Happy Reading!!!!
.
.
.
."Hah akhirnya selesai juga beres-beresnya. Gak kerasa sudah satu minggu gue disini, nanti siang gue harus balik ke Jogja." Ujar Agatha sambil memandangi kamar tempatnya tidur selama di rumah keluarga William.
"Gue pasti bakalan kangen sama mereka semua, terutama Yuri. Dia sudah jadi bestfreind gue banget selama disini, Vanilla apalagi. Dan juga..." Agatha menghela nafasnya dan menutup kopernya.
"Astaga! Kamu ngapain berdiri disitu?" Kagetnya begitu melihat Morgan yang menyenderkan tubuhnya di pintu kamar.
"Ngelihat kamu beres-beres. Sudah selesai kan? Sekarang turun kita makan." Agatha mendekat kearah Morgan dan berhenti tepat dihadapannya.
"Ini kamar perempuan, harusnya punya sopan santun, ketuk pintunya terlebih dulu." Ujarnya dan berlalu turun meninggalkan Morgan.
Sementara Morgan menarik sudut bibirnya membentuk senyum tipis.
"Dia tidak sadar ya kalau pintu kamarnya terbuka, dasar aneh." Menarik tubuhnya dan menyusul Agatha turun.
*****
"Bagaimana bisa perusahaan dalam keadaan seperti ini, Harri? Apa yang kamu lakukan hah!?"
"Maafin Harri, Ma. Tapi Harri janji ini gak akan lama, sebisa mungkin Harri akan mencari cara supaya perusahaan bisa stabil lagi."
"Mama gak ngerti kenapa akhir-akhir ini ada saja masalah yang datang. Cepat selesaikan semuanya, sebelum hari pernikahan kamu, Mama harap masalah ini sudah clear."
"Harri janji, Ma."
"Entah ini ujian buat kalian atau memang karma, Mama harap kalian bisa mengatasinya. Mama gak ingin dengar kalian berhenti ditengah jalan atau cerai ya, jangan membuat keputusan, Mama yang merestui kalian sia-sia." Usy bangkit dari duduknya dan berlalu meninggalkan Harri dan Gita.
"Hiks... Hiks... Apalagi lagi ini, Mas... Kenapa semuanya seolah-olah datang bergantian dan disengaja." Tangis Gita.
"Hust... ini hanya cobaan sayang, jangan berpikiran yang tidak-tidak. Percaya kita pasti bisa melewati semuanya, asal kamu selalu disampingku." Harri menggenggam tangan Gita menguatkan.
"Kamu tau aku gak mungkin ninggalin kamu gitu saja, aku sudah ngambil resiko yang sangat berat untuk bisa bersama kamu."
"Aku tahu, jadi stop nangisnya jangan buat aku merasa gagal buat menjaga kamu." Harri menghapus air mata Gita dengan jemarinya.
"Pernikahan kita gak akan ditunda kan?"
"Tidak! Kamu jangan khawatir."
*****
"Jangan pulang dulu dong sayang, tante masih pengen sama kamu, loh." Devian memandang malas tingkah Mami-nya.
"Tante, kan rumah Vanilla dekat, nanti Vanilla main lagi ya."
"Ck... Tante tuh heran kenapa sih kamu harus jadi anaknya William, kenapa gak anak tante saja, atau jadi istrinya Devian gitu."
"Mam please..."
"Iya iya iya Mami ngalah. Nanti main lagi kesini ya, kalau gak nanti tante saja yang kesana terus minta kamu dari Papi kamu, William." Vanilla tersenyum melihat tingkah dari adik istrinya Papi-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY ENDING?
Short Story"Kamu bilang belum siap untuk menjadi seorang Ayah. Tapi dengan anak dari wanita itu kamu bisa dengan mudah menerimanya, bahkan kamu dengan tangan terbuka membiarkan dia memanggilmu Ayah. kenapa, Kak? kenapa harus dia? Apakah kalian ingin melihat ke...