup telepon dari ibunya. Haechan mengajak Chenle untuk ikut makan malam. Namun kalian tau, hari ini Chenle dan Jisung akan pergi. Jadi, Chenle menolaknya.

Chenle keluar dari kamar dan langsung keluar untuk menemui Jisung yang menunggunya di depan.

Chenle memakai hoodie berwarna putih dan ditumpuk dengan mantel berwarna hitam. Tak lupa, ia membawa satu tas gendong di bahunya.

Jisung yang melihat Chenle seperti itu hanya tersenyum simpul.

“Sudah siap?” tanya Jisung sambil merapikan poni si manis.

Chenle mengangguk. Walau sering diperlakukan manis oleh Jisung, tetap saja jantung Chenle selalu berdetak kencang. Hanya sebuah usapan kecil pun mampu membuat pipinya seketika memanas.

Love And Revenge [jichen] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang