Sebelumnya maaf, aku bertanya-tanya, apakah kamu akan menangis untukku sekali lagi?
Maaf, kenyataanya aku hanya ingin bermain dengan air matamu.
Aku tidak menyangka caraku memandang Pak Alvi akan berubah secepat ini. Sekarang aku takut berada di dekatnya. Seakan ada sesuatu yang dia sembunyikan dan itu adalah hal besar dan berbahaya. Secara naluriah, aku akan memilih jalan memutar ketika mendapati beliau berada di suatu tempat.
Kejadian di gedung itu semakin meyakinkanku bahwa dia adalah orang yang berada di dunia yang lain dariku. Bagaikan langit dan bumi, aku tidak bisa menerima tindakannya dengan mudah. Malah aku bisa berada di posisi berlawanan dengannya.
Bagaimana tidak, setelah pelatian karakter itu, tidak ada yang mempertanyakan tindakannya yang seenaknya menggeruk luka orang lain tanpa persetujuan mereka, secara sadar sepenuhnya.
"Loh? Bukannya mereka mengikuti pelatihan ini karena tahu akan apa yang akan mereka alami nantinya?"
Pernyataan yang amat sangat mencurigakan.
Belum lagi mulut dan cara bicaranya yang terlalu manis. Semua orang seolah menelan bulat-bulat semua ucapannya. Seakan tidak ada yang perlu diragukan dari dirinya.
Apa semua orang takut dengannya? Atau ada sesuatu yang membuat mereka tidak bisa melawan Pak Alvi?
Semakin lama aku memikirkannya dengan keras, semakin gelap jalanku menuju kebenaran. Pada akhirnya aku memilih jalan termudah; jangan berurusan lagi dengan Pak Alvi.
Namanya saja mudah, tapi prakteknya amatlah sulit. Sebab Pak Alvi malah semakin lengket denganku. Dia seperti terus mengawasi gerak-gerikku. Rasa penasarannya tersirat jelas dari ekspresi wajahnya.
Setiap hari, ketika jam istirahat dimulai, ruangan dosen yang biasanya bakal sepi ditinggal para penghuninya untuk makan siang dan beribadah, akhir-akhir ini ramai terus dengan orang-orang yang penasaran dengan kedekatanku dan Pak Alvi. Mereka segera memborongiku dengan berbagai pertanyaan selepas pria penyuka wanita itu pergi. Berbagai pertanyaan unik dan aneh selalu kudapatkan setiap saat. Malah ada yang sudah memberi selamat kepadaku dan bersiap jika Pak Alvi akan melamarku untuk tahap selanjutnya.
Bisa-bisanya mereka berpikir sampai ke situ, padahal rencana aku akan menikah masih buram di mataku.
Eria pun sekarang berubah menjadi manajer pribadiku yang akan menjawab beberapa pertanyaan nyeleneh yang membuatku terkadang tersinggung. Sahabatku yang satu ini memang bisa diandalkan dalam berbagai macam situasi.
Saat aku menceritakan apa yang terjadi selama aku sepenuhnya sadar di pelatihan karakter beberapa hari yang lalu, Eria percaya dan bersikukuh bahwa apa yang terjadi pada diriku adalah sebuah pertanda besar. Meski aku rasa arah pembicaraan kami malah mengarah pada Eria yang ingin di 'terapi' oleh Pak Alvi.
Dia sampai bilang rela menjadi pasien pertama, agar diberi sugesti untuk berhenti belanja secara berlebihan. Mendengarnya malah semakin membuatku tidak suka dengan Pak Alvi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hipnosis Kematian
Horror[UPDATE SETIAP HARI] Rinda tidak pernah menyangka bahwa bunuh diri massal yang terjadi di fakultas tempat dia mengajar telah membuat semua orang berbalik membenci dirinya. Hidup Rinda yang setiap hari dipenuhi aura positif, dengan cepat berubah menj...