Happy Reading
.
.
.
.
."Masih lama ya?" Ujar Vanilla sambil merebahkan kepalanya disandaran kursi.
"Kamu bosen ya?" Vanilla mengangguk malas.
"Bentar lima menit lagi."
"Dari tadi juga kamu bilang begitu." Devian tertawa melihat wajah Vanilla yang cemberut.
Devian mengambil handuk yang tersampir dan mengelap wajahnya yang penuh peluh. Setelahnya dia menghampiriku Vanilla dan mengecup keningnya cepat.
"Aku kan sudah larang kamu untuk ikut, kamunya keras kepala."
"Ya kan aku bosan di rumah gak ada teman."
"Tadi kamu sudah diajakin sama Mimi buat ikut gak mau."
"Gak ah! Orang Mami mau arisan sama Mami kamu, males aku kalau disuruh ikut."
"Jadi, sekarang tuan putri yang sedang bete ini mau apa?" Devian duduk disamping Vanilla.
"Aku laper, pengen makan."
"Memangnya kamu mau makan apa? Kan bisa telfon pelayan suruh anter makanan kesini."
"Tapi aku pengen yang lain, dan pelayanan disini gak ada yang bisa bikin."
"Memangnya mau makan apa?"
"Gado-gado! Dari kemaren aku pengen banget, aku sudah suruh orang rumah buat cari tapi gak ada."
"Gado-gado?" Vanilla mengangguk antusias.
"Aku tuh kangen pengen makan itu. Kamu bisa buatin kan?"
"Me?" Ujar Devian kaget.
"Iya, mau kan?" Melihat wajah memohon Vanilla membuat Devian tidak punya pilihan lain selain mengangguk.
Setelah menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan, Devian segera membuat gado-gado dengan bantuan ponselnya. Yahh, dia melihat resep dari internet agar rasa gado-gado buatannya bisa dimakan oleh Vanilla.
Vanilla sendiri terlihat bahagia dan tidak sabar menunggu masakan dari Devian. Dia sedari tadi duduk dengan tenang di kursi dan sesekali memberikan arahan pada Devian jika cara masaknya salah. Sebenernya dia bisa saja membuat gado-gado itu sendiri, toh dia juga pandai memasak. Cuma tidak tahu kenapa dia ingin melihat Devian memasak gado-gado itu untuknya.
Akhirnya setelah lama berkutat di dapur, Devian berhasil menyelesaikan gado-gado buatannya. Segera saja dia membawa gado-gado itu untuk Vanilla yang sudah terlihat tidak sabar untuk mencicipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY ENDING?
Short Story"Kamu bilang belum siap untuk menjadi seorang Ayah. Tapi dengan anak dari wanita itu kamu bisa dengan mudah menerimanya, bahkan kamu dengan tangan terbuka membiarkan dia memanggilmu Ayah. kenapa, Kak? kenapa harus dia? Apakah kalian ingin melihat ke...