Happy reading!!!
.
.
.
.
.Flashback
"Yuni kenalkan, dia adalah William."
"Yuniar."
"William."
"Papa ngajak kamu kesini untuk membicarakan pernikahan kalian. Dua minggu lagi kalian akan menikah, jadi malam ini kalian bisa berkenalan lebih dekat." Ucap Ihsan Papa Yuni.
"Kalian berbincanglah, Papa masih ada urusan yang harus diselesaikan." Lanjutnya seraya berdiri dari duduknya. Yuni yang melihat Papanya menjauh segera menghadap William.
"Denger ya, aku tidak menginginkan pernikahan ini. Aku sudah punya calon sendiri, jadi aku harap kamu bisa membatalkan pernikahan kita."
"Kamu yang tidak menginginkannya bukan? Jadi harus kamu sendiri yg berusaha. Kamu bisa bawa calon kamu kehadapan om Ihsan, mungkin saja dia bisa berubah pikiran." Setelah mengatakan itu William bangkit pergi.
Setelah pertemuan malam itu, Yuni semakin gencar mencari cara agar pernikahannya batal. Tetapi ternyata Ihsan punya seribu cara agar rencana Yuni anaknya gagal. William sendiri dia hanya diam memantau tanpa mau ikut campur. Jika bukan karna keluarganya mempunyai hutang Budi terhadap Ihsan, William tidak akan sudi menikah dengan wanita itu.
Karena semuanya rencananya gagal Yuni akhirnya pasrah dan menerima pernikahannya. Selama tiga bulan menikah dia mencoba menerima dan berusaha bersikap baik pada William. William sendiri yang melihat perubahan sifat Yuni juga mencoba untuk membuka hatinya pada Yuni. Satu tahun pernikahan mereka akhirnya dipercaya untuk menjadi orang tua. William tentu saja senang dengan berita itu, tetapi berbeda dengan Yuni. Sikapnya mulai berubah menjadi keras kepala dan suka seenaknya sendiri, kembali seperti pertama kali Yuniar yang William kenal.
Karena tidak ingin menyebabkan masalah William mencoba diam. Sampai akhirnya anak mereka lahir Yuni juga tidak ada perubahan sedikit pun. Sekali lagi, William mencoba sabar karena tidak ingin putrinya menjadi anak broken home. Tetapi suatu malam Yuni tiba-tiba membawa Vanilla tanpa seijinnya. Dia yang baru pulang dan mencari Vanilla tidak menemukannya dimana pun bertanya pada pelayanan di rumah.
Esoknya William masih mencari dimana keberadaan Vanilla dan Yuni, sampai akhirnya dia mendapatkan surat dari pengadilan agama. Tanpa dia baca dia sudah tau itu dari siapa, jadi tanpa pikir panjang dia segera menandatangani surat itu. Masalahnya belum selesai, dia masih harus mencari tau dimana keberadaan anaknya Vanilla.
End...
Alina terdiam di depan pintu kamar melihat William yang melamun di balkon kamar. Dia melanjutkan langkahnya dan menaruh teh yang dia bawa di meja. Dengan langkah pelan dia menghampiri William.
"Sedangkan memikirkan apa?" Tanyanya mengelus lengan suaminya. William tersentak dan tersenyum melihat Alina.
"Hanya memikirkan masa lalu ku bersama Yuni dan tidak menyangka kalau dia sudah tidak ada. Rasa marah dan benci itu masih ada untuknya, bagaimana dia dengan teganya memisahkan aku dari Vanilla."
"Aku tidak tau bagaimana sifat jahat dia dulu, bagaimana rasa sakit hati kamu, tapi yang pasti dia ada alasan melakukan semua itu. Aku hanya minta satu hal, berdamai dengan masa lalu kamu. Dia sudah mendapatkan balasannya, tidak baik jika kamu masih menyimpan dendam." William tersenyum dan membawa Alina ke dalam pelukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY ENDING?
Short Story"Kamu bilang belum siap untuk menjadi seorang Ayah. Tapi dengan anak dari wanita itu kamu bisa dengan mudah menerimanya, bahkan kamu dengan tangan terbuka membiarkan dia memanggilmu Ayah. kenapa, Kak? kenapa harus dia? Apakah kalian ingin melihat ke...